Penampilan menarik memang berdampak positif pada penghasilan, Masalahnya adakah dampak penampilan lebih akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi?
4. Penampilan Investasi atau Basa-Basi?
Jaim, alias jaga image adalah sebuah istilah populer yang berkaitan dengan pencitraan, mirip seperti
sebuah kesan baik yang ingin anda tampilkan kepada orang lain. Kesan ini bisa dibentuk
tergantung keperluan untuk menampilan sisi diri yang berbeda-beda sesuai tuntutan situasi dan
kondisi. Analoginya seperti celana pendek dan kaos oblong cocok dipakai di rumah tetapi tidak
dalam suatu meeting dengan investor yang mengharapkan anda tampil formal. Anda memakai ke
dua pakaian tersebut, tetapi pada kesempatan yang berbeda. Artinya siapa diri anda itu penting,
tinggal bagaimana menyampaikannya saja kepada orang lain. How a message accepted is depend
on “the massage”.
Yang menarik adalah bahwa ada korelasi positif antara penampilan dengan penghasilan. Dengan
demikian masalah pencitraan ini dapat berdampak positif pada penghasilan. Memang ada argumen
bahwa karakteristik fisik hanya menjadi syarat perlu alias sekedar saja dan bukan syarat cukup atau
keharusan untuk sukses. Kenyataannya ada perbedaan nyata dalam penghasilan pekerja, sebab
terjadinya diskriminasi berdasar penampilan karena selera majikan, nasabah dan atau konsumen.
Perbedaan pendapatan berdasar penampilan diperkirakan terjadi akibat selera konsumen. Konsumen
diduga lebih menyukai petugas dengan penampilan menarik dan ini berdampak langsung pada
kinerja mereka dan otomatis pada percepatan kenaikan jenjang karir.
Penampilan Sebagai Faktor Produksi
Dalam kaitannya antara citra diri dan penghasilan, maka selain proses diskriminasi dan sorting
diatas, ternyata individu yang bersangkutanpun juga melakukan self-selection. Sesorang yang
berpenampilan menarik cenderung memilih pekerjaan dimana penampilan penting, dan sebaliknya.
Self-selection ini berperanan besar dalam jalur karir. Dimana orang yang menyadari dirinya
berpenampilan menarik cenderung memilih jalur karir di mana keunggulan ini berdampak paling
besar. Umumnya budaya perusahaan swasta yang kompetitif dan berorientasi kepuasan konsumen,
membuat penampilan menarik menjadi suatu insentif. Namun, nampaknya insentif ini tidak ada
pada sektor pemerintahan. Tidak heran, pegawai swasta berpenampilan lebih trendy dari pegawai
pemerintah. Perbedaan penampilan inipun makin besar efeknya seiring dengan meningkatnya umur.
Kalau anda perhatikan iklan sebuah produk rokok dengan tag line ” Yang tua lebih dipercaya, tanya
5. kenapa?” menjelaskan suatu stereotype yang berlaku bahwa penampilan seperti orang tua lebih
dianggap lebih professional daripada gaya anak muda
Pertanyaan yang diajukan adalah apakah penampilan dapat dianggap salah satu faktor produksi?
Misalnya seperti layaknya jumlah karyawan dan modal dianggap sebagai faktor produksi oleh
perusahaan Dalam konteks ini penampilan dapat dinyatakan sebagai modal yang spesifik untuk
suatu perusahaan yang penjabarannya adalah: penampilan menarik menjadi faktor pendorong bagi
terciptanya hubungan baik antara karyawan dan antara karyawan dengan nasabah. Selanjutnya
pertanyaan yang penting adalah apa dampak bagi perusahaan dengan karyawan berpenampilan
menarik. Apakah pendapatan ekstra tersebut habis diserap para karyawan atau ada yang tersisa
untuk perusahaan. Tentunya penampilan yang dapat meningkatkan kinerja, tidak hanya akan
dinikmati oleh karyawan namun juga perusahaan. Jadi ternyata ada gunanya perusahaan merekrut
karyawan berpenampilan menarik. Tentunya jika syarat-syarat lainnya juga terpenuhi.
Hati-Hati! Penghasilan Meningkat Pengeluaran Meningkat
Nah, kalau penampilan menarik memang berdampak positif pada penghasilan, bukankah
seyogianya kita akan berbelanja untuk mengoptimalkan atribut ini. Atau dengan kata lain
melakukan investasi untuk meningkatkan nilai suatu karakteristik yang kita miliki. Misalnya dengan
membeli kosmetik dan pakaian untuk meningkatkan penampilan. Masalahnya adakah dampak
berbelanja lebih akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi?
Bisa jadi begini, orang dengan penampilan menarik menerima penghasilan lebih besar. Selanjutnya
semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi juga pembelanjaannya dalam hal ini untuk
menjaga penampilannya. Elastisitas belanja pakaian dan kosmetik terhadap pendapatan umumnya
cukup signifikan rata-rata sekitar 30% (artinya setiap pendapatan naik Rp.100 belanjanya naik Rp.
30). Akan tetapi tambahan belanja tidak lantas meningkatkan kinerja orang 100%. Seringnya hanya
berdampak minim terhadap tambahan penghasilan, yaitu hanya 5%. Artinya setiap tambahan
pengeluaran Rp.100 untuk meningkatnya penampilan hanya menghasilkan tambahan Rp.5 dalam
bentuk kenaikan penghasilan. Kemana sisanya? Rupanya hanya yang 5% itulah yang dapat
dikategorikan sebagai investasi sedang sisanya terpaksa dianggap konsumsi. Mungkin akan ada
yang mengatakan yang 95% itu tidak sia-sia karena merupakan sarana untuk kepuasan batin !
Barangkali, mitos tentang dampak penampilan pada penghasilan memang beralasan. Meskipun self-
selection bias belum secara konklusif dibuktikan berlakunya, umumnya ada dampak penampilan
terhadap partisipasi kerja. Dampak penampilan bekerja dalam bentuk penalti untuk mereka yang
berpenampilan kurang maupun sebagai premium untuk mereka yang berpenampilan lebih, sebagian
karena adanya diskriminasi. Dan bagi perusahaan terdapat keuntungan ekstra dengan
mempekerjakan karyawan berpenampilan menarik. Hanya saja anda harus hati-hati, sebab belanja
untuk meningkatkan penampilan sangat sedikit dampaknya bagi peningkatan penghasilan. Sebagian
besar belanja ini ternyata konsumsi.
Kesimpulannya penampilan fisik adalah daya tarik yang bukan basa basi, sebab mampu
memberikan kontribusi terhadap kesuksesan finansial seseorang. Namun jumlahnya tidak siknifikan
kecuali kita mampu mengimbanginya dengan perbaikan karakter pribadi. Sehingga orang tidak saja
terkesan pada penampilan anda tetapi juga kompetensi anda. Ini adalah sesuatu yang dapat anda
bentuk atau anda bangun juga seperti halnya penampilan fisik tadi. Bukan berarti anda tidak boleh
menjadi diri sendiri, atau sebaliknya menjadi karakter yang superficial alias palsu atau dibuat-buat.
Inilah yang saya maksud dengan citra, dimana cara anda menampilkan diri menjadi fokus utamanya
6. bukan cuma penampilan luar saja. Lagipula “ it’s the looks that gets your attention, but character
catch your heart”
Penulis : Mike Rini Sutikno, CFP.
Source Link : Penampilan, Penampilan
Mitra Rencana Edukasi - Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Mitra Rencana Edukasi – MRE Indonesia, Blog Kemandirian Finansial Blog