SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
Download to read offline
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PRAJABATAN GOLONGAN I DAN II
Drs. Salamoen Soeharyo, MPA
Drs. Nasri Effendy, M.Sc
Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia
2006
Hak Cipta©
Pada: Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2006
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110
Telp. (62 21) 3868201-06 Ext. 193, 197
Fax. (62 21) 3800188
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Jakarta – LAN – 2006
100 hlm: 15 x 21 cm
ISBN: 979-8619-82-X
iii
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah
menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1)
terwujudnya kehidupan masyarakat yang aman, bersatu, rukun dan
damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang
menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta
(3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan
kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan
pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk
mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi
Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan
tanggung jawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan
mempercepat perwujudan visi tersebut.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk
memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan
kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan
dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang
tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS
yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000
maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan
sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS.
iv
Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi
tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan
kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar
tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan
ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah
alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi
keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek
kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan
strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai
pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi
penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka
kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih
terjamin.
Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang
mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk
para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan
modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari
perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor.
Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat
dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali
keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi
sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam
proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.
Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah
berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil
perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 2006
KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
SUNARNO
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................1
A. Deskripsi Singkat .................................................1
B. Manfaat Pembelajaran..........................................1
C. Tujuan Pembelajaran............................................1
BAB II SISTEM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN NEGARA....................................3
A. Pengertian ............................................................3
B. Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan
Negara...................................................................4
C. Rangkuman...........................................................6
D. Latihan/Diskusi ....................................................6
BAB III PENYELENGGARAAN NEGARA YANG
BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI,
KOLUSI DAN NEPOTISME ....................................7
A. Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara .........7
B. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah...........9
C. Rangkuman.........................................................11
D. Latihan/Diskusi ..................................................12
BAB IV LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAH...............13
A. Urusan Pemerintahan yang Menjadi
Kewenangan Pemerintah....................................14
vi
B. Urusan Pemerintahan yang Menjadi
Kewenangan Daerah...........................................17
C. Lembaga Pemerintah Pusat.................................20
D. Lembaga Pemerintah Tingkat Daerah ................42
E. Lembaga Perekonomian Negara.........................49
F. Rangkuman.........................................................53
G. Latihan/Diskusi...................................................55
BAB V PROSES MANAJEMEN PEMERINTAH................56
A. Perencanaan .......................................................56
B. Pengorganisasian ................................................59
C. Pelaksanaan ........................................................63
D. Pengawasan ........................................................74
E. Rangkuman.........................................................86
F. Latihan/Diskusi...................................................88
BAB VI PENUTUP.................................................................90
A. Tes.......................................................................90
B. Tindak Lanjut......................................................91
DAFTAR PUSTAKA...............................................................43
PANDUAN BAGI FASILITATOR .........................................44
1
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Deskripsi Singkat
Mata Diklat Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia membahas pengertian sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara RI, penyelenggaraan
negara yang bersih dan bebas dari KKN, lembaga-lembaga
pemerintah RI, dan proses menajemen pemerintahan dengan
mengacu kepada UUD 1945 dan perubahannya serta peraturan
perundang-undangan lain yang berlaku.
B. Manfaat Pembelajaran
Dengan mempelajari mata Diklat ini peserta Diklat akan
memperoleh pengetahuan tentang Pelaksanaan Sistem
Penyelenggaraan Negara Kesatuan RI yang diharapkan dapat
mendukung pelaksanaan tugas peserta.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan
mampu memahami hal ikhwal tentang penyelenggaraan
pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan
mampu:
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI2
a. Menjelaskan sistem penyelenggaraan pemerintahan
negara;
b. Menjelaskan penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas dari KKN;
c. Menjelaskan lembaga-lembaga pemerintah;
d. Menjelaskan proses manajemen pemerintahan.
3
BAB II
SISTEM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN NEGARA
A.Pengertian
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara pada hakikatnya
merupakan uraian tentang bagaimana mekanisme pemerintahan
negara dijalankan oleh Presiden sebagai pemegang kekuasaan
Pemerintahan Negara. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara ialah sistem bekerjanya Pemerintahan sebagai fungsi
yang ada pada Presiden.
Pada dasarnya Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
tidak membicarakan Sistem Penyelenggaraan Negara oleh
lembaga-lembaga Negara secara keseluruhan. Dalam arti sempit,
istilah Penyelenggaraan Negara tidak mencakup Lembaga-
lembaga Negara yang tercantum dalam UUD 1945. Sedangkan
dalam arti luas, istilah penyelenggaraan negara mengacu pada
tataran supra struktur politik (lembaga negara dan lembaga
pemerintah), maupun pada tataran infrastruktur politik
(organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan).
Dengan demikian, yang dimaksud dengan Sistem
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara sebenarnya adalah
mekanisme bekerjanya lembaga eksekutif, yang dipimpin oleh
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI4
Presiden baik selaku Kepala Pemerintahan maupun sebagai
Kepala Negara.
B. Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan
Negara
Menurut UUD 1945, Presiden adalah sebagai penyelenggara atau
pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara. Dalam melakukan
kewajibannya, Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.
Selain itu, dalam menjalankan fungsinya Presiden dibantu oleh
Menteri-Menteri Negara, dimana setiap Menteri Negara
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Menteri-
Menteri Negara ini diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Sebagai Kepala Lembaga Eksekutif atau Kepala Pemerintahan,
Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang dan
menetapkan peraturan pemerintah untuk melaksanakan undang-
undang sebagaimana mestinya. Presiden tidak dapat
membekukan dan atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).
Dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sebagai Kepala Negara, Presiden:
1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Udara, dan Angkatan Laut;
2. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain dengan persetujuan DPR;
3. Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan
akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 5
dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan Undang-undang harus dengan
persetujuan DPR;
4. Menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibat
keadaan bahaya ditetapkan dengan Undang-Undang;
5. Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta,
memperhatikan pertimbangan DPR;
6. Menerima penempatan duta negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan DPR;
7. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung (MA);
8. Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan
pertimbangan DPR;
9. Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan
yang diatur dengan Undang-undang;
10. Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi
nasehat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya
diatur dengan Undang-undang;
11. Membahas rancangan undang-undang untuk mendapatkan
persetujuan bersama DPR;
12. Mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama DPR untuk menjadi Undang-Undang;
13. Dalam hal ikhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti
Undang-Undang;
14. Mengajukan rancangan Undang-Undang APBN untuk
dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan
DPD (Dewan Perwakilan Daerah);
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI6
15. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah
dipilih oleh DPR atas dasar pertimbangan DPD;
16. Menetapkan calon hakim agung yang diusulkan Komisi
Yudisial dan telah mendapat persetujuan DPR untuk menjadi
hakim agung;
17. Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial
dengan persetujuan DPR;
18. Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.
C. Rangkuman
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara tidak
membicarakan sistem penyelenggaraan negara oleh lembaga-
lembaga negara secara keseluruhan akan tetapi adalah
membicarakan mekanisme bekerjanya lembaga-lembaga
eksekutif yang dipimpin oleh Presiden baik selaku Kepala
Pemerintahan maupun sebagai Kepala Negara.
D. Latihan/Diskusi
1. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara?
2. Apa saja tugas Presiden sebagai Kepala Pemerintahan dan
sebagai Kepala Negara?
3. Mengapa Menteri-Menteri tidak bertanggung jawab kepada
DPR?
7
BAB III
PENYELENGGARAAN NEGARA YANG
BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI,
KOLUSI DAN NEPOTISME
A. Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Negara
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. XI
Tahun 1998.
Sebagai tindak lanjut dan Ketetapan MPR tersebut, kemudian
diterbitkan Undang-undang No. 28 Tahun 1999, tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme. Dalam Undang-Undang ini dinyatakan
bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang
mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-
sungguh dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkan asas-asas
penyelenggaraan negara. Adapun yang dimaksud dengan
penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan
fungsi eksekutif, legislatif atau yudikatif dan pejabat lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Penyelenggara negara tersebut meliputi: pejabat-pejabat negara
pada lembaga-lembaga negara, Menteri, Gubernur, Hakim,
pejabat negara lain sesuai dengan ketentuan peraturan
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI8
perundang-undangan yang berlaku; pejabat lain yang memiliki
fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagaimana
disebutkan dalam UU No. 28 Tahun 1999 adalah: asas kepastian
hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan
umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas
profesionalitas dan asas akuntabilitas.
1. Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum
yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan negara.
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu menjadi landasan
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengabdian
penyelenggaraan negara.
3. Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang mendahulukan
kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif
dan kolektif.
4. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap
hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara
Negara.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 9
6. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa
setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan
negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang
berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab, telah
diterbitkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Pelaksanaannya lebih lanjut didasarkan atas Pedoman
Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
yang diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara (Keputusan
Kepala LAN No. 589/IX/6/4/1999 dan telah diubah dengan
Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003).
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan
misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI10
1. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan
kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan suatu
organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban. Berdasarkan pengertian ini, maka
semua instansi pemerintah, badan dan lembaga negara di
pusat dan daerah sesuai dengan tugas pokok masing-masing
harus memahami lingkup akuntabilitasnya masing-masing,
karena akuntabilitas yang diminta meliputi keberhasilan dan
juga kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan.
2. Prinsi-Prinsip Akuntabilitas
Dalam pelaksanaan akuntabilitas di lingkungan instansi
pemerintah, perlu memperhatikan Prinsi-Prinsip sebagai
berikut:
a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf
instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi
agar akuntabel;
b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin
penggunaan sumber-sumber daya secara konsisten
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan;
d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta
hasil dan manfaat yang diperoleh;
e. Harus jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai
katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 11
dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik
pengukuran kinerja dan penyusunan laporan
akuntabilitas.
C. Rangkuman
Sejalan dengan paradigma baru dalam administrasi negara dan
untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme berdasarkan
TAP MPR NO. XI/MPR/1998 telah diterbitkan Undang-Undang
No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam undang-
undang ini ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara;
yaitu Asas Kepastian Hukum, Asas Tertib Penyelenggaraan
Negara, Asas Kepentingan Umum, Asas Keterbukaan, Asas
Proporsionalitas, Asas Profesionalitas, dan Asas Akuntabilitas.
Dengan memperhatikan dan melaksanakan asas-asas
penyelenggaraan negara ini diharapkan para penyelenggara
negara mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-
sungguh dan penuh tanggung jawab.
Di samping itu untuk mengetahui kinerja aparatur pemerintah
telah diterbitkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas kinerja
adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan
misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban
secara periodik.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI12
D. Latihan/Diskusi
1. Sebutkan Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara
berdasarkan UU No. 28 Tahun 1999?
2. Apa pengertian akuntabilitas yang resmi dianut pemerintah
dan apa saja prinsip-prinsipnya?
3. Mengapa para penyelenggara negara perlu
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan
pencapaian misi atau tujuan organisasinya?
13
BAB IV
LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAH
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, pemerintah
membentuk lembaga-lembaga pemerintah seperti Departemen,
Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Lembaga-lembaga
lainnya. Pada dasarnya lembaga-lembaga pemerintah ini dapat dibagi
dua, yaitu lembaga-lembaga pemerintah tingkat pusat dan lembaga-
lembaga pemerintah tingkat daerah. Lembaga-lembaga
penyelenggara pemerintahan negara tersebut merupakan aparatur
pemerintah atau disebut juga sebagai birokrasi pemerintah. Presiden
bersama-sama lembaga-lembaga pemerintah menyelenggarakan
tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional.
Tugas umum pemerintahan adalah tugas-tugas atau urusan-urusan
pemerintahan yang sejak dahulu dilaksanakan oleh pemerintah
dimana saja dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat, seperti pemeliharaan keamanan dan ketertiban,
penyelenggaraan pendidikan, pelayanan kesehatan dan lain-lain.
Sedangkan tugas pembangunan adalah tugas-tugas atau urusan-
urusan dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan.
Dengan adanya lembaga-lembaga pemerintah ini, maka urusan-
urusan pemerintahan akan terbagi habis ke dalam lembaga-lembaga
pemerintahan yang ada. Akan tetapi tidak harus setiap urusan
pemerintahan diwadahi dalam satu lembaga pemerintahan.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI14
A. Urusan Pemerintahan Yang Menjadi
Kewenangan Pemerintah
Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
pemerintah adalah urusan-urusan yang menyangkut terjaminnya
kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan.
Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah tersebut
adalah:
1. Politik Luar Negeri, antara lain meliputi:
a. Mengangkat pejabat politik dan menunjuk warga negara
untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional;
b. Menetapkan kebijakan luar negeri;
c. Melaksanakan perjanjian dengan negara lain;
d. Menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri.
2. Pertahanan, antara lain meliputi:
a. Mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata;
b. Menyatakan damai dan perang;
c. Menyatakan negara atau sebagai wilayah negara dalam
keadaan bahaya;
d. Membangun dan mengembangkan sistem pertahanan
negara dan persenjataan;
e. Menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela negara
bagi setiap warga negara.
3. Keamanan, antara lain meliputi:
a. Mendirikan dan membentuk kepolisian negara;
b. Menetapkan kebijakan keamanan nasional;
c. Menindak setiap orang yang melanggar hukum negara;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 15
d. Menindak kelompok atau setiap organisasi yang
kegiatannya melanggar keamanan negara.
4. Moneter dan Fiskal, antara lain:
a. Mencetak uang dan menentukan nilai mata uang;
b. Menetapkan kebijakan moneter;
c. Mengendalikan peredaran uang.
5. Yustisi, antara lain:
a. Mendirikan lembaga peradilan;
b. Mengangkat hakim dan jaksa;
c. Mendirikan lembaga pemasyarakatan;
d. Menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasian,
memberi grasi, amnesti, abolisi, membentuk Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, dan peraturan lain yang
berskala nasional.
6. Agama, antara lain:
a. Menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara
nasional;
b. Memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu
agama;
c. Menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan
kehidupan keagamaan.
Di samping itu terdapat bagian urusan pemerintah yang
bersifat concurrent, artinya urusan pemerintahan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat
dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan Pemerintah
Daerah. Dengan demikian setiap urusan yang bersifat
concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI16
kewenangan Pemerintah, ada bagian urusan yang diserahkan
kepada Provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan
kepada Kabupaten/ Kota.
Dengan kata lain bahwa Pemerintah dapat:
a. Menyelenggarakan sendiri sebagian urusan
pemerintahan;
b. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada
Gubernur selaku Wakil Pemerintah; atau
c. Menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan
daerah dan/atau pemerintahan dengan berdasarkan asas
tugas pembantuan.
Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang
concurrent secara proporsional antara Pemerintah, Daerah
Provinsi, Daerah Kabupaten dan Kota, maka disusun kriteria
yang meliputi: eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
dengan mempertimbangkan keserasian hubungan
pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan.
Kriteria Eksternalitas adalah pendekatan dalam pembagian
urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan dampak/
akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan tersebut.
Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka
urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan
Kabupaten/Kota, apabila regional menjadi kewenangan
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 17
Provinsi, dan apabila nasional menjadi kewenangan
Pemerintah.
Kriteria Akuntabilitas adalah pendekatan dalam pembagian
urusan pemerintahan dengan pertimbangan bahwa tingkat
pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah
tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan
dampak/akibat dari urusan yang ditangani tersebut. Dengan
demikian akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan
pemerintahan tersebut kepada masyarakat akan lebih
terjamin.
Kriteria Efisiensi adalah pendekatan dalam pembagian
urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan tersedianya
sumber daya (personil, dana, dan peralatan) untuk
mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang
harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan.
B. Urusan Pemerintahan Yang Menjadi
Kewenangan Daerah
Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib
dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah urusan
pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti
pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup
minimal, prasarana lingkungan dasar. Sedangkan urusan
pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi
unggulan dan kekhasan daerah.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI18
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah
provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi:
1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat;
4. Penyediaan sarana dan prasarana umum;
5. Penanganan bidang kesehatan;
6. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya
manusia potensial;
7. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;
8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;
9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan
menengah termasuk lintas kabupaten/kota;
10. Pengendalian lingkungan hidup;
11. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/ kota;
12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
14. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas
kabupaten/kota;
15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten/kota; dan
16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi
urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,
kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 19
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
Kabupaten/Kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota
meliputi:
1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat;
4. Penyediaan sarana dan prasarana umum;
5. Penanganan bidang kesehatan;
6. Penyelenggaraan pendidikan;
7. Penanggulangan masalah sosial;
8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;
9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan
menengah;
10. Pengendalian lingkungan hidup;
11. Pelayanan pertanahan;
12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
14. Pelayanan administrasi penanaman modal;
15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Urusan pemerintahan Kabupaten/Kota yang bersifat pilihan
meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan
berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang
bersangkutan.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI20
Gambar: Pembagian Urusan Pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota
Sumber : Undang-undang No. 32 Tahun 2004
C. Lembaga Pemerintah Pusat
Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dikatakan bahwa
Pemerintah Pusat atau Pemerintah adalah Presiden RI yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara RI. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan, lembaga-lembaga pemerintah
tingkat pusat meliputi: Kementerian Negara, Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND), Kesekretariatan yang
membantu Presiden; Kejaksaan Agung; Perwakilan RI di Luar
Negeri; Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara RI
(Polri); Badan/Lembaga Ekstra Struktural.
1. Kementerian Negara
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 21
Kerja Kementerian Negara, disebutkan bahwa Kementerian
Negara terdiri dari Kementerian Koordinator, Kementerian
Negara yang berbentuk Departemen dan Kementerian
Negara.
a. Kementerian Koordinator
Kedudukan
Kementerian Koordinator adalah unsur pelaksana
Pemerintah yang dipimpin oleh Menteri Koordinator
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden.
Tugas
Kementerian Koordinator mempunyai tugas membantu
Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan
penyusunan kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaan
kebijakan di bidangnya.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian
Koordinator menyelenggarakan fungsi:
1) Koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan
di bidangnya;
2) Sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
3) Pengendalian penyelenggaraan kebijakan,
sebagaimana dimaksud pada huruf 1) dan 2);
4) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawabnya;
5) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI22
6) Pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh
Presiden;
7) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan
pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada
Presiden.
Dalam Kabinet Indonesia Bersatu dibawah pimpinan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ada tiga
Kementerian Koordinator, yaitu: Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; dan
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
1) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan mengkoordinasikan: Departemen
Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri,
Departemen Pertahanan; Departemen Hukum dan
HAM; Kejaksanaan Agung; BIN; TNI; POLRI; dan
Instansi yang dianggap perlu.
2) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
mengkoordinasikan: Departemen Keuangan;
Departemen Energi dan SDM; Departemen
Perindustrian; Departemen Perdagangan;
Departemen Pertanian; Departemen Kehutanan;
Departemen Perhubungan; Departemen Kelautan dan
Perikanan; Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi; Departemen Pekerjaan Umum;
Departemen Kominfo; Kementerian Negara Ristek;
Kementerian Negara Koperasi dan UKM;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 23
Kementerian Negara Pembangunan Daerah
Tertinggal; dan Instansi yang dianggap perlu.
3) Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat mengkoordinasikan: Departemen Kesehatan;
Departemen Pendidikan Nasional; Departemen
Sosial; Departemen Agama; Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata; Kementerian Negara
Lingkungan Hidup; Kementerian Negara PP;
Kementerian Negara PAN; Kementerian Negara
Perumahan Rakyat; Kementerian Negara Pemuda
dan Olah Raga; dan Instansi lain yang dianggap
perlu.
Susunan Organisasi
Kementerian Koordinator dibantu oleh:
1) Sekretariat Kementerian Koordinator;
2) Deputi;
3) Staf Ahli;
4) Di lingkungan Kementerian Koordinator dapat
diangkat tiga orang Staf Khusus Menteri (Perpres
No.62 Tahun 2005).
b. Departemen
Kedudukan
Departemen adalah unsur pelaksana Pemerintah yang
dipimpin oleh Menteri yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI24
Tugas
Departemen mempunyai tugas membantu Presiden
dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan.
Fungsi
Dalam pelaksanaan tugasnya, Departemen
menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan nasional, kebijakan
pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidangnya;
2) Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan
bidang tugasnya;
3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawabnya;
4) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
5) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan
pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada
Presiden.
Dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009) ada 20
(dua puluh) Departemen, yaitu:
1) Departemen Dalam Negeri;
2) Departemen Luar Negeri;
3) Departemen Pertahanan;
4) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia;
5) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
6) Departemen Perindustrian;
7) Departemen Perdagangan;
8) Departemen Pertanian;
9) Departemen Kehutanan;
10) Departemen Perhubungan;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 25
11) Departemen Kelautan dan Perikanan;
12) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
13) Departemen Pekerjaan Umum;
14) Departemen Kesehatan;
15) Departemen Pendidikan Nasional;
16) Departemen Sosial;
17) Departemen Agama;
18) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata;
19) Departemen Komunikasi dan Informatika;
20) Departemen Keuangan.
Susunan Organisasi
Departemen terdiri dari:
1) Menteri;
2) Sekretariat Jenderal, bertugas melaksanakan
pembinaan dan koordinasi pelaksanan tugas dan
administrasi Departemen;
3) Direktorat Jenderal, bertugas melaksanakan rumusan
dan pelaksanaan kebijakan serta standarisasi teknis
di bidangnya;
4) Inspektorat Jenderal, bertugas melaksanakan
pengawasan fungsional;
5) Badan dan/atau Pusat;
6) Staf Ahli;
7) Di lingkungan Departemen dapat diangkat 3 (tiga)
orang Staf Khusus Menteri (Perpres No. 62 Tahun
2005).
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI26
Departemen yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang tidak diserahkan kepada Daerah
dapat membentuk Instansi Vertikal yang ditetapkan
dengan Peraturan Presiden. Departemen secara selektif
dapat membentuk UPT sebagai pelaksana tugas teknis
operasional dan/atau tugas teknis penunjang.
c. Kementerian Negara
Kedudukan
Kementerian Negara adalah unsur pelaksana pemerintah
yang dipimpin oleh Menteri Negara yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Tugas
Kementerian Negara mempunyai tugas membantu
Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di
bidang tertentu dalam kegiatan pemerintahan negara.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Negara
menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan nasional di bidangnya;
2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
mengabdi tanggung jawabnya;
4) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
5) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan
pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada
Presiden;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 27
Berdasarkan Perpres No. 62 Tahun 2005, Kementerian
Negara Koperasi dan UKM, Kementerian Negara
Perumahan Rakyat, dan Kementerian Negara Pemuda
dan Olah Raga, di samping melaksanakan fungsi-fungsi
sebagaimana tersebut diatas, juga melaksanakan fungsi
teknis pelaksanaan/fungsi operasionalisasi kebijakan di
bidang masing-masing.
Dalam Kabinet Indonesia Bersatu, Kementerian Negara
terdiri dari:
1) Kementerian Negara Riset dan Teknologi;
2) Kementerian Negara Koperasi dan UKM;
3) Kementerian Negara Lingkungan Hidup;
4) Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan;
5) Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara;
6) Kementerian Negara Pembangunan Daerah
Tertinggal;
7) Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas (Keppres No.
171/M/Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua
Keppres No. 187/M/ Tahun 2005);
8) Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara;
9) Kementerian Negara Perumahan Rakyat;
10) Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI28
Susunan Organisasi
Kementerian Negara dibantu oleh:
1) Sekretariat Kementerian Negara;
2) Deputi;
3) Staf Ahli;
4) Di lingkungan Kementerian Negara dapat diangkat 3
(tiga) orang Staf Khusus Menteri (Perpres No. 62
Tahun 2005).
2. Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND)
LPND diatur dengan Keppres No. 103 Tahun 2001 yang
telah enam kali mengalami perubahan terakhir perubahannya
dengan Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2005.
Kedudukan
LPND dalam Pemerintahan Negara RI adalah lembaga
pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas
pemerintahan tertentu dari Presiden. LPND berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Tugas
LPND mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
tertentu dari Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam Perpres No. 11
Tahun 2005 tentang Perubahan Kelima atas Keppres No. 103
Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja LPND,
pada Pasal 3-nya menyebutkan bahwa LPND terdiri dari:
1) Lembaga Administrasi Negara (LAN);
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 29
2) Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI);
3) Badan Kepegawaian Negara (BKN);
4) Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas);
5) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas);
6) Badan Pusat Statistik (BPS);
7) Badan Standarisasi Nasional (BSN);
8) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN);
9) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN);
10) Badan Intelijen Negara (BIN);
11) Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG);
12) Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN);
13) Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN);
14) Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(BAKOSURTANAL);
15) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP);
16) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI);
17) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT);
18) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM);
19) Badan Pertanahan Nasional (BPN);
20) Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM);
21) Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS);
22) Badan Meterologi dan Geofisika (BMG).
Sesuai dengan Perpres No. 64 Tahun 2005, masing-masing
LPND melaksanakan tugasnya dikoordinasikan oleh Menteri,
yang meliputi:
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI30
1) Menteri Dalam Negeri bagi BPN;
2) Menteri Pertahanan bagi LEMHANAS dan
LEMSANEG;
3) Menteri Perdagangan bagi BKPM;
4) Menteri Kesehatan bagi BPOM dan BKKBN;
5) Menteri Pendidikan Nasional bagi PERPUSNAS;
6) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara bagi
LAN, BKN, BPKP, dan ANRI;
7) Menteri Negara Riset dan Teknologi bagi LIPI,
LAPAN, BPPT, BATAN, BAPETEN,
BAKOSURTANAL, dan BSN;
8) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
bagi BPS;
9) Menteri Perhubungan bagi BMG.
Dalam Keppres No. 103 Tahun 2001, Susunan Organisasi
LPND diatur sebagai berikut:
1) Kepala;
2) Bila dipandang perlu Kepala dapat dibantu oleh seorang
Wakil Kepala;
3) Sekretariat Utama, sebagai pelaksana fungsi
staf/penunjang dan mengkoordinasikan perencanaan,
pembinaan dan pengendalian terhadap program
administrasi dan sumber daya yang dipimpin oleh
seorang Sekretaris Utama;
4) Deputi, pelaksana fungsi lini dan membawahi Direktorat
dan/atau pusat Direktorat digunakan sebagai
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 31
nomenklatur unit yang fungsinya pembinaan. Sedangkan
Pusat untuk unit yang fungsinya pelaksanaan;
5) Unit pengawasan dapat berbentuk Inspektorat Utama
atau Inspektorat, dan bertugas untuk melaksanakan
pengawasan fungsional;
3. Kesekretariatan yang Membantu Presiden
a. Sekretariat Negara
Berdasarkan Kepres No. 117 Tahun 2000, Sekretariat
negara adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden
dan mempunyai tugas untuk memberikan dukungan staf
dan pelayanan administrasi kepada Presiden selaku
Kepala Negara dalam menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan negara. Sekretariat Negara dipimpin oleh
Sekretaris Negara.
b. Sekretariat Kabinet
Berdasarkan Kepres No. 111 Tahun 2000, Sekretariat
Kabinet adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden dan mempunyai tugas memberikan dukungan
staf dan pelayanan administrasi kepada Presiden selaku
Kepala Pemerintahan dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan negara. Sekretariat Kabinet
dipimpin oleh Sekretaris Kabinet.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI32
4. Kejaksaan Agung
Berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan
kekuasaan negara secara merdeka di bidang penuntutan serta
kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Kejaksaan
adalah satu dan tidak terpisahkan.
Pelaksanaan kekuasaan negara bidang penuntutan ini
diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi,
dan Kejaksaan Negeri.
Kejaksaan Agung berkedudukan di Ibukota Negara RI dan
daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara RI.
Kejaksaan Tinggi berkedudukan di Ibukota Provinsi dan
daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi.
Kejaksaan Negeri berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota
yang daerah hukumnya meliputi wilayah daerah
kabupaten/kota.
Dalam hal tertentu di daerah hukum kejaksaan negeri dapat
dibentuk cabang Kejaksaan Negeri:
a. Tugas dan Wewenang
Umum
1) Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan
wewenang:
(a) Melakukan penuntutan;
(b) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 33
(c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan putusan lepas bersyarat;
(d) Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana
tertentu berdasarkan UU;
(e) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu
dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan kepengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan
penyidik;
2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan
dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam
maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama
negara atau pemerintah;
3) Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum,
kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan:
(a) Peningkatan kesadaran hukum;
(b) Pengamanan kebijakan penegakkan hukum;
(c) Pengawasan peredaran barang cetakan;
(d) Pengawasan aksi kepercayaan yang dapat
membahayakan masyarakat dan negara;
(e) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan
agama;
(f) Penelitian dan pengembangan hukum serta
statistik kriminal.
4) Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain
berdasarkan Undang-undang;
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI34
5) Kejaksaan berwenang menangani perkara pidana
yang diatur dalam Qanun sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa
Aceh sebagai Provinsi NAD sesuai Undang-undang
No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
Khusus
Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang:
1) Menetapkan serta mengendalikan kebijakan
penegakkan hukum dan keadilan dalam ruang
lingkup tugas dan wewenang kejaksaan;
2) Mengefektifkan proses penegakkan hakim yang
diberikan oleh Undang-undang;
3) Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum;
4) Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada
Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata,
dan tata usaha negara;
5) Mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada
Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara
pidana;
6) Mencegah atau menangkal orang tertentu untuk
masuk atau keluar wilayah NKRI karena
keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 35
5. Perwakilan RI di Luar Negeri
Perwakilan RI di luar negeri adalah satu-satunya Aparatur
yang mewakili kepentingan Negara RI secara keseluruhan di
negara lain atau pada Organisasi Internasional, dan dapat
berupa Kedutaan Besar RI (KBRI), Konsulat Jenderal RI
(KONJENRI), Konsulat RI, Perutusan Tetap RI (PTRI) pada
PBB maupun Perwakilan RI tertentu yang bersifat sementara.
Perwakilan RI terdiri atas Perwakilan Diplomatik dan
Perwakilan Konsulat.
a. Perwakilan Diplomatik
Cakupan kegiatan Perwakilan Diplomatik menyangkut
semua kepentingan Negara RI dan wilayah kerjanya
meliputi seluruh wilayah negara penerima atau yang
bidang kegiatannya meliputi bidang kegiatan suatu
Organisasi Internasional.
Perwakilan Diplomatik terdiri atas Kedutaan Besar RI
dan Perwakilan Tetap RI yang dipimpin oleh seorang
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh dan
bertanggungjawab kepada Presiden selaku Kepala
Negara melalui Menteri Luar Negeri.
Tugas Pokok Perwakilan Diplomatik adalah mewakili
Negara RI dalam melaksanakan hubungan diplomatik
dengan negara penerima atau Organisasi Internasional
serta melindungi segenap kepentingan negara dan warga
negara RI di negara penerima sesuai dengan kebijakan
pemerintah yang ditetapkan dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku termasuk hukum dan
tata cara hubungan internasional.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI36
b. Perwakilan Konsuler
Kegiatan Perwakilan Konsuler meliputi semua
kepentingan negara RI di bidang konsuler dan
mempunyai wilayah kerja tertentu dalam wilayah negara
penerima.
Perwakilan Konsuler terdiri atas Konsulat Jenderal RI
dan Konsulat RI yang dipimpin oleh Konsul Jenderal dan
Konsul, yang bertanggung jawab kepada Duta Besar
Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, bertanggung jawab
langsung kepada Menteri Luar Negeri.
Tugas Pokok Perwakilan Konsuler adalah mewakili
negara RI dalam melaksanakan hubungan konsuler
dengan negara penerima di bidang perekonomian,
perdagangan, perhubungan, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan serta mengeluarkan izin prinsip penanaman
modal asing di Indonesia untuk Menteri Luar Negeri atas
nama Menteri yang bertanggungjawab di bidang
investasi sesuai dengan kebijakan pemerintah yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
6. Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Peran, tugas, susunan dan kedudukan TNI secara pokok-
pokoknya diatur dalam TAP No. VI/MPR /2000 tentang
Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia; TAP No. VII/MPR/2000 tentang
Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian
Negara Republik Indonesia, dan kemudian diatur dengan
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 37
Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia.
Kedudukan
Sesuai dengan Undang-undang No. 34 Tahun 2004
kedudukan TNI diatur sebagai berikut:
a. Dalam pengesahan dan penggunaan kekuatan militer,
TNI berkedudukan di bawah Presiden;
b. Dalam kebijakan dan strategi pertahanan serta dukungan
administrasi; TNI di bawah koordinasi Departemen
Pertahanan.
TNI terdiri dari TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut,
dan TNI Angkatan Udara yang melaksanakan tugasnya
secara merata atau gabungan di bawah pimpinan Panglima.
Tiap-tiap angkatan (AD, AL, dan AU) mempunyai
kedudukan yang sama dan sederajat.
Peran
TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang
dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan
keputusan politik negara.
Fungsi
Sebagai alat pertahanan negara, TNI berfungsi sebagai:
a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan
ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap
kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI38
b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana
tersebut butir a;
c. Pemulihan terhadap kondisi keamanan negara yang
terganggu akibat kekacauan keamanan.
Dalam melaksanakan fungsi tersebut, TNI merupakan
komponen utama Sistem Pertahanan Negara.
Tugas Pokok
TNI mempunyai tugas pokok untuk:
a. Menegakkan kedaulatan negara;
b. Mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;
c. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara.
Susunan Organisasi
Organisasi TNI terdiri dari:
a. Markas Besar TNI membawahi: Markas Besar TNI
Angkatan Darat, Markas Besar TNI Angkatan Laut, dan
Markas Besar TNI Angkatan Udara.
b. Markas Besar TNI terdiri dari: unsur pimpinan, unsur
pembantu pimpinan, unsur pelayanan, badan pelaksana
pusat, dan Komando Utama Operasi.
c. Markas Besar Angkatan terdiri atas unsur pimpinan,
unsur pembantu pimpinan, unsur pelayanan, badan
pelaksana pusat, dan komando utama pembinaan.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 39
TNI dipimpin oleh seorang Panglima yang diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan
DPR.
Angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan dan
berkedudukan di bawah Panglima serta bertanggungjawab
kepada Panglima. Kepala Staf Angkatan diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden atas usul Panglima.
7. Kepolisian Negara RI (Polri)
Peran, tugas, susunan dan kedudukan POLRI, sebagaimana
TNI secara pokok-pokoknya diatur dalam TAP No.
VI/MPR/2000 dan TAP No. VII/MPR/ 2000. Kemudian
diatur dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Peran dan Tugas POLRI
a. POLRI merupakan alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat.
b. Selain tugas pokok tersebut di atas, POLRI juga
melaksanakan tugas bantuan:
1) Dalam keadaan darurat memberikan bantuan kepada
TNI yang diatur dengan undang-undang;
2) Turut secara aktif dalam tugas-tugas penanggulangan
kejahatan internasional sebagai anggota
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI40
International Criminal Police Organization –
Interpol;
3) membantu secara aktif tugas pemeliharaan
perdamaian dunia (peace keeping operation) di
bawah bendera PBB.
Susunan dan Kedudukan POLRI:
a. POLRI merupakan Kepolisian Nasional yang
organisasinya disusun secara berjenjang dari tingkat
pusat sampai tingkat daerah;
b. POLRI berada di bawah Presiden;
c. POLRI dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara RI
(KAPOLRI) yang diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden dengan persetujuan DPR;
d. Anggota POLRI tunduk pada kekuasaan peradilan
umum;
Lembaga Kepolisian Nasional
a. Presiden dalam menetapkan arah kebijakan Kepolisian
Negara RI dibantu oleh lembaga kepolisian nasional,
yang dibentuk oleh Presiden yang diatur dengan undang-
undang.
b. Lembaga Kepolisian Nasional memberikan
pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan
pemberhentian KAPOLRI.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 41
Keikutsertaan POLRI dalam penyelenggaraan negara:
a. POLRI bersikap netral dalam politik dan tidak
melibatkan diri pada kegiatan politis praktis;
b. Anggota POLRI dapat menduduki jabatan diluar
kepolisian setelah mengundurkan diri atau pensiun dari
dinas kepolisian.
8. Badan/Lembaga Ekstra Struktural
Badan/Lembaga Ekstra Struktural pada dasarnya adalah
badan/lembaga yang bersifat penunjang dan/atau pelengkap
tatanan organisasi pemerintahan yang melaksanakan
fungsifungsi khusus di bidang tertentu untuk menunjang
pelaksanaan urusan pemerintahan. Badan/Lembaga ini secara
organik tidak termasuk dalam struktur organisasi
Kementerian Negara (Kementerian Koordinator,
Departemen, Kementerian Negara) dan/atau LPND.
Badan/Lembaga Ekstra Struktural dapat dipimpin atau di
Ketuai oleh Menteri, bahkan Presiden atau Wakil Presiden.
Badan/Lembaga ini mempunyai karakteristik yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang signifikan terletak
pada dasar hukum pembentukannya. Nomenklatur yang
digunakan juga beragam seperti: Dewan, Badan, Komisi,
Komite, Lembaga, dan Tim.
Badan/Lembaga Ekstra Struktural yang terbentuk:
a. Dewan, antara lain: Dewan Ekonomi Nasional, Dewan
Ketahanan Pangan, Dewan Maritim Nasional, Dewan
Pertimbangan Otonomi Daerah.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI42
b. Badan, antara lain: Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi
(BAKORNAS PBP), Badan Koordinasi Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia (BKPTKI), Badan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat
Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera
Utara, Badan Pertimbangan dan Pendidikan Nasional.
c. Komisi, antara lain: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (KPK), Komisi Pemilihan Umum (KPU),
Komisi Ombudsman, Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU).
d. Komite, antara lain: Komite Kebijakan Sektor Keuangan,
Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Komite
Olah Raga Nasional, Komite Standar Nasional Untuk
Satuan Ukuran.
e. Lembaga, antara lain: Lembaga Sensor Film, Lembaga
Koordinasi Pangan dalam Peningkatan Kesejahteraan
Sosial Penyandang Cacat.
D. Lembaga Pemerintah Tingkat Daerah
Penyelenggara Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sedangkan
Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah. Dengan demikian lembaga pemerintah tingkat daerah
disebut perangkat daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004. Dalam penyelenggaraan
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 43
pemerintahan daerah, Kepala Daerah dibantu oleh perangkat
daerah.
Secara umum perangkat daerah terdiri dari:
1. Unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan
koordinasi, diwadahi dalam Lembaga Sekretariat;
2. Unsur pendukung tugas Kepala Daerah dalam penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik,
diwadahi dalam Lembaga Teknis Daerah;
3. Unsur pelaksana urusan daerah, diwadahi dalam Lembaga
Dinas Daerah.
Perangkat Daerah Provinsi terdiri dari :
1. Sekretariat Daerah;
2. Sekretariat DPRD;
3. Dinas Daerah; dan
4. Lembaga Teknis Daerah.
Perangkat Daerah Kabupaten /Kota, terdiri atas:
1. Sekretariat Daerah;
2. Sekretariat DPRD;
3. Dinas Daerah;
4. Lembaga Teknis Daerah;
5. Kecamatan; dan
6. Kelurahan.
Sekretariat Daerah
Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris
Daerah Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI44
usul Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan
oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi persyaratan dan karena kedudukannya Sekretaris
Daerah sebagai pembina pegawai negeri sipil di daerahnya.
Sekretaris Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu
kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah.
Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya, Sekretaris Daerah
bertanggung jawab kepada kepala daerah.
Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD. Sekretaris
DPRD diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur/Bupati/
Walikota dengan persetujuan DPRD.
Tugas Sekretaris DPRD adalah:
1. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD;
2. Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD;
3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD;
4. Menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang
diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai
dengan kemampuan keuangan daerah.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat DPRD secara teknis
operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 45
pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Dinas
Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang
dipimpin oleh Kepala Dinas. Kepala Dinas diangkat dan
diberhentikan oleh Kepala Daerah dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.
Lembaga Teknis Daerah
Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas
kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah yang bersifat spesifik. Lembaga teknis daerah berbentuk
badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah.
Badan, Kantor, atau Rumah Sakit Umum Daerah masing-masing
dipimpin oleh Kepala yang diangkat oleh Kepala Daerah dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris
Daerah.
Kepala Badan, Kepala Kantor, atau Kepala Rumah Sakit Umum
Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah.
Kecamatan
Kecamatan dibentuk di wilayah Kebupaten/Kota dengan
peraturan daerah (Perda) dengan berpedoman pada peraturan
pemerintah.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI46
Kecamatan dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan
tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati
atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.
Di samping itu, Camat juga menyelenggarakan tugas umum
pemerintahan yang meliputi:
1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentuan dan
ketertiban umum;
3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakkan peraturan
perundang-undangan;
4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas
pelayanan umum;
5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
di tingkat kecamatan;
6. Membina penyelenggaraan pemerintahan dasar dan/atau
kelurahan;
7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang
lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan
pemerintahan daerah atau kelurahan.
Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris Daerah
Kabupaten/Kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Camat dibantu oleh
Perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab kepada
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 47
Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.
Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada Camat.
Kelurahan
Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan peraturan
daerah (Perda).
Kelurahan dipimpin oleh Lurah yang dalam pelaksanaan
tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/ Walikota.
Di samping itu, Lurah mempunyai tugas:
1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan;
2. Pemberdayaan masyarakat;
3. Pelayanan masyarakat;
4. Penyelenggaraan ketentuan dan ketertiban umum;
5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari
pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis
pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Lurah dibantu oleh
perangkat kelurahan dan bertanggung jawab kepada Bupati/
Walikota melalui Camat. Perangkat kelurahan bertanggung
jawab kepada Lurah. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas lurah,
pada kelurahan dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan
kebutuhan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI48
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu
organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang perlu
ditangani. Akan tetapi tidak berarti bahwa setiap penanganan
urusan pemerintahan harus dibentuk atau diwadahi dalam
organisasi tersendiri.
Besaran organisasi atau susunan organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor:
1. Kemampuan keuangan;
2. Kebutuhan daerah;
3. Cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus
diwujudkan;
4. Jenis dan banyaknya tugas;
5. Luas wilayah kerja dan kondisi geografis;
6. Jumlah dan kepadatan penduduk;
7. Potensi daerah yang bertahan dengan urusan yang akan
ditangani;
8. Sarana dan prasarana penunjang tugas.
Dengan demikian kebutuhan organisasi perangkat daerah bagi
masing-masing daerah tidak selalu sama.
Susunan organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam Peraturan
Daerah dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu (beban
tugas, cakupan wilayah, jumlah pegawai) dan berpedoman pada
Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah (catatan: pada waktu penulisan modul ini Peraturan
Pemerintah tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 49
adalah PP No. 8 Tahun 2003 dalam proses Revisi karena akan
disesuaikan dengan makna Undang-undang No. 32 Tahun 2004
dan kondisi obyektif lainnya).
Pengendalian penataan organisasi perangkat daerah dalam arti
penerapan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
simplifikasi dilakukan oleh:
1. Pemerintah untuk perangkat daerah provinsi; dan
2. Gubernur untuk perangkat daerah Kabupaten/Kota dengan
tetap berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
E. Lembaga Perekonomian Negara
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, juga
dikenal adanya lembaga perekonomian negara yang disebut
dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD).
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
BUMN saat ini diatur dengan UU No.19 Tahun 2003.
BUMN yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu
pelaku ekonomi dalam Sistem Perekonomian Nasional, di
samping usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan
kegiatan usahanya, BUMN, Swasta dan Koperasi
melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan
demokrasi ekonomi. Dalam sistem perekonomian nasional,
BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan/atau jasa
yang dipasarkan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran masyarakat.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI50
Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor
dan/atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum
diminati usaha swasta. Di samping itu, BUMN juga
mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan
publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan
turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi.
BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan
negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak,
dividen dan hasil privatisasi.
a. Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 UU No. 19
Tahun 2003, maksud dan tujuan pendirian BUMN
adalah:
1) Memberikan sumbangan bagi perkembangan
perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan negara pada khususnya;
2) Mengejar keuntungan;
3) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
pengendalian barang dan/atau jasa yang bermutu
tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup
orang banyak;
4) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum
dapat diselesaikan oleh sektor swasta dan koperasi;
5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan
kepada pengusaha kalangan ekonomi lemah,
koperasi dan masyarakat.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 51
b. Jenis BUMN.
BUMN terdiri dari: Perusahaan Perseroan (Persero) dan
Perusahaan Umum (Perum).
1) Perusahaan Perseroan (Persero) adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi
dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 %
(lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya
mengejar keuntungan.
Perusahaan Perseroan Terbuka yang selanjutnya
disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal
dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria
tertentu atau Persero yang melakukan penawaran
umum yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal.
Terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan
prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas
sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas.
Maksud dan Tujuan Pendirian Persero adalah:
a) Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu
tinggi dan berdaya saing kuat;
b) Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai
perusahaan.
Organ Persero adalah: Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris.
2) Perusahaan Umum (Perum) adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI52
atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan.
Maksud dan Tujuan pendirian Perum adalah untuk
kemanfaatan umum berupa pengendalian barang
dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang
terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip
pengolahan perusahaan yang sehat.
Organ Perum adalah: Menteri, Direksi, dan Dewan
Pengawas.
2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004; Pasal 177
disebutkan bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD
yang pembentukan penggabungan, pelepasan kepemilikan,
dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan
Daerah yang berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.
Perusahaan Daerah dibentuk berdasarkan Undang-Undang
No. 5 Tahun 1992 tentang Perusahaan Daerah dan yang
dimaksud adalah semua perusahaan yang modal seluruhnya
atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan,
kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-
undang. Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan
Daerah. Pembinaan umum terhadap Perusahaan Daerah
dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 53
Agar pengelolaan Perusahaan Daerah dapat diselenggarakan
secara efisien, efektif dan produktif, sehingga benar-benar
dapat menunjang perwujudan otonomi seluas-luasnya, maka
sambil menunggu berlakunya undang-undang yang baru
tentang Perusahaan Daerah, sudah diterbitkan Instruksi
Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1990 tentang Perubahan
Bentuk Badan Usaha Milik Daerah ke dalam dua bentuk,
yaitu Perumda dan Perseroda.
a. Perumda (Perusahaan Umum Daerah Public
Corporation/ Service)
Didirikan dengan maksud, tujuan dan sifat usahanya
adalah mengutamakan penyelenggaraan pelayanan
umum di samping mencari keuntungan sebagai sumber
pendapatan asli daerah, dengan tetap berpegang teguh
pada: (1) syarat-syarat efisiensi dan efektivitas, (2)
prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dan (3) pelayanan
yang baik pada masyarakat.
b. Perseroda (Perusahaan Perseroan Daerah)
Maksud dan tujuan usaha Perseroda adalah untuk
memupuk keuntungan dalam arti baik pelayanan dan
pembinaan organisasinya harus secara efektif dan efisien
dengan orientasi bisnis.
F. Rangkuman
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, pemerintah
membentuk lembaga-lembaga pemerintah baik di tingkat pusat
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI54
maupun di tingkat daerah dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang terkait.
Setiap lembaga-lembaga pemerintah melaksanakan urusan
pemerintahan tertentu. Urusan-urusan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat adalah politik luar negeri, pertahanan,
keamanan, moneter dan fiskal, yustisi, dan agama. Sedangkan
urusan-urusan yang menjadi kewenangan daerah terbagi ke
dalam dua pula, yaitu: urusan wajib dan urusan pilihan.
Lembaga pemerintah tingkat pusat meliputi: Kementerian
Koordinator, Departemen, Kementerian Negara, LPND,
Kesekretariatan yang membantu Presiden, Kejaksaan Agung,
Perwakilan RI di Luar Negeri, TNI, POLRI, Badan/Lembaga
Ekstra Struktural. Lembaga pemerintah tingkat daerah meliputi:
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga
Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan. Lembaga
Perekonomian Negara meliputi: Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Derah. BUMN berbentuk Persero dan Perum.
Sedangkan BUMD berbentuk Perseroda dan Perumda.
Dasar utama penyusunan lembaga-lembaga pemerintah dalam
bentuk organisasi baik di tingkat pusat maupun di daerah adalah
adanya urusan pemerintahan yang harus ditangani. Namun tidak
semua urusan-urusan pemerintahan tersebut dibentuk dalam
organisasi tersendiri.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 55
G. Latihan/Diskusi
1. Sebutkan urusan-urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat?
2. Sebutkan urusan-urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah?
3. Apa saja yang termasuk lembaga-lembaga pemerintah
tingkat Pusat?
4. Apa saja yang termasuk lembaga-lembaga pemerintah
tingkat Daerah?
5. Apa tujuan dibentuknya Lembaga Perekonomian Negara?
56
BAB V
PROSES MANAJEMEN
PEMERINTAHAN
Dalam modul ini uraian tentang proses manajemen pemerintahan
mencakup empat aspek, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.
A. Perencanaan
Landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah adalah Undang-
Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang ini ditetapkan
bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu
kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang,
jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara pemerintahan di pusat dan daerah dengan
melibatkan masyarakat. Perencanaan Pembangunan Nasional
terdiri dari atas perencanaan pembangunan yang disusun secara
terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan perencanaan
pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:
1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 57
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi
pemerintah maupun antar Pusat dan Daerah;
3. Menjamin keterkaitan dan konstitusi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat;
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara
efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Sebagai tindak lanjut dari UU No. 25 Tahun 2004 ini, Presiden
mengeluarkan Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional
Tahun 2004 – 2009.
RPJM Nasional Tahun 2004 – 2009 merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilihan Umum yang
dilaksanakan secara langsung pada tahun 2004. RPJM Nasional
ini menjadi pedoman bagi:
1. Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga;
2. Pemerintah Daerah dalam menyusun RPJM Daerah;
3. Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah.
Tahap-tahap Perencanaan Pembangunan:
1. Penyusunan Rencana
Dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu
sistem rencana yang siap untuk ditetapkan, yang terdiri dari 4
(empat) langkah yaitu:
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI58
a) Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang
bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur;
b) Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan
rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada
rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan;
c) Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan
menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan
masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan;
d) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Penetapan Rencana
Menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak
untuk melaksanakannya.
Menurut UU No. 25 Tahun 2004, Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional/Daerah (20 Tahun) ditetapkan
sebagai UU/Perda, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional/Daerah (5 Tahun) ditetapkan sebagai
Perpres/Kepala Daerah, dan Rencana Pembangunan Tahunan
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Perpres/Kepala Daerah.
3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana
Dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan
sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui
kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama
pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Selanjutnya, Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 59
menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana
pembangunan dari masing-masing pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah
sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara
sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan
informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan
kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilakanakan berdasarkan
indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen
rencana pembagunan.
B. Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian sangat erat kaitannya dengan fungsi
perencanaan. Pengorganisasian dapat diartikan sebagai penetapan
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan, pengelompokkan
tugas-tugas dan pembagian pekerjaan kepada setiap pegawai dan
penetapan hubungan-hubungan kerja. Misalnya jika
pengorganisasian dilaksanakan dengan baik, maka organisasi
yang dihasilkan pun akan lebih baik dan tujuan organisasi relatif
akan mudah dicapai.
Untuk membentuk atau menyempurnakan organisasi/
kelembagaan perlu diperhatikan prinsip pengorganisasian dan
pertimbangan-pertimbangan yang rasional lainnya seperti
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dari hasil
analisis jabatan.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI60
Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
21 Tahun 1990 tentang Pedoman dan Proses Pembentukan atau
Penyempurnaan Kelembagaan di lingkungan Instansi Pemerintah
Pusat, Perwakilan RI di luar negeri dan pemerintah di Daerah,
disebutkan prinsip-prinsip pengorganisasian sebagai berikut:
1. Prinsip Pembagian Habis Tugas
Prinsip ini dimaksudkan agar supaya tugas pokok dan fungsi
pemerintah terbagi habis dalam Departemen-Departemen dan
Lembaga-lembaga Non Departemen, sehingga bagaimanapun
cara yang dipergunakan untuk menyusun organisasi aparatur
pemerintah secara fungsional, ada yang mengurus dan
bertanggung jawab atas setiap fungsi.
2. Prinsip Perumusan Tugas Pokok dan Fungsi yang Jelas
Usaha yang sungguh-sungguh harus dilaksanakan untuk
menjamin bahwa tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah
adalah jelas, sehingga dapat dihindarkan timbulnya duplikasi,
ataupun overlapping atau paling tidak dapat dikurangi.
3. Prinsip Fungsionalisasi
Prinsip fungsionalisasi dimaksudkan di dalam
penyelenggaraan pemerintahan ada organisasi yang secara
fungsional bertanggungjawab atas sesuatu bidang dan tugas
pemerintahan dan prinsip ini juga menentukan batas-batas
kewenangannya. Dalam kerjasama dengan instansi lain
fungsionalisasi menentukan instansi mana yang harus
memprakarsai kerjasama tersebut.
4. Prinsip Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi
Mengingat bahwa tidak ada satupun kegiatan pemerintahan,
baik tugas umum pemerintahan maupun pembangunan yang
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 61
sepenuhnya dapat dilaksanakan hanya oleh satu instansi
pemerintah saja, maka mutlak diperlukan organisasi yang
benar-benar sadar terhadap kerjasama dengan instansi lain.
Lebih-lebih kegiatan pembangunan pada dasarnya harus
ditangani secara multifungsional dan interdisipliner, baik di
dalam perumusan kebijakan maupun pelaksanaannya.
Kebijakan-kebijakan yang dirumuskan oleh berbagai instansi
harus serasi satu sama lainnya (mutually consistent policies).
5. Prinsip Kontinuitas
Pelaksanaan kegiatan pemerintah yang efektif dan efisien
akan lebih terjamin apabila ada kontinuitas dalam perumusan
kebijakan, perencanaan penyusunan program dan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional. Aparatur
pemerintah tidak seharusnya menggantungkan diri pada
individu pejabat tetapi kepada kelangsungan kelembagaan.
6. Prinsip Lini dan Staf
Bentuk organisasi yang dipandang baik yaitu apabila
menggunakan bentuk lini dan staf. Bentuk ini dipandang
cocok untuk digunakan di Indonesia terutama karena dengan
bentuk lini dan staf terdapat pembagian tugas dan fungsi
yang jelas antara unit-unit organisasi yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan tugas pokok organisasi dengan
unit-unit organisasi yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan yang bersifat penunjang.
7. Prinsip Kesederhanaan
Organisasi yang efektif adalah organisasi yang bentuknya
sederhana dalam arti bahwa bentuknya disesuaikan dengan
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI62
tugas pokok dan fungsi, besar kecilnya organisasi itu
ditentukan oleh beban kerja yang harus dilaksanakan.
8. Prinsip Fleksibilitas
Fleksibilitas menghendaki agar organisasi dapat mengikuti
dan menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan
keadaan sehingga dapat dihindari kekacauan dalam
pelaksanaan tugasnya.
9. Prinsip Pendelegasian Wewenang Yang Jelas
Mengingat luasnya wilayah Republik Indonesia dan
mengingat pula kondisi geografisnya, maka perlu ada
pendelegasian wewenang pelaksanaan tugas-tugas umum
pemerintahan maupun pembangunan kepada unit organisasi
atau pejabat pada eselon di tingkat bawah untuk bertindak
secara efektif tanpa setiap kali memerlukan petunjuk dari
pusat.
10. Prinsip Pengelompokkan Yang Homogen
Karena sedemikian luasnya tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh pemerintah baik tugas umum pemerintahan maupun
pembangunan, maka sudah barang tentu tidak semua tugas
tersebut dapat dituangkan kedalam bentuk Departemen
pemerintahan atau Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Oleh karena itu, sesuai pula dengan prinsip kesederhanaan
maka pengelompokkan tugas-tugas harus diusahakan
sehomogen mungkin, karena dengan demikian maka prinsip
KIS akan dapat diterapkan dengan lebih mudah.
11. Prinsip Rentang/Jenjang Pengendalian
Mengingat terbatasnya kemampuan seseorang pimpinan/
atasan untuk mengadakan pengendalian terhadap
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 63
bawahannya, maka perlu diperhitungkan secara rasional
dalam menentukan jumlah unit atau orang yang dibawahkan
oleh seorang pejabat pimpinan.
12. Prinsip Akordion
Pada prinsipnya kegiatan pemerintah baik berupa tugas
umum pemerintahan maupun pembangunan dapat diperluas
atau dipersempit sesuai dengan beban kerja/kondisi dan
situasi, demikian pula susunan organisasinya.
C. Pelaksanaan
Dalam penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan, setiap aparatur pemerintah atau lembaga-lembaga
pemerintah bertugas melaksanakan sebagian tugas-tugas umum
pemerintahan dan pembangunan di bidang masing-masing.
Namun demikian tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh
pemerintah selalu menyangkut kegiatan-kegiatan atau tugas lebih
dari satu aparatur pemerintah. Oleh karena itu dalam pencapaian
tujuan atau sasaran tersebut perlu dilakukan pendekatan
multifungsional. Artinya bahwa setiap persoalan harus ditinjau
dari berbagai fungsi aparatur pemerintah yang terkait, baik antar
dan antara instansi ditingkat pusat maupun daerah. Dengan
demikian setiap pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan
dan pembangunan mau tidak mau melibatkan berbagai aparatur
pemerintah yang terkait sebagaimana dimaksud di atas.
Sehubungan dengan itu baik dalam rangka pelaksanaan tugas-
tugas umum pemerintahan maupun dalam rangka menggerakkan
dan memperlancar pelaksanaan pembangunan, kegiatan aparatur
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI64
pemerintah perlu dipadukan, diserasikan dan diselaraskan untuk
mencegah timbulnya tumpang tindih, perbenturan,
kesimpangsiuran dan atau kekacauan. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemerintahan, koordinasi antar
kegiatan aparatur pemerintah harus dilakukan.
Atas dasar hal tersebut maka koordinasi dalam pelaksanaan
tugas-tugas pemerintahan pada hakekatnya merupakan upaya
memadukan (mengintegrasikan), menyerasikan dan
menyelaraskan berbagai kepentingan dan kegiatan yang saling
berkaitan, beserta segenap gerak, langkah dan waktunya dalam
rangka pencapaian tujuan dan sasaran bersama. Koordinasi perlu
dilaksanakan mulai dari proses perumusan kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengawasan dan
pengendaliannya.
1. Jenis Koordinasi
Koordinasi dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan
dapat dibedakan atas:
a. Koordinasi hierarkis (vertical) yang dilakukan oleh
seorang pejabat pimpinan dalam suatu instansi
pemerintah terhadap pejabat (pegawai) atau instansi
bawahannya. Misalnya Kepala Biro terhadap Kepala
Bagian dalam lingkungannya, Direktur Jenderal terhadap
Kepala Direktorat dan sebagainya.
b. Koordinasi fungsional, yang dilakukan oleh seorang
pejabat atau suatu instansi terhadap pejabat atau instansi
lainnya yang tugasnya saling berkaitan berdasarkan asas
fungsionalisasi. Dalam Peraturan Pemerintah No. 6
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 65
Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi
Vertikal di Daerah, koordinasi ini disebut dengan
koordinasi instansional. Koordinasi ini dapat dibedakan
atas koordinasi fungsional horizontal, koordinasi
fungsional diagonal dan koordinasi fungsional teritorial.
1) Koordinasi fungsional horizontal, dilakukan oleh
seorang pejabat atau suatu unit/instansi terhadap
pejabat atau unit/instansi lain yang setingkat.
Misalnya Sekretaris Jenderal mengkoordinasikan
para Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal dan
Kepala Badan dalam menyusun rencana di
lingkungan departemennya. Dinas Kesehatan
mengkoordinasikan kegiatan Dinas Pendidikan dan
Pengajaran, Dinas Kebersihan dan lain-lain yang
mempunyai kaitan tugas dengan pelaksanaan
program kesehatan;
2) Koordinasi fungsional diagonal, dilakukan oleh
seorang pejabat atau instansi terhadap pejabat atau
instansi lain yang lebih rendah tingkatannya tetapi
bukan bawahannya. Misalnya Biro Keuangan pada
Sekretariat Jenderal mengkoordinasikan kegiatan-
kegiatan Bagian Keuangan dari Sekretariat
Direktorat Jenderal dalam lingkungan departemen
yang bersangkutan, Badan Kepegawaian Negara
mengkoordinasikan Biro-biro Kepegawaian pada
Departemen atau Instansi Pemerintah lainnya dalam
bidang Kepegawaian;
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI66
3) Koordinasi fungsional teritorial, dilakukan oleh
seorang pejabat pimpinan atau instansi lainnya yang
berada dalam suatu wilayah (teritorial) tertentu
dimana dalam semua urusan yang ada dalam wilayah
(teritorial) tersebut menjadi wewenang atau tanggung
jawab pejabat/pimpinan yang bersangkutan.
Misalnya, koordinasi yang dilakukan oleh
Administrator Pelabuhan, koordinasi oleh Pembina
Lokasi Transmigrasi yang belum diserahkan kepada
pemerintah daerah, koordinasi oleh Gubernur selaku
kepala wilayah, wakil Pemerintah Pusat terhadap
instansi-instansi vertikal yang ada diwilayahnya.
2. Pedoman Koordinasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan atau dipedomani dalam
koordinasi antara lain:
a. Koordinasi sudah harus dimulai pada saat perumusan
kebijakan;
b. Perlu ditentukan secara jelas siapa atau satuan kerja
mana yang secara fungsional berwenang dan
bertanggung jawab atas sesuatu masalah;
c. Pejabat atau instansi yang secara fungsional berwenang
dan bertanggung jawab menangani sesuatu masalah,
berkewajiban memprakarsai penyelenggaraan
koordinasi;
d. Perlu kejelasan wewenang, tanggung jawab dan tugas
unit/instansi yang terkait;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 67
e. Perlu dirumuskan program kerja organisasi secara jelas
yang memperlihatkan keserasian kegiatan di antara
satuan-satuan kerja;
f. Perlu ditetapkan prosedur dan tata cara melaksanakan
koordinasi;
g. Perlu dikembangkan komunikasi dan konsultasi timbal-
balik untuk menciptakan kesatuan bahasa dan kerjasama;
h. Koordinasi akan lebih efektif apabila pejabat yang
berkewajiban mengkoordinasikan mempunyai
kemampuan kepemimpinan dan kredibilitas yang tinggi;
i. Dalam pelaksanaan koordinasi perlu dipilih sarana
koordinasi yang paling tepat.
3. Sarana atau Mekanisme Koordinasi
a. Kebijakan
Kebijakan sebagai alat koordinasi memberikan arah
tujuan yang harus dicapai oleh segenap organisasi atau
instansi sebagai pedoman, pegangan atau bimbingan
untuk mencapai kesepakatan sehingga tercapai
keterpaduan, keselarasan dan keserasian dalam
pencapaian tujuan.
b. Rencana
Rencana dapat digunakan sebagai alat koordinasi karena
di dalam rencana yang baik tertuang secara jelas, sasaran,
cara melakukan, waktu pelaksanaan, orang yang
melaksanakan dan alokasi.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI68
c. Prosedur dan Tata Kerja
Prosedur dan tata kerja pada prinsipnya dapat digunakan
sebagai alat untuk kegiatan yang sifatnya berulang-ulang.
Prosedur dan tata kerja dapat digunakan sebagai alat
koordinasi karena di dalamnya memuat ketentuan siapa
melakukan apa, kapan dilaksanakan dan dengan siapa
harus berhubungan. Untuk itu prosedur perlu dituangkan
dalam manual, petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk
teknis (juknis) atau pedoman kerja agar mudah diikuti
oleh semua pihak-pihak yang berkepentingan.
d. Rapat (Briefing)
Untuk menyatukan bahasa dan saling pengertian
mengenai sesuatu masalah, rapat dapat digunakan
sebagai sarana koordinasi. Rapat sebagai sarana
koordinasi digunakan untuk memberikan pengarahan,
memperjelas atau menegaskan kebijakan sesuatu
masalah.
e. Surat Keputusan Bersama (SKB)/Surat Edaran Bersama
(SEB)
Untuk memperlancar penyelesaian sesuatu kegiatan yang
tidak dapat dilaksanakan hanya oleh satu instansi, dapat
diterbitkan Surat Keputusan Bersama atau Surat Edaran
Bersama. Sarana koordinasi ini sangat efektif dalam
mewujudkan kesepakatan dan kesatuan gerak dalam
pelaksanaan tugas antara dua atau lebih instansi yang
terkait. Namun demikian, SKB/SEB perlu ditindaklanjuti
dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 69
disusun oleh masing-masing instansi secara serasi dan
saling menunjang.
f. Tim, Panitia, Kelompok Kerja, Gugus Tugas atau Satuan
Tugas
Apabila sesuatu kegiatan yang dilakukan bersifat
kompleks, mendesak, multisektor, multidisiplin,
multifungsi sehingga asas fungsionalisasi secara teknis
operasional sulit dilaksanakan, maka untuk lebih
memantapkan koordinasi dapat dibentuk Tim, Panitia,
Kelompok Kerja, Gugus Tugas atau Satuan Tugas yang
bersifat sementara dengan anggota-anggota dari berbagai
instansi terkait.
g. Dewan atau Badan
Dewan atau Badan sebagai sarana koordinasi, untuk
menangani masalah yang sifatnya kompleks, sulit dan
terus menerus, serta belum ada sesuatu instansi yang
secara fungsional menangani atau tidak mungkin
dilaksanakan oleh sesuatu instansi fungsional yang sudah
ada. Misalnya, Dewan Ketahanan Pangan, Dewan
Maritim Nasional, Badan Pertimbangan Pendidikan
Nasional, Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana dan Penanganan Pengungsi (BAKORNAS
PBP).
h. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT
atau One Roof System) dan Sistem Pelayanan Satu Pintu
(One Door Service):
1) SAMSAT dibentuk untuk memperlancar dan
mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI70
yang kegiatannya diselenggarakan dalam satu atap.
Misalnya dalam pengurusan surat-surat kendaraan
bermotor, pelayanan pembayaran pajak kendaran
bermotor dan bea balik nama diberikan oleh Dinas
Pendapatan Daerah, asuransi kecelakaan lalu lintas
oleh Perum Asuransi Jasa Raharja, sedangkan
pengurusan surat-surat kendaraan bermotor seperti
BPKB dan plat nomor serta STNK diberikan
kepolisian, yang semuanya dilakukan pada satu
tempat.
2) Sistem pelayanan satu pintu diselenggarakan untuk
memperlancar dan mempercepat pelayanan
kepentingan masyarakat oleh satu instansi yang
mewakili berbagai instansi lain yang masing-masing
mempunyai kewenangan tertentu atas sebagian
urusan yang harus diselesaikan. Misalnya dalam
proses penanaman modal yang dilakukan oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal.
Baik pelayanan satu atap maupun satu pintu
dimaksudkan juga untuk mempermudah masyarakat
dalam mengurus kepentingannya yang melibatkan
berbagai instansi.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 71
4. Pelaksanaan Koordinasi dalam Sistem Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara
a. Sidang Kabinet
Sidang Kabinet adalah suatu forum koordinasi tertinggi
yang dipimpin langsung oleh Presiden. Sidang Kabinet
itu ada dua macam:
1) Sidang Kabinet Paripurna yaitu Sidang Kabinet
lengkap yang dihadiri oleh seluruh anggota Kabinet
dan pejabat-pejabat lain yang dianggap perlu oleh
Presiden.
2) Sidang Kabinet Terbatas yaitu Sidang Kabinet yang
dihadiri oleh Menteri-Menteri tertentu sesuai dengan
bidang yang akan dibahas. Sidang Kabinet ini
dihadiri pula oleh pejabat lainnya yang bukan
Menteri yang ditunjuk oleh Presiden.
b. Rapat di Lingkungan Menteri Koordinator
Oleh karena menteri-menteri yang harus dikoordinasikan
oleh Presiden jumlahnya banyak, dengan beraneka ragam
permasalahan, maka Presiden mengangkat Menteri
Koordinator, seperti dalam Kabinet Indonesia Bersatu
sekarang ini ada Menteri Koordinator Politik, Hukum
dan Keamanan; Menteri Koordinator Perkonomian; dan
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Rapat rapat
Menteri Koordinator sesuai dengan bidangnya dipimpin
oleh Menteri Koordinator yang bersangkutan dengan
dihadiri oleh Menteri dan pejabat-pejabat lain bukan
Menteri yang tugasnya berkaitan erat dengan bidang
permasalahan yang sedang dibahas. Hasil rapat-rapat
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI72
Menteri Koordinator yang dipimpin oleh Menteri
Koordinator ini dilaporkan kepada Presiden.
c. Koordinasi antara Departemen/Instansi pemerintah
Tingkat Pusat
Dilaksanakan antara Departemen/Instansi Pemerintah
Tingkat Pusat yang satu dengan Departemen/Instansi
Pemerintah Tingkat Pusat lainnya, yang dalam
pelaksanaannya dapat terjadi baik tanpa wadah tertentu,
maupun dengan menggunakan suatu wadah seperti Rapat
Koordinasi Sektor-sektor, Panitia-panitia antar
Departemen dan lain-lain.
Pola koordinasi tersebut berlaku pula untuk koordinasi
antara suatu satuan organisasi dalam suatu
Departemen/Instansi Pemerintah Tingkat Pusat dengan
satuan organisasi Departemen/Instansi Pemerintah
Tingkat Pusat lainnya. Peningkatan koordinasi tersebut
merupakan suatu keharusan dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.
d. Koordinasi Aparatur Pemerintah Pusat di Luar Negeri
Untuk melaksanakan kebijakan hubungan Luar Negeri
antara lain dibentuk perwakilan Pemerintah Republik
Indonesia di Luar Negeri yang pembinaannya dilakukan
oleh Departemen Luar Negeri.
Sebagai wakil dari Pemerintah Republik Indonesia,
perwakilan-perwakilan di luar negeri itu mempunyai
hubungan fungsional dengan instansi-instansi
Pemerintah Tingkat Pusat. Jika dipandang perlu instansi-
instansi tersebut dapat mempunyai Atase di dalam
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 73
Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri di negara-
negara tertentu sesuai dengan kebutuhan, seperti Atase
Kebudayaan, Atase Pertahanan, setelah berkonsultasi
dengan Departemen Luar Negeri. Dalam pelaksanaan
tugasnya di Luar Negeri, para Atase tersebut
dikoordinasikan oleh Kepala Perwakilan RI setempat.
e. Koordinasi Pemerintah Pusat terhadap Pemerintah
Daerah
1) Selaku aparatur pusat yang secara fungsional
membantu Presiden dalam urusan-urusan daerah
pada umumnya, Menteri Dalam Negeri:
(a). Secara fungsional horizontal
mengkoordinasikan departemen dan instansi
tingkat pusat lainnya sepanjang mengenai
masalah-masalah umum di daerah.
(b). Secara fungsional diagonal
mengkoordinasikan provinsi, kabupaten dan
kota.
2) Menteri/Departemen dan instansi teknis melakukan
koordinasi baik terhadap instansi pusat lainnya
(koordinasi fungsional horizontal) maupun terhadap
provinsi, kabupaten dan kota (koordinasi fungsional
diagonal) sepanjang mengenai bidang tugas
pokoknya.
f. Koordinasi Tingkat Daerah
1) Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat
melakukan koordinasi fungsional teritorial di
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI74
samping terhadap instansi vertikal, juga terhadap
Bupati dan Walikota;
2) Kepala Daerah, di samping mengkoordinasikan
aparatur daerahnya sendiri (koordinasi hierarkis),
berwenang pula secara operasional
mengkoordinasikan instansi-instansi lain yang
berada di daerahnya (koordinasi fungsional
teritorial).
5. Koordinasi dan Hubungan Kerja
Koordinasi dan hubungan kerja merupakan dua hal yang
tidak identik, namun sulit untuk dibedakan secara tegas,
apalagi dipisahkan. Untuk mengefektifkan koordinasi mutlak
diperlukan adanya hubungan kerja, baik formal maupun
informal.
Koordinasi selalu bersifat hubungan kerja, namun demikian,
hubungan kerja tidak selalu bersifat koordinatif, karena
hubungan kerja dapat pula bersifat konsultatif dan informatif
saja.
D. Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen, yang
merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan
menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi
akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana,
kebijakan, instruksi dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan. Pengawasan sebagai fungsi manajemen sepenuhnya
adalah tanggung jawab setiap pimpinan pada tingkat manapun.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 75
Hakekat pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin
terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan,
hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan
sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
1. Jenis-jenis Pengawasan
a. Pengawasan Melekat (Waskat)
Waskat menurut Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989
adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai
pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan
langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau
represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut
berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana
kegiatan dan peraturan perundangan yang berlaku.
Berhasil tidaknya pencapaian tujuan dan pelaksanaan
tugas-tugas suatu organisasi, atau baik buruknya citra
suatu organisasi dalam pandangan masyarakat adalah
merupakan tanggung jawab atasan langsung/
pimpinannya. Demikian pula, masalah-masalah yang
telah, sedang dan mungkin akan dihadapi, termasuk
bagaimana kualitas orang-orang yang ada dalam
organisasi semuanya menjadi tanggung jawab pimpinan
untuk menyelesaikan dan membinanya sebaik mungkin.
Setiap pimpinan instansi pemerintah ataupun pimpinan
satuan/unit kerja termasuk pimpinan proyek, pimpinan
kelompok kerja yang ada dalam organisasi tersebut
memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang melekat
pada dirinya untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan di
organisasinya. Untuk itu pimpinan harus selalu berusaha
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI76
sedini mungkin dapat memonitor dan mengetahui
kemungkinan akan terjadinya penyimpangan, hambatan,
kesalahan dan atau kegagalan dari pelaksanaan tugas-
tugas satuan kerja yang dipimpinnya dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
Selanjutnya pimpinan berkewajiban pula untuk secepat
mungkin mengadakan langkah-langkah tindak lanjut
(follow up) guna dapat meniadakan dan mencegah
terjadinya atau berlanjutnya keadaan tersebut. Pimpinan
juga perlu berusaha untuk mempertahankan hal-hal yang
sudah baik, dan bahkan bila masih mungkin juga
meningkatkannya. Semuanya itu hanya dapat
diwujudkan dengan baik, kalau pimpinan melakukan
pengawasan sendiri dengan sebaik-baiknya atas kegiatan
organisasi dan bawahan yang dipimpinnya.
Sasaran Waskat:
1) Meningkatkan disiplin, prestasi kerja, pencapaian
sasaran pelaksanaan tugas;
2) Menekan hingga sekecil mungkin penyalahgunaan
wewenang;
3) Menekan hingga sekecil mungkin kebocoran,
pemborosan keuangan negara dan segala bentuk
pungutan liar;
4) Mempercepat penyelesaian perizinan dan
peningkatan pelayanan kepada masyarakat;
5) Mempercepat penyusunan kepegawaian sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 77
Prinsip-Prinsip Pokok Waskat
Agar pelaksanaan Waskat dapat tercapai dengan baik,
maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pokoknya, yaitu:
1) Berjenjang
Pada prinsipnya Waskat dilakukan secara berjenjang.
Namun demikian setiap pimpinan pada saat-saat
tertentu dapat melakukan Waskat pada setiap jenjang
yang ada di bawahnya.
2) Kesadaran dan Kewajiban
Waskat harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan
secara sadar dan wajar sebagai salah satu fungsi
manajemen yang penting dan tak terpisahkan dari
perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan.
3) Pencegahan
Waskat lebih diarahkan pada usaha pencegahan
terhadap penyimpangan, karena itu perlu ada sistem
yang jelas yang dapat mencegah terjadinya
penyimpangan. Dalam setiap fungsi manajemen
perlu dilakukan Waskat untuk menjamin agar tujuan
dapat dicapai secara efisien dan efektif.
4) Pembinaan
Waskat harus bersifat membina, karena itu
penentuan adanya suatu penyimpangan harus
didasarkan pada kriteria yang jelas dan
penyimpangan tersebut harus dapat dideteksi sedini
mungkin.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI78
5) Obyektif
Tindak lanjut terhadap temuan-temuan dalam
Waskat harus dilakukan secara tepat dan tertib,
didasarkan pada penilaian yang obyektif melalui
analisis yang cermat sesuai dengan kebijakan dan
peraturan perundangan yang berlaku termasuk tindak
lanjut berupa penghargaan bagi pegawai yang
berprestasi baik.
6) Terus menerus
Waskat harus merupakan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai
kegiatan rutin sehari-hari dalam rangka pelaksanaan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
7) Sistematis
Waskat harus dilaksanakan secara tertib dan teratur,
mengikuti prosedur dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
8) Diterministik
Waskat merupakan pengawasan yang pokok dan
menentukan, sedangkan pengawasan-pengawasan
lainnya menunjukkan keberhasilan Waskat.
Di samping memperhatikan Prinsip-Prinsip Waskat,
dalam pelaksanaan Waskat baik pimpinan manapun
bawahan harus pula berpedoman pada Sarana Waskat
(Sarwaskat), yaitu: struktur organisasi, kebijakan
pelaksanaan, rencana kerja, prosedur kerja dan
pencatatan hasil kerja dan pelaporan.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 79
Dengan berpedoman pada Sarwaskat ini, pimpinan dapat
dengan mudah memastikan:
1) Apakah bawahan telah bekerja sesuai dengan bidang
pekerjaan, wewenang dan tanggung jawabnya;
2) Apakah bawahan telah melaksanakan tugas/
pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab dengan
hasil yang baik.
b. Pengawasan Fungsional (Wasnal)
Wasnal adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat/pegawai yang tugas pokoknya khusus membantu
pimpinan untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.
Wasnal pada dasarnya bersifat intern. Oleh karena itu,
aparat Wasnal dalam suatu instansi secara umum disebut
Satuan Pengawasan Intern (SPI).
Pada dasarnya peranan SPI atau aparat wasnal hanyalah
membantu pimpinan agar dapat melakukan
manajemennya, melakukan Waskat atau
pengendaliannya dengan baik. Dengan demikian, SPI
melaksanakan pengawasan atas nama pimpinan.
Beda dengan Waskat, aparat Wasnal tidak berwenang
mengambil tindak lanjut sendiri. Untuk hal-hal yang
bersifat teknis dan tidak prinsipil, aparat wasnal dapat
langsung memberikan petunjuk-petunjuk perbaikan.
Tetapi untuk hal-hal yang prinsipil, aparat Wasnal hanya
berkewajiban melaporkan temuannya kepada pimpinan
disertai saran-saran tindak lanjutnya. Tindak lanjut
merupakan wewenang pimpinan, oleh karena itu Wasnal
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI80
bukan pengendalian. Walaupun Waskat ditingkatkan,
Wasnal tetap masih diperlukan.
Di lingkungan instansi pemerintah, aparat wasnal dapat
dibedakan, sebagai berikut:
1) Aparat Wasnal Intern Instansi, meliputi:
a) Inspektorat Jenderal di Departemen;
b) Inspektorat/Inspektorat Utama di LPND;
c) Badan Pengawas Daerah Provinsi, Kabupaten/
Kota;
d) Satuan Pengawas Intern di berbagai BUMN/
BUMD.
2) Aparat Wasnal Ekstern Instansi/Intern Pemerintah.
BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan).
c. Pengawasan Teknis Fungsional
Setiap instansi berkewajiban untuk melakukan
pengawasan agar kebijakan-kebijakan Negara/
Pemerintah, sesuai dengan bidang tugas pokoknya
masing-masing, ditaati oleh masyarakat dan/atau
aparatur. Pengawasan ini merupakan konsekuensi dari
pelaksanaan asas fungsionalisasi dan merupakan fungsi
lini/operasional, dari instansi tersebut.
Sesuai dengan bidang tugas pokoknya, berkaitan dengan
pengawasan dalam rangka asas fungsionalisasi, instansi
Pemerintah dapat dibedakan menjadi:
1) Pengawasan yang ditujukan kepada aparatur saja,
yaitu pengawasan yang dilakukan oleh instansi-
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 81
instansi pemerintah yang secara keseluruhan
melaksanakan fungsi staf, misalnya:
a) Kantor MENPAN, di bidang pendayagunaan
aparatur;
b) BKN, di bidang kepegawaian;
c) LAN, di bidang Diklat Pegawai Negeri dan
Litbang Administrasi Negara;
d) Ditjend Anggaran, di bidang anggaran;
e) Bappenas, di bidang perencanaan pembangunan
nasional.
2) Pengawasan yang ditujukan kepada masayarakat dan
aparatur, yaitu instansi-instansi pemerintah yang
secara keseluruhan berkewajiban melaksanakan
fungsi pengayoman, pelayanan dan pemberdayaan
kepada masyarakat, yang pada dasarnya juga
mencakup Aparatur Pemerintah sendiri. Misalnya
yang dilakukan oleh:
a) Dinas Tata Kota, mengenai bangunan;
b) BPN, mengenai pertanahan;
c) Depdiknas, mengenai pendidikan sekolah, baik
sekolah negeri/swasta, termasuk kedinasan;
d) Kepolisian, mengenai keamanan dan ketertiban.
d. Pengawasan Legislatif (Wasleg) atau Pengawasan Politik
(Waspol)
Berdasarkan Pasal 20A ayat (1) UUD 1945, DPR
memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan.
SISTEM
SISTEM
SISTEM
SISTEM
SISTEM
SISTEM
SISTEM

More Related Content

What's hot

Peningkatan Kualitas Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
Peningkatan Kualitas Kebijakan dan Inovasi Administrasi NegaraPeningkatan Kualitas Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
Peningkatan Kualitas Kebijakan dan Inovasi Administrasi NegaraTri Widodo W. UTOMO
 
Rancangan aktualisasi media sosial
Rancangan aktualisasi media sosialRancangan aktualisasi media sosial
Rancangan aktualisasi media sosialArdyChandra2
 
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola Pemerintahan
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola PemerintahanModul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola Pemerintahan
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola PemerintahanTri Widodo W. UTOMO
 
Penajaman Strategi LAN Dalam Implementasi Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-20...
Penajaman Strategi LAN Dalam Implementasi Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-20...Penajaman Strategi LAN Dalam Implementasi Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-20...
Penajaman Strategi LAN Dalam Implementasi Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-20...Tri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Inovasi Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan DaerahInovasi Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Inovasi Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan DaerahTri Widodo W. UTOMO
 
Aktualisasi Nilai Nilai Dasar ASN
Aktualisasi Nilai Nilai Dasar ASNAktualisasi Nilai Nilai Dasar ASN
Aktualisasi Nilai Nilai Dasar ASNMokh Afifuddin
 
RB dan Pengelolaan Mental Karyawan Saat Pandemi
RB dan Pengelolaan Mental Karyawan Saat PandemiRB dan Pengelolaan Mental Karyawan Saat Pandemi
RB dan Pengelolaan Mental Karyawan Saat PandemiTri Widodo W. UTOMO
 
Grand Design Pembangunan ASN 2020 - 2025
Grand Design Pembangunan ASN 2020 - 2025Grand Design Pembangunan ASN 2020 - 2025
Grand Design Pembangunan ASN 2020 - 2025Ridho Fitrah Hyzkia
 
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)temanna #LABEDDU
 
Modul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetakModul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetakHarun Surya
 
Core values dan transformasi digital katmoko ari-kemenpanrb 22 nov2021
Core values dan transformasi digital   katmoko ari-kemenpanrb 22 nov2021Core values dan transformasi digital   katmoko ari-kemenpanrb 22 nov2021
Core values dan transformasi digital katmoko ari-kemenpanrb 22 nov2021KutsiyatinMSi
 
Menyemai dan Merawat Inovasi di Kota Cinta
Menyemai dan Merawat Inovasi di Kota CintaMenyemai dan Merawat Inovasi di Kota Cinta
Menyemai dan Merawat Inovasi di Kota CintaTri Widodo W. UTOMO
 

What's hot (20)

Peningkatan Kualitas Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
Peningkatan Kualitas Kebijakan dan Inovasi Administrasi NegaraPeningkatan Kualitas Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
Peningkatan Kualitas Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
 
Laporan Tahunan 2019 YSKK
Laporan Tahunan 2019 YSKKLaporan Tahunan 2019 YSKK
Laporan Tahunan 2019 YSKK
 
Rancangan aktualisasi media sosial
Rancangan aktualisasi media sosialRancangan aktualisasi media sosial
Rancangan aktualisasi media sosial
 
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola Pemerintahan
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola PemerintahanModul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola Pemerintahan
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola Pemerintahan
 
Penajaman Strategi LAN Dalam Implementasi Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-20...
Penajaman Strategi LAN Dalam Implementasi Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-20...Penajaman Strategi LAN Dalam Implementasi Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-20...
Penajaman Strategi LAN Dalam Implementasi Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-20...
 
Inovasi Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Inovasi Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan DaerahInovasi Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Inovasi Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
 
Aktualisasi Nilai Nilai Dasar ASN
Aktualisasi Nilai Nilai Dasar ASNAktualisasi Nilai Nilai Dasar ASN
Aktualisasi Nilai Nilai Dasar ASN
 
Laporan koordinasi internal eksternal
Laporan koordinasi internal eksternalLaporan koordinasi internal eksternal
Laporan koordinasi internal eksternal
 
RB dan Pengelolaan Mental Karyawan Saat Pandemi
RB dan Pengelolaan Mental Karyawan Saat PandemiRB dan Pengelolaan Mental Karyawan Saat Pandemi
RB dan Pengelolaan Mental Karyawan Saat Pandemi
 
Inovasi Untuk Subang Jawara
Inovasi Untuk Subang JawaraInovasi Untuk Subang Jawara
Inovasi Untuk Subang Jawara
 
Grand Design Pembangunan ASN 2020 - 2025
Grand Design Pembangunan ASN 2020 - 2025Grand Design Pembangunan ASN 2020 - 2025
Grand Design Pembangunan ASN 2020 - 2025
 
Laporan Tahunan 2015
Laporan Tahunan 2015 Laporan Tahunan 2015
Laporan Tahunan 2015
 
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
 
Kajian aktualisasi revolusi mental-PKP2A III LAN 2017
Kajian aktualisasi revolusi mental-PKP2A III LAN 2017Kajian aktualisasi revolusi mental-PKP2A III LAN 2017
Kajian aktualisasi revolusi mental-PKP2A III LAN 2017
 
Modul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetakModul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetak
 
MODEL KESEJAHTERAAN ASN BERKINERJA TINGGI
MODEL KESEJAHTERAAN ASN BERKINERJA TINGGIMODEL KESEJAHTERAAN ASN BERKINERJA TINGGI
MODEL KESEJAHTERAAN ASN BERKINERJA TINGGI
 
Core values dan transformasi digital katmoko ari-kemenpanrb 22 nov2021
Core values dan transformasi digital   katmoko ari-kemenpanrb 22 nov2021Core values dan transformasi digital   katmoko ari-kemenpanrb 22 nov2021
Core values dan transformasi digital katmoko ari-kemenpanrb 22 nov2021
 
Menyemai dan Merawat Inovasi di Kota Cinta
Menyemai dan Merawat Inovasi di Kota CintaMenyemai dan Merawat Inovasi di Kota Cinta
Menyemai dan Merawat Inovasi di Kota Cinta
 
JAYAPURA BERINOVASI MENUJU KEMENANGAN
JAYAPURA BERINOVASI MENUJU KEMENANGANJAYAPURA BERINOVASI MENUJU KEMENANGAN
JAYAPURA BERINOVASI MENUJU KEMENANGAN
 
Dharmasraya Mandiri Berbudaya
Dharmasraya Mandiri BerbudayaDharmasraya Mandiri Berbudaya
Dharmasraya Mandiri Berbudaya
 

Viewers also liked

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRISistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRITri Widodo W. UTOMO
 
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaPowerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaDini Audi
 
SOTK Pemerintah Desa
SOTK Pemerintah DesaSOTK Pemerintah Desa
SOTK Pemerintah DesaFormasi Org
 
Sistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalSistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalDadang Solihin
 
Sistem pemerintahan NKRI
Sistem pemerintahan NKRISistem pemerintahan NKRI
Sistem pemerintahan NKRIabdul Hamid
 
Presentation bentuk bentuk negara & bentuk-bentuk pemerintahan
Presentation bentuk bentuk negara & bentuk-bentuk pemerintahanPresentation bentuk bentuk negara & bentuk-bentuk pemerintahan
Presentation bentuk bentuk negara & bentuk-bentuk pemerintahanDavid Leonel situmorang
 
Organisasi dan birokrasi (8)
Organisasi dan birokrasi (8)Organisasi dan birokrasi (8)
Organisasi dan birokrasi (8)Allo Martins
 
Kelembagaan Birokrasi yang Efisien dan Efektif
Kelembagaan Birokrasi yang Efisien dan Efektif Kelembagaan Birokrasi yang Efisien dan Efektif
Kelembagaan Birokrasi yang Efisien dan Efektif Dadang Solihin
 
Bentuk bentuk negara
Bentuk bentuk negaraBentuk bentuk negara
Bentuk bentuk negaraFazrin Heros
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBayu Rizky Aditya
 
Sistem pemerintahan pusat
Sistem pemerintahan pusatSistem pemerintahan pusat
Sistem pemerintahan pusatciciliaintan
 
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)Abdul Rais P
 
Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945Sandy Andaru
 
Birokrasi Kontekstual
Birokrasi KontekstualBirokrasi Kontekstual
Birokrasi KontekstualApner Krei
 
Sistem pemerintahan
Sistem pemerintahanSistem pemerintahan
Sistem pemerintahanAmrilia
 
Struktur pemerintahan daerah
Struktur pemerintahan daerah Struktur pemerintahan daerah
Struktur pemerintahan daerah anggunnrjnnahhh
 
Kajian Efisiensi dan Efektivitas Kelembagaan Pemerintah
Kajian Efisiensi dan Efektivitas Kelembagaan PemerintahKajian Efisiensi dan Efektivitas Kelembagaan Pemerintah
Kajian Efisiensi dan Efektivitas Kelembagaan PemerintahTri Widodo W. UTOMO
 

Viewers also liked (20)

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRISistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
 
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaPowerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
 
SOTK Pemerintah Desa
SOTK Pemerintah DesaSOTK Pemerintah Desa
SOTK Pemerintah Desa
 
Sistem Pemerintahan
Sistem PemerintahanSistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan
 
Sistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalSistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen Nasional
 
Sistem pemerintahan NKRI
Sistem pemerintahan NKRISistem pemerintahan NKRI
Sistem pemerintahan NKRI
 
Presentation bentuk bentuk negara & bentuk-bentuk pemerintahan
Presentation bentuk bentuk negara & bentuk-bentuk pemerintahanPresentation bentuk bentuk negara & bentuk-bentuk pemerintahan
Presentation bentuk bentuk negara & bentuk-bentuk pemerintahan
 
Organisasi dan birokrasi (8)
Organisasi dan birokrasi (8)Organisasi dan birokrasi (8)
Organisasi dan birokrasi (8)
 
Sistem Pemerintahan di Dunia
Sistem Pemerintahan di Dunia Sistem Pemerintahan di Dunia
Sistem Pemerintahan di Dunia
 
Kelembagaan Birokrasi yang Efisien dan Efektif
Kelembagaan Birokrasi yang Efisien dan Efektif Kelembagaan Birokrasi yang Efisien dan Efektif
Kelembagaan Birokrasi yang Efisien dan Efektif
 
Bentuk bentuk negara
Bentuk bentuk negaraBentuk bentuk negara
Bentuk bentuk negara
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahan
 
Sistem pemerintahan pusat
Sistem pemerintahan pusatSistem pemerintahan pusat
Sistem pemerintahan pusat
 
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
 
Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945
 
Birokrasi Kontekstual
Birokrasi KontekstualBirokrasi Kontekstual
Birokrasi Kontekstual
 
Sistem pemerintahan
Sistem pemerintahanSistem pemerintahan
Sistem pemerintahan
 
Struktur pemerintahan daerah
Struktur pemerintahan daerah Struktur pemerintahan daerah
Struktur pemerintahan daerah
 
Kajian Efisiensi dan Efektivitas Kelembagaan Pemerintah
Kajian Efisiensi dan Efektivitas Kelembagaan PemerintahKajian Efisiensi dan Efektivitas Kelembagaan Pemerintah
Kajian Efisiensi dan Efektivitas Kelembagaan Pemerintah
 
Sistem pemerintahan negara
Sistem pemerintahan negaraSistem pemerintahan negara
Sistem pemerintahan negara
 

Similar to SISTEM

Rancangan aktualisasi presentasi
Rancangan aktualisasi presentasiRancangan aktualisasi presentasi
Rancangan aktualisasi presentasitomyjenius
 
Quo Vadis Reformasi Birokrasi, Sebuah Refleksi Perjalanan 7 Tahun Birokrasi I...
Quo Vadis Reformasi Birokrasi, Sebuah Refleksi Perjalanan 7 Tahun Birokrasi I...Quo Vadis Reformasi Birokrasi, Sebuah Refleksi Perjalanan 7 Tahun Birokrasi I...
Quo Vadis Reformasi Birokrasi, Sebuah Refleksi Perjalanan 7 Tahun Birokrasi I...Tri Widodo W. UTOMO
 
Kesiapsiagaan Bela negara
Kesiapsiagaan Bela negaraKesiapsiagaan Bela negara
Kesiapsiagaan Bela negaradhiratamahatta
 
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdmMikhail Rasyid
 
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L Lainnya
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L LainnyaKerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L Lainnya
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L LainnyaDadang Solihin
 
Dinamikakelompokprajab3
Dinamikakelompokprajab3Dinamikakelompokprajab3
Dinamikakelompokprajab3acep bambang
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pelaksanaannya
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PelaksanaannyaSistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pelaksanaannya
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PelaksanaannyaDadang Solihin
 
Modul 4 eselon 4 manajemen proyek
Modul 4 eselon 4 manajemen proyekModul 4 eselon 4 manajemen proyek
Modul 4 eselon 4 manajemen proyekDhiangga Jauhary
 
2. Manajemen ASN.pdf
2. Manajemen ASN.pdf2. Manajemen ASN.pdf
2. Manajemen ASN.pdfNagaTanggar
 
Modul 1 eselon 3 manajemen proyek
Modul 1 eselon 3 manajemen proyekModul 1 eselon 3 manajemen proyek
Modul 1 eselon 3 manajemen proyekDhiangga Jauhary
 
Materi 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerahMateri 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerahfirdaanggraeni2
 
Tantangan dan Peluang Administrasi Pembangunan menuju Indonesia Emas 2045
Tantangan dan Peluang Administrasi Pembangunan menuju Indonesia Emas 2045Tantangan dan Peluang Administrasi Pembangunan menuju Indonesia Emas 2045
Tantangan dan Peluang Administrasi Pembangunan menuju Indonesia Emas 2045Dadang Solihin
 
1. whole of government
1. whole of government1. whole of government
1. whole of governmentdillaazhar
 
Manajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdfManajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdfDediWahyudi41
 
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...Ipung Sutoyo
 

Similar to SISTEM (20)

Sanr iprajab3
Sanr iprajab3Sanr iprajab3
Sanr iprajab3
 
Rancangan aktualisasi presentasi
Rancangan aktualisasi presentasiRancangan aktualisasi presentasi
Rancangan aktualisasi presentasi
 
4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf
4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf
4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf
 
Quo Vadis Reformasi Birokrasi, Sebuah Refleksi Perjalanan 7 Tahun Birokrasi I...
Quo Vadis Reformasi Birokrasi, Sebuah Refleksi Perjalanan 7 Tahun Birokrasi I...Quo Vadis Reformasi Birokrasi, Sebuah Refleksi Perjalanan 7 Tahun Birokrasi I...
Quo Vadis Reformasi Birokrasi, Sebuah Refleksi Perjalanan 7 Tahun Birokrasi I...
 
Kesiapsiagaan Bela negara
Kesiapsiagaan Bela negaraKesiapsiagaan Bela negara
Kesiapsiagaan Bela negara
 
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm
 
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L Lainnya
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L LainnyaKerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L Lainnya
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L Lainnya
 
Dinamikakelompokprajab3
Dinamikakelompokprajab3Dinamikakelompokprajab3
Dinamikakelompokprajab3
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pelaksanaannya
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PelaksanaannyaSistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pelaksanaannya
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pelaksanaannya
 
Modul 4 eselon 4 manajemen proyek
Modul 4 eselon 4 manajemen proyekModul 4 eselon 4 manajemen proyek
Modul 4 eselon 4 manajemen proyek
 
2. Manajemen ASN.pdf
2. Manajemen ASN.pdf2. Manajemen ASN.pdf
2. Manajemen ASN.pdf
 
Info Jadwal Bimtek Nasional
Info Jadwal Bimtek NasionalInfo Jadwal Bimtek Nasional
Info Jadwal Bimtek Nasional
 
Modul 1 eselon 3 manajemen proyek
Modul 1 eselon 3 manajemen proyekModul 1 eselon 3 manajemen proyek
Modul 1 eselon 3 manajemen proyek
 
Materi 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerahMateri 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerah
 
Tantangan dan Peluang Administrasi Pembangunan menuju Indonesia Emas 2045
Tantangan dan Peluang Administrasi Pembangunan menuju Indonesia Emas 2045Tantangan dan Peluang Administrasi Pembangunan menuju Indonesia Emas 2045
Tantangan dan Peluang Administrasi Pembangunan menuju Indonesia Emas 2045
 
1. whole of government
1. whole of government1. whole of government
1. whole of government
 
BNSP
BNSPBNSP
BNSP
 
Manajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdfManajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdf
 
Manajemen ASN
Manajemen ASNManajemen ASN
Manajemen ASN
 
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
 

More from virmannsyah

Bab 4 buku teks sim 2014
Bab 4 buku teks sim 2014Bab 4 buku teks sim 2014
Bab 4 buku teks sim 2014virmannsyah
 
Bab 3 buku teks sim 2014
Bab 3 buku teks sim 2014Bab 3 buku teks sim 2014
Bab 3 buku teks sim 2014virmannsyah
 
Bab 2 buku teks sim 2014
Bab 2 buku teks sim 2014Bab 2 buku teks sim 2014
Bab 2 buku teks sim 2014virmannsyah
 
Bab 5 buku teks sim 2014
Bab 5 buku teks sim 2014Bab 5 buku teks sim 2014
Bab 5 buku teks sim 2014virmannsyah
 
Bab 1 buku teks sim 2014
Bab 1 buku teks sim 2014Bab 1 buku teks sim 2014
Bab 1 buku teks sim 2014virmannsyah
 
Budaya birokrasi
Budaya birokrasiBudaya birokrasi
Budaya birokrasivirmannsyah
 
Budaya birokrasi
Budaya birokrasiBudaya birokrasi
Budaya birokrasivirmannsyah
 
Teknis formulasi kebijakan
Teknis formulasi kebijakanTeknis formulasi kebijakan
Teknis formulasi kebijakanvirmannsyah
 
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusanPengambilan keputusan
Pengambilan keputusanvirmannsyah
 
Mengambil keputusan.pdf
Mengambil keputusan.pdfMengambil keputusan.pdf
Mengambil keputusan.pdfvirmannsyah
 
Konsep dasar pengambilan keputusan
Konsep dasar pengambilan keputusanKonsep dasar pengambilan keputusan
Konsep dasar pengambilan keputusanvirmannsyah
 
Kebijakan publik.pdf
Kebijakan publik.pdfKebijakan publik.pdf
Kebijakan publik.pdfvirmannsyah
 
Struktur Organisasi
Struktur OrganisasiStruktur Organisasi
Struktur Organisasivirmannsyah
 
Defenisi Teori Organisasi
Defenisi Teori OrganisasiDefenisi Teori Organisasi
Defenisi Teori Organisasivirmannsyah
 
Defenisi teori organisasi
Defenisi teori organisasiDefenisi teori organisasi
Defenisi teori organisasivirmannsyah
 

More from virmannsyah (20)

Bab 4 buku teks sim 2014
Bab 4 buku teks sim 2014Bab 4 buku teks sim 2014
Bab 4 buku teks sim 2014
 
Bab 3 buku teks sim 2014
Bab 3 buku teks sim 2014Bab 3 buku teks sim 2014
Bab 3 buku teks sim 2014
 
Bab 2 buku teks sim 2014
Bab 2 buku teks sim 2014Bab 2 buku teks sim 2014
Bab 2 buku teks sim 2014
 
Bab 5 buku teks sim 2014
Bab 5 buku teks sim 2014Bab 5 buku teks sim 2014
Bab 5 buku teks sim 2014
 
Bab 1 buku teks sim 2014
Bab 1 buku teks sim 2014Bab 1 buku teks sim 2014
Bab 1 buku teks sim 2014
 
Materi app i
Materi app iMateri app i
Materi app i
 
Materi app iii
Materi app iiiMateri app iii
Materi app iii
 
Materi app ii
Materi app iiMateri app ii
Materi app ii
 
Budaya birokrasi
Budaya birokrasiBudaya birokrasi
Budaya birokrasi
 
Budaya birokrasi
Budaya birokrasiBudaya birokrasi
Budaya birokrasi
 
Teknis formulasi kebijakan
Teknis formulasi kebijakanTeknis formulasi kebijakan
Teknis formulasi kebijakan
 
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusanPengambilan keputusan
Pengambilan keputusan
 
Mengambil keputusan.pdf
Mengambil keputusan.pdfMengambil keputusan.pdf
Mengambil keputusan.pdf
 
Konsep dasar pengambilan keputusan
Konsep dasar pengambilan keputusanKonsep dasar pengambilan keputusan
Konsep dasar pengambilan keputusan
 
Kebijakan publik.pdf
Kebijakan publik.pdfKebijakan publik.pdf
Kebijakan publik.pdf
 
Struktur Organisasi
Struktur OrganisasiStruktur Organisasi
Struktur Organisasi
 
Defenisi Teori Organisasi
Defenisi Teori OrganisasiDefenisi Teori Organisasi
Defenisi Teori Organisasi
 
Defenisi teori organisasi
Defenisi teori organisasiDefenisi teori organisasi
Defenisi teori organisasi
 
Details ptun
Details ptunDetails ptun
Details ptun
 
Details ptun
Details ptunDetails ptun
Details ptun
 

Recently uploaded

MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 

Recently uploaded (20)

MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 

SISTEM

  • 1. MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN I DAN II Drs. Salamoen Soeharyo, MPA Drs. Nasri Effendy, M.Sc Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia 2006
  • 2. Hak Cipta© Pada: Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2006 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110 Telp. (62 21) 3868201-06 Ext. 193, 197 Fax. (62 21) 3800188 Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia Jakarta – LAN – 2006 100 hlm: 15 x 21 cm ISBN: 979-8619-82-X iii LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggung jawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000 maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS.
  • 3. iv Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin. Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung. Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, 2006 KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUNARNO v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................iii DAFTAR ISI...............................................................................v BAB I PENDAHULUAN .......................................................1 A. Deskripsi Singkat .................................................1 B. Manfaat Pembelajaran..........................................1 C. Tujuan Pembelajaran............................................1 BAB II SISTEM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA....................................3 A. Pengertian ............................................................3 B. Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan Negara...................................................................4 C. Rangkuman...........................................................6 D. Latihan/Diskusi ....................................................6 BAB III PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME ....................................7 A. Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara .........7 B. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah...........9 C. Rangkuman.........................................................11 D. Latihan/Diskusi ..................................................12 BAB IV LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAH...............13 A. Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah....................................14
  • 4. vi B. Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Daerah...........................................17 C. Lembaga Pemerintah Pusat.................................20 D. Lembaga Pemerintah Tingkat Daerah ................42 E. Lembaga Perekonomian Negara.........................49 F. Rangkuman.........................................................53 G. Latihan/Diskusi...................................................55 BAB V PROSES MANAJEMEN PEMERINTAH................56 A. Perencanaan .......................................................56 B. Pengorganisasian ................................................59 C. Pelaksanaan ........................................................63 D. Pengawasan ........................................................74 E. Rangkuman.........................................................86 F. Latihan/Diskusi...................................................88 BAB VI PENUTUP.................................................................90 A. Tes.......................................................................90 B. Tindak Lanjut......................................................91 DAFTAR PUSTAKA...............................................................43 PANDUAN BAGI FASILITATOR .........................................44
  • 5. 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Deskripsi Singkat Mata Diklat Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia membahas pengertian sistem penyelenggaraan pemerintahan negara RI, penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN, lembaga-lembaga pemerintah RI, dan proses menajemen pemerintahan dengan mengacu kepada UUD 1945 dan perubahannya serta peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. B. Manfaat Pembelajaran Dengan mempelajari mata Diklat ini peserta Diklat akan memperoleh pengetahuan tentang Pelaksanaan Sistem Penyelenggaraan Negara Kesatuan RI yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas peserta. C. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami hal ikhwal tentang penyelenggaraan pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia. 2. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
  • 6. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI2 a. Menjelaskan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara; b. Menjelaskan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN; c. Menjelaskan lembaga-lembaga pemerintah; d. Menjelaskan proses manajemen pemerintahan. 3 BAB II SISTEM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA A.Pengertian Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara pada hakikatnya merupakan uraian tentang bagaimana mekanisme pemerintahan negara dijalankan oleh Presiden sebagai pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara ialah sistem bekerjanya Pemerintahan sebagai fungsi yang ada pada Presiden. Pada dasarnya Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara tidak membicarakan Sistem Penyelenggaraan Negara oleh lembaga-lembaga Negara secara keseluruhan. Dalam arti sempit, istilah Penyelenggaraan Negara tidak mencakup Lembaga- lembaga Negara yang tercantum dalam UUD 1945. Sedangkan dalam arti luas, istilah penyelenggaraan negara mengacu pada tataran supra struktur politik (lembaga negara dan lembaga pemerintah), maupun pada tataran infrastruktur politik (organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan). Dengan demikian, yang dimaksud dengan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara sebenarnya adalah mekanisme bekerjanya lembaga eksekutif, yang dipimpin oleh
  • 7. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI4 Presiden baik selaku Kepala Pemerintahan maupun sebagai Kepala Negara. B. Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945, Presiden adalah sebagai penyelenggara atau pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara. Dalam melakukan kewajibannya, Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. Selain itu, dalam menjalankan fungsinya Presiden dibantu oleh Menteri-Menteri Negara, dimana setiap Menteri Negara membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Menteri- Menteri Negara ini diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Sebagai Kepala Lembaga Eksekutif atau Kepala Pemerintahan, Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang dan menetapkan peraturan pemerintah untuk melaksanakan undang- undang sebagaimana mestinya. Presiden tidak dapat membekukan dan atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai Kepala Negara, Presiden: 1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut; 2. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR; 3. Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 5 dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan Undang-undang harus dengan persetujuan DPR; 4. Menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibat keadaan bahaya ditetapkan dengan Undang-Undang; 5. Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, memperhatikan pertimbangan DPR; 6. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR; 7. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung (MA); 8. Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR; 9. Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan Undang-undang; 10. Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasehat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dengan Undang-undang; 11. Membahas rancangan undang-undang untuk mendapatkan persetujuan bersama DPR; 12. Mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama DPR untuk menjadi Undang-Undang; 13. Dalam hal ikhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti Undang-Undang; 14. Mengajukan rancangan Undang-Undang APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD (Dewan Perwakilan Daerah);
  • 8. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI6 15. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR atas dasar pertimbangan DPD; 16. Menetapkan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan telah mendapat persetujuan DPR untuk menjadi hakim agung; 17. Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR; 18. Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi. C. Rangkuman Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara tidak membicarakan sistem penyelenggaraan negara oleh lembaga- lembaga negara secara keseluruhan akan tetapi adalah membicarakan mekanisme bekerjanya lembaga-lembaga eksekutif yang dipimpin oleh Presiden baik selaku Kepala Pemerintahan maupun sebagai Kepala Negara. D. Latihan/Diskusi 1. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara? 2. Apa saja tugas Presiden sebagai Kepala Pemerintahan dan sebagai Kepala Negara? 3. Mengapa Menteri-Menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR? 7 BAB III PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME A. Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Negara Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. XI Tahun 1998. Sebagai tindak lanjut dan Ketetapan MPR tersebut, kemudian diterbitkan Undang-undang No. 28 Tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam Undang-Undang ini dinyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh- sungguh dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkan asas-asas penyelenggaraan negara. Adapun yang dimaksud dengan penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggara negara tersebut meliputi: pejabat-pejabat negara pada lembaga-lembaga negara, Menteri, Gubernur, Hakim, pejabat negara lain sesuai dengan ketentuan peraturan
  • 9. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI8 perundang-undangan yang berlaku; pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagaimana disebutkan dalam UU No. 28 Tahun 1999 adalah: asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas. 1. Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang- undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara. 2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengabdian penyelenggaraan negara. 3. Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan kolektif. 4. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. 5. Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 9 6. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab, telah diterbitkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Pelaksanaannya lebih lanjut didasarkan atas Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara (Keputusan Kepala LAN No. 589/IX/6/4/1999 dan telah diubah dengan Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003). Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
  • 10. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI10 1. Pengertian Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Berdasarkan pengertian ini, maka semua instansi pemerintah, badan dan lembaga negara di pusat dan daerah sesuai dengan tugas pokok masing-masing harus memahami lingkup akuntabilitasnya masing-masing, karena akuntabilitas yang diminta meliputi keberhasilan dan juga kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. 2. Prinsi-Prinsip Akuntabilitas Dalam pelaksanaan akuntabilitas di lingkungan instansi pemerintah, perlu memperhatikan Prinsi-Prinsip sebagai berikut: a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel; b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan; d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh; e. Harus jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 11 dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas. C. Rangkuman Sejalan dengan paradigma baru dalam administrasi negara dan untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme berdasarkan TAP MPR NO. XI/MPR/1998 telah diterbitkan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam undang- undang ini ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara; yaitu Asas Kepastian Hukum, Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, Asas Kepentingan Umum, Asas Keterbukaan, Asas Proporsionalitas, Asas Profesionalitas, dan Asas Akuntabilitas. Dengan memperhatikan dan melaksanakan asas-asas penyelenggaraan negara ini diharapkan para penyelenggara negara mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh- sungguh dan penuh tanggung jawab. Di samping itu untuk mengetahui kinerja aparatur pemerintah telah diterbitkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran- sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
  • 11. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI12 D. Latihan/Diskusi 1. Sebutkan Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara berdasarkan UU No. 28 Tahun 1999? 2. Apa pengertian akuntabilitas yang resmi dianut pemerintah dan apa saja prinsip-prinsipnya? 3. Mengapa para penyelenggara negara perlu mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pencapaian misi atau tujuan organisasinya? 13 BAB IV LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAH Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, pemerintah membentuk lembaga-lembaga pemerintah seperti Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Lembaga-lembaga lainnya. Pada dasarnya lembaga-lembaga pemerintah ini dapat dibagi dua, yaitu lembaga-lembaga pemerintah tingkat pusat dan lembaga- lembaga pemerintah tingkat daerah. Lembaga-lembaga penyelenggara pemerintahan negara tersebut merupakan aparatur pemerintah atau disebut juga sebagai birokrasi pemerintah. Presiden bersama-sama lembaga-lembaga pemerintah menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Tugas umum pemerintahan adalah tugas-tugas atau urusan-urusan pemerintahan yang sejak dahulu dilaksanakan oleh pemerintah dimana saja dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat, seperti pemeliharaan keamanan dan ketertiban, penyelenggaraan pendidikan, pelayanan kesehatan dan lain-lain. Sedangkan tugas pembangunan adalah tugas-tugas atau urusan- urusan dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan. Dengan adanya lembaga-lembaga pemerintah ini, maka urusan- urusan pemerintahan akan terbagi habis ke dalam lembaga-lembaga pemerintahan yang ada. Akan tetapi tidak harus setiap urusan pemerintahan diwadahi dalam satu lembaga pemerintahan.
  • 12. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI14 A. Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah adalah urusan-urusan yang menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah tersebut adalah: 1. Politik Luar Negeri, antara lain meliputi: a. Mengangkat pejabat politik dan menunjuk warga negara untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional; b. Menetapkan kebijakan luar negeri; c. Melaksanakan perjanjian dengan negara lain; d. Menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri. 2. Pertahanan, antara lain meliputi: a. Mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata; b. Menyatakan damai dan perang; c. Menyatakan negara atau sebagai wilayah negara dalam keadaan bahaya; d. Membangun dan mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan; e. Menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi setiap warga negara. 3. Keamanan, antara lain meliputi: a. Mendirikan dan membentuk kepolisian negara; b. Menetapkan kebijakan keamanan nasional; c. Menindak setiap orang yang melanggar hukum negara; Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 15 d. Menindak kelompok atau setiap organisasi yang kegiatannya melanggar keamanan negara. 4. Moneter dan Fiskal, antara lain: a. Mencetak uang dan menentukan nilai mata uang; b. Menetapkan kebijakan moneter; c. Mengendalikan peredaran uang. 5. Yustisi, antara lain: a. Mendirikan lembaga peradilan; b. Mengangkat hakim dan jaksa; c. Mendirikan lembaga pemasyarakatan; d. Menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasian, memberi grasi, amnesti, abolisi, membentuk Undang- Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, dan peraturan lain yang berskala nasional. 6. Agama, antara lain: a. Menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional; b. Memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama; c. Menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan. Di samping itu terdapat bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent, artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dengan demikian setiap urusan yang bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi
  • 13. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI16 kewenangan Pemerintah, ada bagian urusan yang diserahkan kepada Provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada Kabupaten/ Kota. Dengan kata lain bahwa Pemerintah dapat: a. Menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan; b. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah; atau c. Menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan dengan berdasarkan asas tugas pembantuan. Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang concurrent secara proporsional antara Pemerintah, Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Kota, maka disusun kriteria yang meliputi: eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan mempertimbangkan keserasian hubungan pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan. Kriteria Eksternalitas adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan dampak/ akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut. Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan Kabupaten/Kota, apabila regional menjadi kewenangan Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 17 Provinsi, dan apabila nasional menjadi kewenangan Pemerintah. Kriteria Akuntabilitas adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan pertimbangan bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dari urusan yang ditangani tersebut. Dengan demikian akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan tersebut kepada masyarakat akan lebih terjamin. Kriteria Efisiensi adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan tersedianya sumber daya (personil, dana, dan peralatan) untuk mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan. B. Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Daerah Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar. Sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.
  • 14. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI18 Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi: 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum; 5. Penanganan bidang kesehatan; 6. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial; 7. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota; 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota; 9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota; 10. Pengendalian lingkungan hidup; 11. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/ kota; 12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota; 15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota; dan 16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 19 Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah Kabupaten/Kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi: 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum; 5. Penanganan bidang kesehatan; 6. Penyelenggaraan pendidikan; 7. Penanggulangan masalah sosial; 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan; 9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah; 10. Pengendalian lingkungan hidup; 11. Pelayanan pertanahan; 12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14. Pelayanan administrasi penanaman modal; 15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan 16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Urusan pemerintahan Kabupaten/Kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
  • 15. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI20 Gambar: Pembagian Urusan Pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota Sumber : Undang-undang No. 32 Tahun 2004 C. Lembaga Pemerintah Pusat Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dikatakan bahwa Pemerintah Pusat atau Pemerintah adalah Presiden RI yang memegang kekuasaan pemerintahan negara RI. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, lembaga-lembaga pemerintah tingkat pusat meliputi: Kementerian Negara, Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), Kesekretariatan yang membantu Presiden; Kejaksaan Agung; Perwakilan RI di Luar Negeri; Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara RI (Polri); Badan/Lembaga Ekstra Struktural. 1. Kementerian Negara Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 21 Kerja Kementerian Negara, disebutkan bahwa Kementerian Negara terdiri dari Kementerian Koordinator, Kementerian Negara yang berbentuk Departemen dan Kementerian Negara. a. Kementerian Koordinator Kedudukan Kementerian Koordinator adalah unsur pelaksana Pemerintah yang dipimpin oleh Menteri Koordinator yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Tugas Kementerian Koordinator mempunyai tugas membantu Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan penyusunan kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidangnya. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Koordinator menyelenggarakan fungsi: 1) Koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di bidangnya; 2) Sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya; 3) Pengendalian penyelenggaraan kebijakan, sebagaimana dimaksud pada huruf 1) dan 2); 4) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; 5) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
  • 16. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI22 6) Pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden; 7) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden. Dalam Kabinet Indonesia Bersatu dibawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ada tiga Kementerian Koordinator, yaitu: Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; dan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 1) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengkoordinasikan: Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan; Departemen Hukum dan HAM; Kejaksanaan Agung; BIN; TNI; POLRI; dan Instansi yang dianggap perlu. 2) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengkoordinasikan: Departemen Keuangan; Departemen Energi dan SDM; Departemen Perindustrian; Departemen Perdagangan; Departemen Pertanian; Departemen Kehutanan; Departemen Perhubungan; Departemen Kelautan dan Perikanan; Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Departemen Pekerjaan Umum; Departemen Kominfo; Kementerian Negara Ristek; Kementerian Negara Koperasi dan UKM; Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 23 Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal; dan Instansi yang dianggap perlu. 3) Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengkoordinasikan: Departemen Kesehatan; Departemen Pendidikan Nasional; Departemen Sosial; Departemen Agama; Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; Kementerian Negara Lingkungan Hidup; Kementerian Negara PP; Kementerian Negara PAN; Kementerian Negara Perumahan Rakyat; Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga; dan Instansi lain yang dianggap perlu. Susunan Organisasi Kementerian Koordinator dibantu oleh: 1) Sekretariat Kementerian Koordinator; 2) Deputi; 3) Staf Ahli; 4) Di lingkungan Kementerian Koordinator dapat diangkat tiga orang Staf Khusus Menteri (Perpres No.62 Tahun 2005). b. Departemen Kedudukan Departemen adalah unsur pelaksana Pemerintah yang dipimpin oleh Menteri yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
  • 17. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI24 Tugas Departemen mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan. Fungsi Dalam pelaksanaan tugasnya, Departemen menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidangnya; 2) Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; 3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; 4) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 5) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden. Dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009) ada 20 (dua puluh) Departemen, yaitu: 1) Departemen Dalam Negeri; 2) Departemen Luar Negeri; 3) Departemen Pertahanan; 4) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia; 5) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 6) Departemen Perindustrian; 7) Departemen Perdagangan; 8) Departemen Pertanian; 9) Departemen Kehutanan; 10) Departemen Perhubungan; Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 25 11) Departemen Kelautan dan Perikanan; 12) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 13) Departemen Pekerjaan Umum; 14) Departemen Kesehatan; 15) Departemen Pendidikan Nasional; 16) Departemen Sosial; 17) Departemen Agama; 18) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; 19) Departemen Komunikasi dan Informatika; 20) Departemen Keuangan. Susunan Organisasi Departemen terdiri dari: 1) Menteri; 2) Sekretariat Jenderal, bertugas melaksanakan pembinaan dan koordinasi pelaksanan tugas dan administrasi Departemen; 3) Direktorat Jenderal, bertugas melaksanakan rumusan dan pelaksanaan kebijakan serta standarisasi teknis di bidangnya; 4) Inspektorat Jenderal, bertugas melaksanakan pengawasan fungsional; 5) Badan dan/atau Pusat; 6) Staf Ahli; 7) Di lingkungan Departemen dapat diangkat 3 (tiga) orang Staf Khusus Menteri (Perpres No. 62 Tahun 2005).
  • 18. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI26 Departemen yang menyelenggarakan urusan pemerintahan yang tidak diserahkan kepada Daerah dapat membentuk Instansi Vertikal yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Departemen secara selektif dapat membentuk UPT sebagai pelaksana tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang. c. Kementerian Negara Kedudukan Kementerian Negara adalah unsur pelaksana pemerintah yang dipimpin oleh Menteri Negara yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Tugas Kementerian Negara mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang tertentu dalam kegiatan pemerintahan negara. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Negara menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan kebijakan nasional di bidangnya; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya; 3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang mengabdi tanggung jawabnya; 4) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 5) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden; Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 27 Berdasarkan Perpres No. 62 Tahun 2005, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Kementerian Negara Perumahan Rakyat, dan Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga, di samping melaksanakan fungsi-fungsi sebagaimana tersebut diatas, juga melaksanakan fungsi teknis pelaksanaan/fungsi operasionalisasi kebijakan di bidang masing-masing. Dalam Kabinet Indonesia Bersatu, Kementerian Negara terdiri dari: 1) Kementerian Negara Riset dan Teknologi; 2) Kementerian Negara Koperasi dan UKM; 3) Kementerian Negara Lingkungan Hidup; 4) Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan; 5) Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara; 6) Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal; 7) Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas (Keppres No. 171/M/Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua Keppres No. 187/M/ Tahun 2005); 8) Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara; 9) Kementerian Negara Perumahan Rakyat; 10) Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga.
  • 19. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI28 Susunan Organisasi Kementerian Negara dibantu oleh: 1) Sekretariat Kementerian Negara; 2) Deputi; 3) Staf Ahli; 4) Di lingkungan Kementerian Negara dapat diangkat 3 (tiga) orang Staf Khusus Menteri (Perpres No. 62 Tahun 2005). 2. Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND) LPND diatur dengan Keppres No. 103 Tahun 2001 yang telah enam kali mengalami perubahan terakhir perubahannya dengan Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2005. Kedudukan LPND dalam Pemerintahan Negara RI adalah lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden. LPND berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Tugas LPND mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Perpres No. 11 Tahun 2005 tentang Perubahan Kelima atas Keppres No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja LPND, pada Pasal 3-nya menyebutkan bahwa LPND terdiri dari: 1) Lembaga Administrasi Negara (LAN); Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 29 2) Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI); 3) Badan Kepegawaian Negara (BKN); 4) Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas); 5) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas); 6) Badan Pusat Statistik (BPS); 7) Badan Standarisasi Nasional (BSN); 8) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN); 9) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN); 10) Badan Intelijen Negara (BIN); 11) Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG); 12) Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN); 13) Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN); 14) Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL); 15) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP); 16) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI); 17) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT); 18) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM); 19) Badan Pertanahan Nasional (BPN); 20) Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM); 21) Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS); 22) Badan Meterologi dan Geofisika (BMG). Sesuai dengan Perpres No. 64 Tahun 2005, masing-masing LPND melaksanakan tugasnya dikoordinasikan oleh Menteri, yang meliputi:
  • 20. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI30 1) Menteri Dalam Negeri bagi BPN; 2) Menteri Pertahanan bagi LEMHANAS dan LEMSANEG; 3) Menteri Perdagangan bagi BKPM; 4) Menteri Kesehatan bagi BPOM dan BKKBN; 5) Menteri Pendidikan Nasional bagi PERPUSNAS; 6) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara bagi LAN, BKN, BPKP, dan ANRI; 7) Menteri Negara Riset dan Teknologi bagi LIPI, LAPAN, BPPT, BATAN, BAPETEN, BAKOSURTANAL, dan BSN; 8) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional bagi BPS; 9) Menteri Perhubungan bagi BMG. Dalam Keppres No. 103 Tahun 2001, Susunan Organisasi LPND diatur sebagai berikut: 1) Kepala; 2) Bila dipandang perlu Kepala dapat dibantu oleh seorang Wakil Kepala; 3) Sekretariat Utama, sebagai pelaksana fungsi staf/penunjang dan mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program administrasi dan sumber daya yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Utama; 4) Deputi, pelaksana fungsi lini dan membawahi Direktorat dan/atau pusat Direktorat digunakan sebagai Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 31 nomenklatur unit yang fungsinya pembinaan. Sedangkan Pusat untuk unit yang fungsinya pelaksanaan; 5) Unit pengawasan dapat berbentuk Inspektorat Utama atau Inspektorat, dan bertugas untuk melaksanakan pengawasan fungsional; 3. Kesekretariatan yang Membantu Presiden a. Sekretariat Negara Berdasarkan Kepres No. 117 Tahun 2000, Sekretariat negara adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan mempunyai tugas untuk memberikan dukungan staf dan pelayanan administrasi kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara. Sekretariat Negara dipimpin oleh Sekretaris Negara. b. Sekretariat Kabinet Berdasarkan Kepres No. 111 Tahun 2000, Sekretariat Kabinet adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan mempunyai tugas memberikan dukungan staf dan pelayanan administrasi kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara. Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet.
  • 21. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI32 4. Kejaksaan Agung Berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara secara merdeka di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Kejaksaan adalah satu dan tidak terpisahkan. Pelaksanaan kekuasaan negara bidang penuntutan ini diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri. Kejaksaan Agung berkedudukan di Ibukota Negara RI dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara RI. Kejaksaan Tinggi berkedudukan di Ibukota Provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi. Kejaksaan Negeri berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota yang daerah hukumnya meliputi wilayah daerah kabupaten/kota. Dalam hal tertentu di daerah hukum kejaksaan negeri dapat dibentuk cabang Kejaksaan Negeri: a. Tugas dan Wewenang Umum 1) Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang: (a) Melakukan penuntutan; (b) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 33 (c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan putusan lepas bersyarat; (d) Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan UU; (e) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan kepengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik; 2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah; 3) Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan: (a) Peningkatan kesadaran hukum; (b) Pengamanan kebijakan penegakkan hukum; (c) Pengawasan peredaran barang cetakan; (d) Pengawasan aksi kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara; (e) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama; (f) Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal. 4) Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan Undang-undang;
  • 22. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI34 5) Kejaksaan berwenang menangani perkara pidana yang diatur dalam Qanun sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi NAD sesuai Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Khusus Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang: 1) Menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakkan hukum dan keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan; 2) Mengefektifkan proses penegakkan hakim yang diberikan oleh Undang-undang; 3) Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum; 4) Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara; 5) Mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana; 6) Mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluar wilayah NKRI karena keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 35 5. Perwakilan RI di Luar Negeri Perwakilan RI di luar negeri adalah satu-satunya Aparatur yang mewakili kepentingan Negara RI secara keseluruhan di negara lain atau pada Organisasi Internasional, dan dapat berupa Kedutaan Besar RI (KBRI), Konsulat Jenderal RI (KONJENRI), Konsulat RI, Perutusan Tetap RI (PTRI) pada PBB maupun Perwakilan RI tertentu yang bersifat sementara. Perwakilan RI terdiri atas Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan Konsulat. a. Perwakilan Diplomatik Cakupan kegiatan Perwakilan Diplomatik menyangkut semua kepentingan Negara RI dan wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara penerima atau yang bidang kegiatannya meliputi bidang kegiatan suatu Organisasi Internasional. Perwakilan Diplomatik terdiri atas Kedutaan Besar RI dan Perwakilan Tetap RI yang dipimpin oleh seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh dan bertanggungjawab kepada Presiden selaku Kepala Negara melalui Menteri Luar Negeri. Tugas Pokok Perwakilan Diplomatik adalah mewakili Negara RI dalam melaksanakan hubungan diplomatik dengan negara penerima atau Organisasi Internasional serta melindungi segenap kepentingan negara dan warga negara RI di negara penerima sesuai dengan kebijakan pemerintah yang ditetapkan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk hukum dan tata cara hubungan internasional.
  • 23. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI36 b. Perwakilan Konsuler Kegiatan Perwakilan Konsuler meliputi semua kepentingan negara RI di bidang konsuler dan mempunyai wilayah kerja tertentu dalam wilayah negara penerima. Perwakilan Konsuler terdiri atas Konsulat Jenderal RI dan Konsulat RI yang dipimpin oleh Konsul Jenderal dan Konsul, yang bertanggung jawab kepada Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, bertanggung jawab langsung kepada Menteri Luar Negeri. Tugas Pokok Perwakilan Konsuler adalah mewakili negara RI dalam melaksanakan hubungan konsuler dengan negara penerima di bidang perekonomian, perdagangan, perhubungan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta mengeluarkan izin prinsip penanaman modal asing di Indonesia untuk Menteri Luar Negeri atas nama Menteri yang bertanggungjawab di bidang investasi sesuai dengan kebijakan pemerintah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Tentara Nasional Indonesia (TNI) Peran, tugas, susunan dan kedudukan TNI secara pokok- pokoknya diatur dalam TAP No. VI/MPR /2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; TAP No. VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan kemudian diatur dengan Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 37 Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Kedudukan Sesuai dengan Undang-undang No. 34 Tahun 2004 kedudukan TNI diatur sebagai berikut: a. Dalam pengesahan dan penggunaan kekuatan militer, TNI berkedudukan di bawah Presiden; b. Dalam kebijakan dan strategi pertahanan serta dukungan administrasi; TNI di bawah koordinasi Departemen Pertahanan. TNI terdiri dari TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara yang melaksanakan tugasnya secara merata atau gabungan di bawah pimpinan Panglima. Tiap-tiap angkatan (AD, AL, dan AU) mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat. Peran TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. Fungsi Sebagai alat pertahanan negara, TNI berfungsi sebagai: a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;
  • 24. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI38 b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana tersebut butir a; c. Pemulihan terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, TNI merupakan komponen utama Sistem Pertahanan Negara. Tugas Pokok TNI mempunyai tugas pokok untuk: a. Menegakkan kedaulatan negara; b. Mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; c. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Susunan Organisasi Organisasi TNI terdiri dari: a. Markas Besar TNI membawahi: Markas Besar TNI Angkatan Darat, Markas Besar TNI Angkatan Laut, dan Markas Besar TNI Angkatan Udara. b. Markas Besar TNI terdiri dari: unsur pimpinan, unsur pembantu pimpinan, unsur pelayanan, badan pelaksana pusat, dan Komando Utama Operasi. c. Markas Besar Angkatan terdiri atas unsur pimpinan, unsur pembantu pimpinan, unsur pelayanan, badan pelaksana pusat, dan komando utama pembinaan. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 39 TNI dipimpin oleh seorang Panglima yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan DPR. Angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan dan berkedudukan di bawah Panglima serta bertanggungjawab kepada Panglima. Kepala Staf Angkatan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Panglima. 7. Kepolisian Negara RI (Polri) Peran, tugas, susunan dan kedudukan POLRI, sebagaimana TNI secara pokok-pokoknya diatur dalam TAP No. VI/MPR/2000 dan TAP No. VII/MPR/ 2000. Kemudian diatur dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peran dan Tugas POLRI a. POLRI merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. b. Selain tugas pokok tersebut di atas, POLRI juga melaksanakan tugas bantuan: 1) Dalam keadaan darurat memberikan bantuan kepada TNI yang diatur dengan undang-undang; 2) Turut secara aktif dalam tugas-tugas penanggulangan kejahatan internasional sebagai anggota
  • 25. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI40 International Criminal Police Organization – Interpol; 3) membantu secara aktif tugas pemeliharaan perdamaian dunia (peace keeping operation) di bawah bendera PBB. Susunan dan Kedudukan POLRI: a. POLRI merupakan Kepolisian Nasional yang organisasinya disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai tingkat daerah; b. POLRI berada di bawah Presiden; c. POLRI dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara RI (KAPOLRI) yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR; d. Anggota POLRI tunduk pada kekuasaan peradilan umum; Lembaga Kepolisian Nasional a. Presiden dalam menetapkan arah kebijakan Kepolisian Negara RI dibantu oleh lembaga kepolisian nasional, yang dibentuk oleh Presiden yang diatur dengan undang- undang. b. Lembaga Kepolisian Nasional memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan pemberhentian KAPOLRI. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 41 Keikutsertaan POLRI dalam penyelenggaraan negara: a. POLRI bersikap netral dalam politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politis praktis; b. Anggota POLRI dapat menduduki jabatan diluar kepolisian setelah mengundurkan diri atau pensiun dari dinas kepolisian. 8. Badan/Lembaga Ekstra Struktural Badan/Lembaga Ekstra Struktural pada dasarnya adalah badan/lembaga yang bersifat penunjang dan/atau pelengkap tatanan organisasi pemerintahan yang melaksanakan fungsifungsi khusus di bidang tertentu untuk menunjang pelaksanaan urusan pemerintahan. Badan/Lembaga ini secara organik tidak termasuk dalam struktur organisasi Kementerian Negara (Kementerian Koordinator, Departemen, Kementerian Negara) dan/atau LPND. Badan/Lembaga Ekstra Struktural dapat dipimpin atau di Ketuai oleh Menteri, bahkan Presiden atau Wakil Presiden. Badan/Lembaga ini mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang signifikan terletak pada dasar hukum pembentukannya. Nomenklatur yang digunakan juga beragam seperti: Dewan, Badan, Komisi, Komite, Lembaga, dan Tim. Badan/Lembaga Ekstra Struktural yang terbentuk: a. Dewan, antara lain: Dewan Ekonomi Nasional, Dewan Ketahanan Pangan, Dewan Maritim Nasional, Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.
  • 26. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI42 b. Badan, antara lain: Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (BAKORNAS PBP), Badan Koordinasi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BKPTKI), Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, Badan Pertimbangan dan Pendidikan Nasional. c. Komisi, antara lain: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi Ombudsman, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). d. Komite, antara lain: Komite Kebijakan Sektor Keuangan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Komite Olah Raga Nasional, Komite Standar Nasional Untuk Satuan Ukuran. e. Lembaga, antara lain: Lembaga Sensor Film, Lembaga Koordinasi Pangan dalam Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. D. Lembaga Pemerintah Tingkat Daerah Penyelenggara Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sedangkan Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dengan demikian lembaga pemerintah tingkat daerah disebut perangkat daerah sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang No. 32 Tahun 2004. Dalam penyelenggaraan Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 43 pemerintahan daerah, Kepala Daerah dibantu oleh perangkat daerah. Secara umum perangkat daerah terdiri dari: 1. Unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam Lembaga Sekretariat; 2. Unsur pendukung tugas Kepala Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam Lembaga Teknis Daerah; 3. Unsur pelaksana urusan daerah, diwadahi dalam Lembaga Dinas Daerah. Perangkat Daerah Provinsi terdiri dari : 1. Sekretariat Daerah; 2. Sekretariat DPRD; 3. Dinas Daerah; dan 4. Lembaga Teknis Daerah. Perangkat Daerah Kabupaten /Kota, terdiri atas: 1. Sekretariat Daerah; 2. Sekretariat DPRD; 3. Dinas Daerah; 4. Lembaga Teknis Daerah; 5. Kecamatan; dan 6. Kelurahan. Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas
  • 27. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI44 usul Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan dan karena kedudukannya Sekretaris Daerah sebagai pembina pegawai negeri sipil di daerahnya. Sekretaris Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya, Sekretaris Daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah. Sekretariat DPRD Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD. Sekretaris DPRD diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota dengan persetujuan DPRD. Tugas Sekretaris DPRD adalah: 1. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD; 2. Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD; 3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD; 4. Menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat DPRD secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 45 pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh Kepala Dinas. Kepala Dinas diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. Lembaga Teknis Daerah Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Lembaga teknis daerah berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah. Badan, Kantor, atau Rumah Sakit Umum Daerah masing-masing dipimpin oleh Kepala yang diangkat oleh Kepala Daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. Kepala Badan, Kepala Kantor, atau Kepala Rumah Sakit Umum Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Kecamatan Kecamatan dibentuk di wilayah Kebupaten/Kota dengan peraturan daerah (Perda) dengan berpedoman pada peraturan pemerintah.
  • 28. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI46 Kecamatan dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Di samping itu, Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi: 1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; 2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentuan dan ketertiban umum; 3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakkan peraturan perundang-undangan; 4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; 5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; 6. Membina penyelenggaraan pemerintahan dasar dan/atau kelurahan; 7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan daerah atau kelurahan. Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Camat dibantu oleh Perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab kepada Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 47 Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota. Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada Camat. Kelurahan Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan peraturan daerah (Perda). Kelurahan dipimpin oleh Lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/ Walikota. Di samping itu, Lurah mempunyai tugas: 1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan; 2. Pemberdayaan masyarakat; 3. Pelayanan masyarakat; 4. Penyelenggaraan ketentuan dan ketertiban umum; 5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum. Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Lurah dibantu oleh perangkat kelurahan dan bertanggung jawab kepada Bupati/ Walikota melalui Camat. Perangkat kelurahan bertanggung jawab kepada Lurah. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas lurah, pada kelurahan dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
  • 29. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI48 Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang perlu ditangani. Akan tetapi tidak berarti bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk atau diwadahi dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi atau susunan organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor: 1. Kemampuan keuangan; 2. Kebutuhan daerah; 3. Cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan; 4. Jenis dan banyaknya tugas; 5. Luas wilayah kerja dan kondisi geografis; 6. Jumlah dan kepadatan penduduk; 7. Potensi daerah yang bertahan dengan urusan yang akan ditangani; 8. Sarana dan prasarana penunjang tugas. Dengan demikian kebutuhan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak selalu sama. Susunan organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam Peraturan Daerah dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu (beban tugas, cakupan wilayah, jumlah pegawai) dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (catatan: pada waktu penulisan modul ini Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 49 adalah PP No. 8 Tahun 2003 dalam proses Revisi karena akan disesuaikan dengan makna Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dan kondisi obyektif lainnya). Pengendalian penataan organisasi perangkat daerah dalam arti penerapan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dilakukan oleh: 1. Pemerintah untuk perangkat daerah provinsi; dan 2. Gubernur untuk perangkat daerah Kabupaten/Kota dengan tetap berpedoman pada Peraturan Pemerintah. E. Lembaga Perekonomian Negara Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, juga dikenal adanya lembaga perekonomian negara yang disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). 1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) BUMN saat ini diatur dengan UU No.19 Tahun 2003. BUMN yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam Sistem Perekonomian Nasional, di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, Swasta dan Koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan/atau jasa yang dipasarkan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.
  • 30. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI50 Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan/atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil privatisasi. a. Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003, maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah: 1) Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya; 2) Mengejar keuntungan; 3) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa pengendalian barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; 4) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat diselesaikan oleh sektor swasta dan koperasi; 5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha kalangan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 51 b. Jenis BUMN. BUMN terdiri dari: Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). 1) Perusahaan Perseroan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Perusahaan Perseroan Terbuka yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum yang sesuai dengan peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal. Terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Maksud dan Tujuan Pendirian Persero adalah: a) Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat; b) Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. Organ Persero adalah: Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris. 2) Perusahaan Umum (Perum) adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi
  • 31. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI52 atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan. Maksud dan Tujuan pendirian Perum adalah untuk kemanfaatan umum berupa pengendalian barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan yang sehat. Organ Perum adalah: Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas. 2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004; Pasal 177 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada peraturan perundang- undangan. Perusahaan Daerah dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Perusahaan Daerah dan yang dimaksud adalah semua perusahaan yang modal seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang- undang. Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan Daerah. Pembinaan umum terhadap Perusahaan Daerah dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 53 Agar pengelolaan Perusahaan Daerah dapat diselenggarakan secara efisien, efektif dan produktif, sehingga benar-benar dapat menunjang perwujudan otonomi seluas-luasnya, maka sambil menunggu berlakunya undang-undang yang baru tentang Perusahaan Daerah, sudah diterbitkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1990 tentang Perubahan Bentuk Badan Usaha Milik Daerah ke dalam dua bentuk, yaitu Perumda dan Perseroda. a. Perumda (Perusahaan Umum Daerah Public Corporation/ Service) Didirikan dengan maksud, tujuan dan sifat usahanya adalah mengutamakan penyelenggaraan pelayanan umum di samping mencari keuntungan sebagai sumber pendapatan asli daerah, dengan tetap berpegang teguh pada: (1) syarat-syarat efisiensi dan efektivitas, (2) prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dan (3) pelayanan yang baik pada masyarakat. b. Perseroda (Perusahaan Perseroan Daerah) Maksud dan tujuan usaha Perseroda adalah untuk memupuk keuntungan dalam arti baik pelayanan dan pembinaan organisasinya harus secara efektif dan efisien dengan orientasi bisnis. F. Rangkuman Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, pemerintah membentuk lembaga-lembaga pemerintah baik di tingkat pusat
  • 32. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI54 maupun di tingkat daerah dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang terkait. Setiap lembaga-lembaga pemerintah melaksanakan urusan pemerintahan tertentu. Urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat adalah politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal, yustisi, dan agama. Sedangkan urusan-urusan yang menjadi kewenangan daerah terbagi ke dalam dua pula, yaitu: urusan wajib dan urusan pilihan. Lembaga pemerintah tingkat pusat meliputi: Kementerian Koordinator, Departemen, Kementerian Negara, LPND, Kesekretariatan yang membantu Presiden, Kejaksaan Agung, Perwakilan RI di Luar Negeri, TNI, POLRI, Badan/Lembaga Ekstra Struktural. Lembaga pemerintah tingkat daerah meliputi: Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan. Lembaga Perekonomian Negara meliputi: Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Derah. BUMN berbentuk Persero dan Perum. Sedangkan BUMD berbentuk Perseroda dan Perumda. Dasar utama penyusunan lembaga-lembaga pemerintah dalam bentuk organisasi baik di tingkat pusat maupun di daerah adalah adanya urusan pemerintahan yang harus ditangani. Namun tidak semua urusan-urusan pemerintahan tersebut dibentuk dalam organisasi tersendiri. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 55 G. Latihan/Diskusi 1. Sebutkan urusan-urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat? 2. Sebutkan urusan-urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah? 3. Apa saja yang termasuk lembaga-lembaga pemerintah tingkat Pusat? 4. Apa saja yang termasuk lembaga-lembaga pemerintah tingkat Daerah? 5. Apa tujuan dibentuknya Lembaga Perekonomian Negara?
  • 33. 56 BAB V PROSES MANAJEMEN PEMERINTAHAN Dalam modul ini uraian tentang proses manajemen pemerintahan mencakup empat aspek, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. A. Perencanaan Landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah adalah Undang- Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang ini ditetapkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan di pusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat. Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri dari atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk: 1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan; Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 57 2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antar Pusat dan Daerah; 3. Menjamin keterkaitan dan konstitusi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; 4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; 5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Sebagai tindak lanjut dari UU No. 25 Tahun 2004 ini, Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004 – 2009. RPJM Nasional Tahun 2004 – 2009 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilihan Umum yang dilaksanakan secara langsung pada tahun 2004. RPJM Nasional ini menjadi pedoman bagi: 1. Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga; 2. Pemerintah Daerah dalam menyusun RPJM Daerah; 3. Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah. Tahap-tahap Perencanaan Pembangunan: 1. Penyusunan Rencana Dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu sistem rencana yang siap untuk ditetapkan, yang terdiri dari 4 (empat) langkah yaitu:
  • 34. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI58 a) Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur; b) Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan; c) Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan; d) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. 2. Penetapan Rencana Menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut UU No. 25 Tahun 2004, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/Daerah (20 Tahun) ditetapkan sebagai UU/Perda, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah (5 Tahun) ditetapkan sebagai Perpres/Kepala Daerah, dan Rencana Pembangunan Tahunan Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Perpres/Kepala Daerah. 3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana Dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah. Selanjutnya, Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 59 menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya. 4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana Bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilakanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembagunan. B. Pengorganisasian Fungsi pengorganisasian sangat erat kaitannya dengan fungsi perencanaan. Pengorganisasian dapat diartikan sebagai penetapan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan, pengelompokkan tugas-tugas dan pembagian pekerjaan kepada setiap pegawai dan penetapan hubungan-hubungan kerja. Misalnya jika pengorganisasian dilaksanakan dengan baik, maka organisasi yang dihasilkan pun akan lebih baik dan tujuan organisasi relatif akan mudah dicapai. Untuk membentuk atau menyempurnakan organisasi/ kelembagaan perlu diperhatikan prinsip pengorganisasian dan pertimbangan-pertimbangan yang rasional lainnya seperti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dari hasil analisis jabatan.
  • 35. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI60 Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 21 Tahun 1990 tentang Pedoman dan Proses Pembentukan atau Penyempurnaan Kelembagaan di lingkungan Instansi Pemerintah Pusat, Perwakilan RI di luar negeri dan pemerintah di Daerah, disebutkan prinsip-prinsip pengorganisasian sebagai berikut: 1. Prinsip Pembagian Habis Tugas Prinsip ini dimaksudkan agar supaya tugas pokok dan fungsi pemerintah terbagi habis dalam Departemen-Departemen dan Lembaga-lembaga Non Departemen, sehingga bagaimanapun cara yang dipergunakan untuk menyusun organisasi aparatur pemerintah secara fungsional, ada yang mengurus dan bertanggung jawab atas setiap fungsi. 2. Prinsip Perumusan Tugas Pokok dan Fungsi yang Jelas Usaha yang sungguh-sungguh harus dilaksanakan untuk menjamin bahwa tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah adalah jelas, sehingga dapat dihindarkan timbulnya duplikasi, ataupun overlapping atau paling tidak dapat dikurangi. 3. Prinsip Fungsionalisasi Prinsip fungsionalisasi dimaksudkan di dalam penyelenggaraan pemerintahan ada organisasi yang secara fungsional bertanggungjawab atas sesuatu bidang dan tugas pemerintahan dan prinsip ini juga menentukan batas-batas kewenangannya. Dalam kerjasama dengan instansi lain fungsionalisasi menentukan instansi mana yang harus memprakarsai kerjasama tersebut. 4. Prinsip Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi Mengingat bahwa tidak ada satupun kegiatan pemerintahan, baik tugas umum pemerintahan maupun pembangunan yang Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 61 sepenuhnya dapat dilaksanakan hanya oleh satu instansi pemerintah saja, maka mutlak diperlukan organisasi yang benar-benar sadar terhadap kerjasama dengan instansi lain. Lebih-lebih kegiatan pembangunan pada dasarnya harus ditangani secara multifungsional dan interdisipliner, baik di dalam perumusan kebijakan maupun pelaksanaannya. Kebijakan-kebijakan yang dirumuskan oleh berbagai instansi harus serasi satu sama lainnya (mutually consistent policies). 5. Prinsip Kontinuitas Pelaksanaan kegiatan pemerintah yang efektif dan efisien akan lebih terjamin apabila ada kontinuitas dalam perumusan kebijakan, perencanaan penyusunan program dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional. Aparatur pemerintah tidak seharusnya menggantungkan diri pada individu pejabat tetapi kepada kelangsungan kelembagaan. 6. Prinsip Lini dan Staf Bentuk organisasi yang dipandang baik yaitu apabila menggunakan bentuk lini dan staf. Bentuk ini dipandang cocok untuk digunakan di Indonesia terutama karena dengan bentuk lini dan staf terdapat pembagian tugas dan fungsi yang jelas antara unit-unit organisasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas pokok organisasi dengan unit-unit organisasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan yang bersifat penunjang. 7. Prinsip Kesederhanaan Organisasi yang efektif adalah organisasi yang bentuknya sederhana dalam arti bahwa bentuknya disesuaikan dengan
  • 36. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI62 tugas pokok dan fungsi, besar kecilnya organisasi itu ditentukan oleh beban kerja yang harus dilaksanakan. 8. Prinsip Fleksibilitas Fleksibilitas menghendaki agar organisasi dapat mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan keadaan sehingga dapat dihindari kekacauan dalam pelaksanaan tugasnya. 9. Prinsip Pendelegasian Wewenang Yang Jelas Mengingat luasnya wilayah Republik Indonesia dan mengingat pula kondisi geografisnya, maka perlu ada pendelegasian wewenang pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan maupun pembangunan kepada unit organisasi atau pejabat pada eselon di tingkat bawah untuk bertindak secara efektif tanpa setiap kali memerlukan petunjuk dari pusat. 10. Prinsip Pengelompokkan Yang Homogen Karena sedemikian luasnya tugas-tugas yang harus dilakukan oleh pemerintah baik tugas umum pemerintahan maupun pembangunan, maka sudah barang tentu tidak semua tugas tersebut dapat dituangkan kedalam bentuk Departemen pemerintahan atau Lembaga Pemerintah Non Departemen. Oleh karena itu, sesuai pula dengan prinsip kesederhanaan maka pengelompokkan tugas-tugas harus diusahakan sehomogen mungkin, karena dengan demikian maka prinsip KIS akan dapat diterapkan dengan lebih mudah. 11. Prinsip Rentang/Jenjang Pengendalian Mengingat terbatasnya kemampuan seseorang pimpinan/ atasan untuk mengadakan pengendalian terhadap Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 63 bawahannya, maka perlu diperhitungkan secara rasional dalam menentukan jumlah unit atau orang yang dibawahkan oleh seorang pejabat pimpinan. 12. Prinsip Akordion Pada prinsipnya kegiatan pemerintah baik berupa tugas umum pemerintahan maupun pembangunan dapat diperluas atau dipersempit sesuai dengan beban kerja/kondisi dan situasi, demikian pula susunan organisasinya. C. Pelaksanaan Dalam penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan, setiap aparatur pemerintah atau lembaga-lembaga pemerintah bertugas melaksanakan sebagian tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang masing-masing. Namun demikian tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh pemerintah selalu menyangkut kegiatan-kegiatan atau tugas lebih dari satu aparatur pemerintah. Oleh karena itu dalam pencapaian tujuan atau sasaran tersebut perlu dilakukan pendekatan multifungsional. Artinya bahwa setiap persoalan harus ditinjau dari berbagai fungsi aparatur pemerintah yang terkait, baik antar dan antara instansi ditingkat pusat maupun daerah. Dengan demikian setiap pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan mau tidak mau melibatkan berbagai aparatur pemerintah yang terkait sebagaimana dimaksud di atas. Sehubungan dengan itu baik dalam rangka pelaksanaan tugas- tugas umum pemerintahan maupun dalam rangka menggerakkan dan memperlancar pelaksanaan pembangunan, kegiatan aparatur
  • 37. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI64 pemerintah perlu dipadukan, diserasikan dan diselaraskan untuk mencegah timbulnya tumpang tindih, perbenturan, kesimpangsiuran dan atau kekacauan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemerintahan, koordinasi antar kegiatan aparatur pemerintah harus dilakukan. Atas dasar hal tersebut maka koordinasi dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan pada hakekatnya merupakan upaya memadukan (mengintegrasikan), menyerasikan dan menyelaraskan berbagai kepentingan dan kegiatan yang saling berkaitan, beserta segenap gerak, langkah dan waktunya dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran bersama. Koordinasi perlu dilaksanakan mulai dari proses perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengawasan dan pengendaliannya. 1. Jenis Koordinasi Koordinasi dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan dapat dibedakan atas: a. Koordinasi hierarkis (vertical) yang dilakukan oleh seorang pejabat pimpinan dalam suatu instansi pemerintah terhadap pejabat (pegawai) atau instansi bawahannya. Misalnya Kepala Biro terhadap Kepala Bagian dalam lingkungannya, Direktur Jenderal terhadap Kepala Direktorat dan sebagainya. b. Koordinasi fungsional, yang dilakukan oleh seorang pejabat atau suatu instansi terhadap pejabat atau instansi lainnya yang tugasnya saling berkaitan berdasarkan asas fungsionalisasi. Dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 65 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah, koordinasi ini disebut dengan koordinasi instansional. Koordinasi ini dapat dibedakan atas koordinasi fungsional horizontal, koordinasi fungsional diagonal dan koordinasi fungsional teritorial. 1) Koordinasi fungsional horizontal, dilakukan oleh seorang pejabat atau suatu unit/instansi terhadap pejabat atau unit/instansi lain yang setingkat. Misalnya Sekretaris Jenderal mengkoordinasikan para Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal dan Kepala Badan dalam menyusun rencana di lingkungan departemennya. Dinas Kesehatan mengkoordinasikan kegiatan Dinas Pendidikan dan Pengajaran, Dinas Kebersihan dan lain-lain yang mempunyai kaitan tugas dengan pelaksanaan program kesehatan; 2) Koordinasi fungsional diagonal, dilakukan oleh seorang pejabat atau instansi terhadap pejabat atau instansi lain yang lebih rendah tingkatannya tetapi bukan bawahannya. Misalnya Biro Keuangan pada Sekretariat Jenderal mengkoordinasikan kegiatan- kegiatan Bagian Keuangan dari Sekretariat Direktorat Jenderal dalam lingkungan departemen yang bersangkutan, Badan Kepegawaian Negara mengkoordinasikan Biro-biro Kepegawaian pada Departemen atau Instansi Pemerintah lainnya dalam bidang Kepegawaian;
  • 38. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI66 3) Koordinasi fungsional teritorial, dilakukan oleh seorang pejabat pimpinan atau instansi lainnya yang berada dalam suatu wilayah (teritorial) tertentu dimana dalam semua urusan yang ada dalam wilayah (teritorial) tersebut menjadi wewenang atau tanggung jawab pejabat/pimpinan yang bersangkutan. Misalnya, koordinasi yang dilakukan oleh Administrator Pelabuhan, koordinasi oleh Pembina Lokasi Transmigrasi yang belum diserahkan kepada pemerintah daerah, koordinasi oleh Gubernur selaku kepala wilayah, wakil Pemerintah Pusat terhadap instansi-instansi vertikal yang ada diwilayahnya. 2. Pedoman Koordinasi Beberapa hal yang perlu diperhatikan atau dipedomani dalam koordinasi antara lain: a. Koordinasi sudah harus dimulai pada saat perumusan kebijakan; b. Perlu ditentukan secara jelas siapa atau satuan kerja mana yang secara fungsional berwenang dan bertanggung jawab atas sesuatu masalah; c. Pejabat atau instansi yang secara fungsional berwenang dan bertanggung jawab menangani sesuatu masalah, berkewajiban memprakarsai penyelenggaraan koordinasi; d. Perlu kejelasan wewenang, tanggung jawab dan tugas unit/instansi yang terkait; Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 67 e. Perlu dirumuskan program kerja organisasi secara jelas yang memperlihatkan keserasian kegiatan di antara satuan-satuan kerja; f. Perlu ditetapkan prosedur dan tata cara melaksanakan koordinasi; g. Perlu dikembangkan komunikasi dan konsultasi timbal- balik untuk menciptakan kesatuan bahasa dan kerjasama; h. Koordinasi akan lebih efektif apabila pejabat yang berkewajiban mengkoordinasikan mempunyai kemampuan kepemimpinan dan kredibilitas yang tinggi; i. Dalam pelaksanaan koordinasi perlu dipilih sarana koordinasi yang paling tepat. 3. Sarana atau Mekanisme Koordinasi a. Kebijakan Kebijakan sebagai alat koordinasi memberikan arah tujuan yang harus dicapai oleh segenap organisasi atau instansi sebagai pedoman, pegangan atau bimbingan untuk mencapai kesepakatan sehingga tercapai keterpaduan, keselarasan dan keserasian dalam pencapaian tujuan. b. Rencana Rencana dapat digunakan sebagai alat koordinasi karena di dalam rencana yang baik tertuang secara jelas, sasaran, cara melakukan, waktu pelaksanaan, orang yang melaksanakan dan alokasi.
  • 39. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI68 c. Prosedur dan Tata Kerja Prosedur dan tata kerja pada prinsipnya dapat digunakan sebagai alat untuk kegiatan yang sifatnya berulang-ulang. Prosedur dan tata kerja dapat digunakan sebagai alat koordinasi karena di dalamnya memuat ketentuan siapa melakukan apa, kapan dilaksanakan dan dengan siapa harus berhubungan. Untuk itu prosedur perlu dituangkan dalam manual, petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis) atau pedoman kerja agar mudah diikuti oleh semua pihak-pihak yang berkepentingan. d. Rapat (Briefing) Untuk menyatukan bahasa dan saling pengertian mengenai sesuatu masalah, rapat dapat digunakan sebagai sarana koordinasi. Rapat sebagai sarana koordinasi digunakan untuk memberikan pengarahan, memperjelas atau menegaskan kebijakan sesuatu masalah. e. Surat Keputusan Bersama (SKB)/Surat Edaran Bersama (SEB) Untuk memperlancar penyelesaian sesuatu kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan hanya oleh satu instansi, dapat diterbitkan Surat Keputusan Bersama atau Surat Edaran Bersama. Sarana koordinasi ini sangat efektif dalam mewujudkan kesepakatan dan kesatuan gerak dalam pelaksanaan tugas antara dua atau lebih instansi yang terkait. Namun demikian, SKB/SEB perlu ditindaklanjuti dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 69 disusun oleh masing-masing instansi secara serasi dan saling menunjang. f. Tim, Panitia, Kelompok Kerja, Gugus Tugas atau Satuan Tugas Apabila sesuatu kegiatan yang dilakukan bersifat kompleks, mendesak, multisektor, multidisiplin, multifungsi sehingga asas fungsionalisasi secara teknis operasional sulit dilaksanakan, maka untuk lebih memantapkan koordinasi dapat dibentuk Tim, Panitia, Kelompok Kerja, Gugus Tugas atau Satuan Tugas yang bersifat sementara dengan anggota-anggota dari berbagai instansi terkait. g. Dewan atau Badan Dewan atau Badan sebagai sarana koordinasi, untuk menangani masalah yang sifatnya kompleks, sulit dan terus menerus, serta belum ada sesuatu instansi yang secara fungsional menangani atau tidak mungkin dilaksanakan oleh sesuatu instansi fungsional yang sudah ada. Misalnya, Dewan Ketahanan Pangan, Dewan Maritim Nasional, Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (BAKORNAS PBP). h. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT atau One Roof System) dan Sistem Pelayanan Satu Pintu (One Door Service): 1) SAMSAT dibentuk untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat
  • 40. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI70 yang kegiatannya diselenggarakan dalam satu atap. Misalnya dalam pengurusan surat-surat kendaraan bermotor, pelayanan pembayaran pajak kendaran bermotor dan bea balik nama diberikan oleh Dinas Pendapatan Daerah, asuransi kecelakaan lalu lintas oleh Perum Asuransi Jasa Raharja, sedangkan pengurusan surat-surat kendaraan bermotor seperti BPKB dan plat nomor serta STNK diberikan kepolisian, yang semuanya dilakukan pada satu tempat. 2) Sistem pelayanan satu pintu diselenggarakan untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat oleh satu instansi yang mewakili berbagai instansi lain yang masing-masing mempunyai kewenangan tertentu atas sebagian urusan yang harus diselesaikan. Misalnya dalam proses penanaman modal yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal. Baik pelayanan satu atap maupun satu pintu dimaksudkan juga untuk mempermudah masyarakat dalam mengurus kepentingannya yang melibatkan berbagai instansi. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 71 4. Pelaksanaan Koordinasi dalam Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara a. Sidang Kabinet Sidang Kabinet adalah suatu forum koordinasi tertinggi yang dipimpin langsung oleh Presiden. Sidang Kabinet itu ada dua macam: 1) Sidang Kabinet Paripurna yaitu Sidang Kabinet lengkap yang dihadiri oleh seluruh anggota Kabinet dan pejabat-pejabat lain yang dianggap perlu oleh Presiden. 2) Sidang Kabinet Terbatas yaitu Sidang Kabinet yang dihadiri oleh Menteri-Menteri tertentu sesuai dengan bidang yang akan dibahas. Sidang Kabinet ini dihadiri pula oleh pejabat lainnya yang bukan Menteri yang ditunjuk oleh Presiden. b. Rapat di Lingkungan Menteri Koordinator Oleh karena menteri-menteri yang harus dikoordinasikan oleh Presiden jumlahnya banyak, dengan beraneka ragam permasalahan, maka Presiden mengangkat Menteri Koordinator, seperti dalam Kabinet Indonesia Bersatu sekarang ini ada Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan; Menteri Koordinator Perkonomian; dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Rapat rapat Menteri Koordinator sesuai dengan bidangnya dipimpin oleh Menteri Koordinator yang bersangkutan dengan dihadiri oleh Menteri dan pejabat-pejabat lain bukan Menteri yang tugasnya berkaitan erat dengan bidang permasalahan yang sedang dibahas. Hasil rapat-rapat
  • 41. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI72 Menteri Koordinator yang dipimpin oleh Menteri Koordinator ini dilaporkan kepada Presiden. c. Koordinasi antara Departemen/Instansi pemerintah Tingkat Pusat Dilaksanakan antara Departemen/Instansi Pemerintah Tingkat Pusat yang satu dengan Departemen/Instansi Pemerintah Tingkat Pusat lainnya, yang dalam pelaksanaannya dapat terjadi baik tanpa wadah tertentu, maupun dengan menggunakan suatu wadah seperti Rapat Koordinasi Sektor-sektor, Panitia-panitia antar Departemen dan lain-lain. Pola koordinasi tersebut berlaku pula untuk koordinasi antara suatu satuan organisasi dalam suatu Departemen/Instansi Pemerintah Tingkat Pusat dengan satuan organisasi Departemen/Instansi Pemerintah Tingkat Pusat lainnya. Peningkatan koordinasi tersebut merupakan suatu keharusan dalam pelaksanaan pembangunan nasional. d. Koordinasi Aparatur Pemerintah Pusat di Luar Negeri Untuk melaksanakan kebijakan hubungan Luar Negeri antara lain dibentuk perwakilan Pemerintah Republik Indonesia di Luar Negeri yang pembinaannya dilakukan oleh Departemen Luar Negeri. Sebagai wakil dari Pemerintah Republik Indonesia, perwakilan-perwakilan di luar negeri itu mempunyai hubungan fungsional dengan instansi-instansi Pemerintah Tingkat Pusat. Jika dipandang perlu instansi- instansi tersebut dapat mempunyai Atase di dalam Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 73 Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri di negara- negara tertentu sesuai dengan kebutuhan, seperti Atase Kebudayaan, Atase Pertahanan, setelah berkonsultasi dengan Departemen Luar Negeri. Dalam pelaksanaan tugasnya di Luar Negeri, para Atase tersebut dikoordinasikan oleh Kepala Perwakilan RI setempat. e. Koordinasi Pemerintah Pusat terhadap Pemerintah Daerah 1) Selaku aparatur pusat yang secara fungsional membantu Presiden dalam urusan-urusan daerah pada umumnya, Menteri Dalam Negeri: (a). Secara fungsional horizontal mengkoordinasikan departemen dan instansi tingkat pusat lainnya sepanjang mengenai masalah-masalah umum di daerah. (b). Secara fungsional diagonal mengkoordinasikan provinsi, kabupaten dan kota. 2) Menteri/Departemen dan instansi teknis melakukan koordinasi baik terhadap instansi pusat lainnya (koordinasi fungsional horizontal) maupun terhadap provinsi, kabupaten dan kota (koordinasi fungsional diagonal) sepanjang mengenai bidang tugas pokoknya. f. Koordinasi Tingkat Daerah 1) Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat melakukan koordinasi fungsional teritorial di
  • 42. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI74 samping terhadap instansi vertikal, juga terhadap Bupati dan Walikota; 2) Kepala Daerah, di samping mengkoordinasikan aparatur daerahnya sendiri (koordinasi hierarkis), berwenang pula secara operasional mengkoordinasikan instansi-instansi lain yang berada di daerahnya (koordinasi fungsional teritorial). 5. Koordinasi dan Hubungan Kerja Koordinasi dan hubungan kerja merupakan dua hal yang tidak identik, namun sulit untuk dibedakan secara tegas, apalagi dipisahkan. Untuk mengefektifkan koordinasi mutlak diperlukan adanya hubungan kerja, baik formal maupun informal. Koordinasi selalu bersifat hubungan kerja, namun demikian, hubungan kerja tidak selalu bersifat koordinatif, karena hubungan kerja dapat pula bersifat konsultatif dan informatif saja. D. Pengawasan Pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen, yang merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, kebijakan, instruksi dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Pengawasan sebagai fungsi manajemen sepenuhnya adalah tanggung jawab setiap pimpinan pada tingkat manapun. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 75 Hakekat pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi. 1. Jenis-jenis Pengawasan a. Pengawasan Melekat (Waskat) Waskat menurut Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundangan yang berlaku. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas suatu organisasi, atau baik buruknya citra suatu organisasi dalam pandangan masyarakat adalah merupakan tanggung jawab atasan langsung/ pimpinannya. Demikian pula, masalah-masalah yang telah, sedang dan mungkin akan dihadapi, termasuk bagaimana kualitas orang-orang yang ada dalam organisasi semuanya menjadi tanggung jawab pimpinan untuk menyelesaikan dan membinanya sebaik mungkin. Setiap pimpinan instansi pemerintah ataupun pimpinan satuan/unit kerja termasuk pimpinan proyek, pimpinan kelompok kerja yang ada dalam organisasi tersebut memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang melekat pada dirinya untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan di organisasinya. Untuk itu pimpinan harus selalu berusaha
  • 43. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI76 sedini mungkin dapat memonitor dan mengetahui kemungkinan akan terjadinya penyimpangan, hambatan, kesalahan dan atau kegagalan dari pelaksanaan tugas- tugas satuan kerja yang dipimpinnya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Selanjutnya pimpinan berkewajiban pula untuk secepat mungkin mengadakan langkah-langkah tindak lanjut (follow up) guna dapat meniadakan dan mencegah terjadinya atau berlanjutnya keadaan tersebut. Pimpinan juga perlu berusaha untuk mempertahankan hal-hal yang sudah baik, dan bahkan bila masih mungkin juga meningkatkannya. Semuanya itu hanya dapat diwujudkan dengan baik, kalau pimpinan melakukan pengawasan sendiri dengan sebaik-baiknya atas kegiatan organisasi dan bawahan yang dipimpinnya. Sasaran Waskat: 1) Meningkatkan disiplin, prestasi kerja, pencapaian sasaran pelaksanaan tugas; 2) Menekan hingga sekecil mungkin penyalahgunaan wewenang; 3) Menekan hingga sekecil mungkin kebocoran, pemborosan keuangan negara dan segala bentuk pungutan liar; 4) Mempercepat penyelesaian perizinan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat; 5) Mempercepat penyusunan kepegawaian sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 77 Prinsip-Prinsip Pokok Waskat Agar pelaksanaan Waskat dapat tercapai dengan baik, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pokoknya, yaitu: 1) Berjenjang Pada prinsipnya Waskat dilakukan secara berjenjang. Namun demikian setiap pimpinan pada saat-saat tertentu dapat melakukan Waskat pada setiap jenjang yang ada di bawahnya. 2) Kesadaran dan Kewajiban Waskat harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan secara sadar dan wajar sebagai salah satu fungsi manajemen yang penting dan tak terpisahkan dari perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan. 3) Pencegahan Waskat lebih diarahkan pada usaha pencegahan terhadap penyimpangan, karena itu perlu ada sistem yang jelas yang dapat mencegah terjadinya penyimpangan. Dalam setiap fungsi manajemen perlu dilakukan Waskat untuk menjamin agar tujuan dapat dicapai secara efisien dan efektif. 4) Pembinaan Waskat harus bersifat membina, karena itu penentuan adanya suatu penyimpangan harus didasarkan pada kriteria yang jelas dan penyimpangan tersebut harus dapat dideteksi sedini mungkin.
  • 44. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI78 5) Obyektif Tindak lanjut terhadap temuan-temuan dalam Waskat harus dilakukan secara tepat dan tertib, didasarkan pada penilaian yang obyektif melalui analisis yang cermat sesuai dengan kebijakan dan peraturan perundangan yang berlaku termasuk tindak lanjut berupa penghargaan bagi pegawai yang berprestasi baik. 6) Terus menerus Waskat harus merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai kegiatan rutin sehari-hari dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. 7) Sistematis Waskat harus dilaksanakan secara tertib dan teratur, mengikuti prosedur dan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 8) Diterministik Waskat merupakan pengawasan yang pokok dan menentukan, sedangkan pengawasan-pengawasan lainnya menunjukkan keberhasilan Waskat. Di samping memperhatikan Prinsip-Prinsip Waskat, dalam pelaksanaan Waskat baik pimpinan manapun bawahan harus pula berpedoman pada Sarana Waskat (Sarwaskat), yaitu: struktur organisasi, kebijakan pelaksanaan, rencana kerja, prosedur kerja dan pencatatan hasil kerja dan pelaporan. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 79 Dengan berpedoman pada Sarwaskat ini, pimpinan dapat dengan mudah memastikan: 1) Apakah bawahan telah bekerja sesuai dengan bidang pekerjaan, wewenang dan tanggung jawabnya; 2) Apakah bawahan telah melaksanakan tugas/ pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab dengan hasil yang baik. b. Pengawasan Fungsional (Wasnal) Wasnal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat/pegawai yang tugas pokoknya khusus membantu pimpinan untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Wasnal pada dasarnya bersifat intern. Oleh karena itu, aparat Wasnal dalam suatu instansi secara umum disebut Satuan Pengawasan Intern (SPI). Pada dasarnya peranan SPI atau aparat wasnal hanyalah membantu pimpinan agar dapat melakukan manajemennya, melakukan Waskat atau pengendaliannya dengan baik. Dengan demikian, SPI melaksanakan pengawasan atas nama pimpinan. Beda dengan Waskat, aparat Wasnal tidak berwenang mengambil tindak lanjut sendiri. Untuk hal-hal yang bersifat teknis dan tidak prinsipil, aparat wasnal dapat langsung memberikan petunjuk-petunjuk perbaikan. Tetapi untuk hal-hal yang prinsipil, aparat Wasnal hanya berkewajiban melaporkan temuannya kepada pimpinan disertai saran-saran tindak lanjutnya. Tindak lanjut merupakan wewenang pimpinan, oleh karena itu Wasnal
  • 45. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI80 bukan pengendalian. Walaupun Waskat ditingkatkan, Wasnal tetap masih diperlukan. Di lingkungan instansi pemerintah, aparat wasnal dapat dibedakan, sebagai berikut: 1) Aparat Wasnal Intern Instansi, meliputi: a) Inspektorat Jenderal di Departemen; b) Inspektorat/Inspektorat Utama di LPND; c) Badan Pengawas Daerah Provinsi, Kabupaten/ Kota; d) Satuan Pengawas Intern di berbagai BUMN/ BUMD. 2) Aparat Wasnal Ekstern Instansi/Intern Pemerintah. BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan). c. Pengawasan Teknis Fungsional Setiap instansi berkewajiban untuk melakukan pengawasan agar kebijakan-kebijakan Negara/ Pemerintah, sesuai dengan bidang tugas pokoknya masing-masing, ditaati oleh masyarakat dan/atau aparatur. Pengawasan ini merupakan konsekuensi dari pelaksanaan asas fungsionalisasi dan merupakan fungsi lini/operasional, dari instansi tersebut. Sesuai dengan bidang tugas pokoknya, berkaitan dengan pengawasan dalam rangka asas fungsionalisasi, instansi Pemerintah dapat dibedakan menjadi: 1) Pengawasan yang ditujukan kepada aparatur saja, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh instansi- Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 81 instansi pemerintah yang secara keseluruhan melaksanakan fungsi staf, misalnya: a) Kantor MENPAN, di bidang pendayagunaan aparatur; b) BKN, di bidang kepegawaian; c) LAN, di bidang Diklat Pegawai Negeri dan Litbang Administrasi Negara; d) Ditjend Anggaran, di bidang anggaran; e) Bappenas, di bidang perencanaan pembangunan nasional. 2) Pengawasan yang ditujukan kepada masayarakat dan aparatur, yaitu instansi-instansi pemerintah yang secara keseluruhan berkewajiban melaksanakan fungsi pengayoman, pelayanan dan pemberdayaan kepada masyarakat, yang pada dasarnya juga mencakup Aparatur Pemerintah sendiri. Misalnya yang dilakukan oleh: a) Dinas Tata Kota, mengenai bangunan; b) BPN, mengenai pertanahan; c) Depdiknas, mengenai pendidikan sekolah, baik sekolah negeri/swasta, termasuk kedinasan; d) Kepolisian, mengenai keamanan dan ketertiban. d. Pengawasan Legislatif (Wasleg) atau Pengawasan Politik (Waspol) Berdasarkan Pasal 20A ayat (1) UUD 1945, DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.