4. Uang Anak Vs Uang Orang Tua
Musim liburan sekolah selain menjadi ajang rekreasi, seringkali juga dimanfaatkan orang tua untuk
menyelenggarakan khitanan (sunat). Begitu pentingnya sunat, jadilah ia dirayakan dengan suka cita
layaknya pesta, bahkan lebih dari perayaan ulang tahun. Artinya orangtua harus menyediakan
sejumlah dana yang cukup besar khusus untuk perhelatan ini. Berbeda dengan si anak laki-laki,
sunatan berarti kesempatan untuk mendapatkan uang. Maklumlah, para undangan tentunya tidak
datang dengan tangan kosong. Umumnya amplop kecil berisi uang alias angpau akan diselipkan
diantara sela-sela jari tangan si anak. Membayangkan mainan apa saja yang bisa di beli dengan
uang hadiah itu, dianggap dapat menstimulasi anak untuk mengatasi trauma pra dan pasca sunat.
Sebagai orang dewasa kita pun mengakui, uang bukanlah penentu kebahagiaan tetapi bisa membuat
segala sesuatu terasa lebih manis. Jadi, anak-anak juga menyukai uang dan senang
membelanjakannya sama seperti orang dewasa. Inilah mengapa konsep mengajarkan keuangan
untuk anak bukan dimulai dengan menabung, tetapi menggunakan uang.
Tiga Wilayah Uang
Anak-anak yang tidak belajar mengambil keputusan keuangan sendiri, cenderung selalu meminta
uang orang tua dan akan segera menghamburkan
uang yang mereka dapatkan. Namun menginjinkan
mereka berbuat begitu merupakan konsep yang
cukup berat untuk bisa diterima oleh kebanyakan
orang tua. Bisakah mereka diberikan uang Rp 500
ribu? Tentu saja bisa! Hanya saja anda berharap
uang itu ditabungkan dan tidak dibelanjakan. Anak-
anak akan bertanya-tanya, mengapa orang tua
memberikan uang kepada mereka jika mereka tidak
boleh menggunakannya sesuai keinginan mereka?
Orang tua jelas punya alasan tepat untuk ini,
tabungan sangat berguna untuk mempersiapkan
dana pendidikan, mempersiapkan dana acara
pernikahan, bahkan sampai membantu mereka membeli rumah atau mobil nanti. Lebih dari itu
orang tua berharap anak-anak memahami betapa sulitnya mendapatkan uang dan orang tua harus
bekerja keras untuk itu, sehingga tiap sen yang didapat harus digunakan dengan bijaksana.
Disini baik orang tua maupun anak-anak sama-sama benarnya, dalam persepsi masing-masing.
Perbedaan pandangan ini sebenarnya bisa dijembatani dengan menetapkan 3 (tiga)
Wilayah Uang , yaitu : (A) Uang Anak ; (B) Uang Orang Tua ; (C) Uang Bersama
A. Uang Anak
Area pengelolaan keuangan yang boleh diputuskan oleh anak. Misalnya pengelolaan uang saku
boleh diserahkan kepada anak, sebab besarnya maupun jadwal pemberiannya masih bisa ditoleransi
orang tua. Uang saku biasanya diberikan orang tua kepada anak dalam jumlah terbatas untuk
memenuhi kebutuhan akitifitas sekolah dan pergaulan secara terjadwal harian, mingguan atau
bulanan. Ada juga uang saku tambahan, misalnya dalam rangka mengisi kegiatan liburan atau
untuk dibelikan oleh-oleh ketika pergi berlibur. Karena ini wilayah kuasa anak, maka mereka bebas
menggunakannya atau memutuskan untuk menabung sejumlah tertentu untuk mewujudkan hal-hal
5. yang mereka inginkan. Jika anak mendapat uang bukan dari orang tua (kakek nenek, paman bibi,
saudara, hadiah atas prestasinya) maka uang ini masuk dalam wilayah kuasa anak. Namun jika
jumlahnya besar, sangat dianjurkan orang tua memberikan saran dan pengawasan, termasuk
menyimpan uang dalam tabungan di bank. Di wilayah ini anak-anak dapat belajar merencanakan
keuangan, dengan mengambil tanggung jawab keputusan keuangan untuk kebutuhan jangka
pendeknya dan dalam jumlah terbatas yang masih bisa ditoleransi oleh orang tua.
B. Uang Orang Tua
Area pengelolaan keuangan yang menjadi kekuasaan orang tua. Misalnya biaya hidup anak yang
termasuk dalam pengeluaran rumah tangga seperti makanan, pakaian, kesehatan, rekreasi atau
segala keperluan anak yang juga menjadi pengeluaran bersama. Orang tua boleh menentukan apa
saja pengeluarannya, untuk apa dan berapa jumlahnya karena sifatnya menjadi pengeluaran
keluarga sehingga menjadi peraturan yang berlaku untuk tiap anggota keluarga. Di wilayah ini
anak-anak belajar berkompromi dalam berbagai aspek keuangan yang melibatkan seluruh anggota
keluarga.
C. Uang Bersama
Area pengelolaan keuangan yang menjadi wilayah bersama orang tua dan anak yang bersangkutan.
Biasanya untuk kebutuhan jangka panjang atau menyangkut pengelolaan uang dalam jumlah besar
sehingga timbul konsekuensi finansial yang siknifikan. Misalnya persiapan dana pendidikan anak.
Orang tua kemungkinan terpaksa melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam keuangannya
termasuk menghemat kebutuhan-kebutuhan lain untuk membayar uang sekolah anak dan ini akan
berlangsung dalam waktu lama sejalan dengan proses jenjang pendidikan anak. Orang tua dapat
memberitahukan kepada anak-anak mengenai adanya kebutuhan dana pendidikan di masa depan ini
dan apa akibatnya jika tidak dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. Bukan dengan maksud mengalihkan
tanggung jawab orang tua kepada anak. Namun memberikan pemahaman mengenai adanya
kebutuhan masa depan dalam kurun waktu yang lebih panjang bukan hanya ”besok” sekaligus
memberi contoh jalan keluarnya dengan menabung. Disini anak belajar memahami komitmen dan
tanggung jawab keuangan yang lebih besar.
Penulis : Mike Rini Sutikno, CFP
Source : Orang Tua, Orang Tua
Mitra Rencana Edukasi - Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Mitra Rencana Edukasi – MRE Indonesia, Blog Kemandirian Finansial Blog