4. Mitos Menabung & Berinvestasi
Menabung dan berinvestasi adalah adalah dasar-dasar dalam merencanakan keuangan keluarga, dan
telah menjadi istilah-istilah yang amat populer. Namun orang masih saja bingung dan sulit
membedakan keduanya. Menabung adalah menyimpan uang untuk digunakan suatu saat nanti.
Hasil kegiatan menabung ini memang sudah didedikasikan untuk tujuan-tujuan keuangan tersebut –
menabung berarti goals oriented. Penempatan dana dalam kegiatan menabung terkonsentrasikan
dalam satu jenis produk investasi tertentu Sampai waktunya tercapai yaitu ketika dana itu akan
digunakan untuk tujuannya, maka dana tersebut tidak perlu di cairkan. Investasi intinya,
menggunakan uang untuk menghasilkan lebih banyak uang. Uang yang digunakan untuk
berinvestasi adalah uang yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan dasar keluarga, benar-benar
uang nganggur. Kegiatan investasi bertujuan mendapatkan keuntungan – investasi berarti profit
oriented . Dengan memahami masing-masing definisi, akan sangat membantu anda mengungkap
mitos-mitos yang menyulitkan anda dalam merencanakan keuangan.
Mitos 1 : Menabung Adalah Tabungan Di Bank
Menabung memang menyimpan uang, tetapi dia tidak sedang membicarakan tabungan di bank
kan?. Anda boleh menggunakan berbagai instrument investasi dalam kegiatan menabung ini.
Menabung adalah aktifitasnya, sementara tabungan adalah salah satu instrument investasi yang bisa
digunakan untuk tujuan menabung.
Mitos 2 : Tujuan Menabung Adalah Mengumpulkan Uang
Dalam siklus hidup finansial sebuah keluarga ada 3 kategori tujuan keuangan yang harus dipenuhi,
yaitu : (a) Jangka pendek, x < 3 tahun, misalnya mempersiapkn dana DP rumah/mobil ; (b) jangka
menengah, 3< x <5 tahun, misalnya mempersiapkan biaya uang pangkal masuk sekolah TK dan SD
; (c) jangka panjang, x >5 tahun misalnya mempersiapkan uang pangkal masuk universitas, dana
pensiun. Ketiganya mengharuskan anda untuk untuk menyimpan uang sekarang kemudian
membelanjakannya/menggunakanya nanti – dengan kata lain menabung. Jadi menabung tujuannya
5. bukan sekedar mengumpulkan uang, melainkan dilakukan dalam rangkan mempersiapkan dana
untuk suatu tujuan keuangan tertentu.
Mitos 3 : Menabung Tidak Berisiko
Berbagai tujuan keuangan keluarga tidak harus dibayar saat ini, ada yang harus dibayar 3 tahun lagi,
15 tahun lagi, bahkan bisa lebih panjang lagi. Masalahnya jangka waktu yang berbeda menuntut
strategi yang berbeda pula dalam menabung. Untuk tujuan keuangan jangka pendek berarti uang
anda sebaiknya disimpan ke dalam suatu produk keuangan yang berisiko rendah, likuid dan tidak
membuat anda kehilangan nilai pokok investasinya. Namun untuk tujuan keuangan jangka
menengah dan jangka panjang, produk investasi yang agresif dan bisa memberikan pertumbuhan
tentunya lebih cocok. Artinya ada risiko produk-produk investasi dalam menabung, namun itu tidak
lantas membuat menabung menjadi berisiko. Ilustrasinya begini, tabungan dan deposito di bank
mengandung risiko karena returnnya kecil bahkan bisa lebih kecil dari inflasi. Itulah sebabnya
tabungan dan deposito hanya cocok untuk tujuan keuangan jangka pendek yang membutuhkan
dananya segera. Namun terlalu berisiko jika digunakan untuk mencapai tujuan keuangan jangka
panjang yang sangat membutuhkan pertumbuhan diatas inflasi. Sementara reksadana, ETF dan
saham walaupun disebut-sebut sebagai produk investasi dengan risiko tinggi, karean nilainya
fluktuatif, kenyataannya dalam jangka panjang bisa memberikan return tinggi. Karena itu
reksadana, ETF, saham menjadi berisiko jika digunakan untuk tujuan keuangan jangka pendek.
Mitos 4 : Berinvestasi Dapat Dilakukan Kapanpun
Mitos yang ke dua adalah meyakini bahwa investasi dapat dilakukan kapan saja oleh siapa saja.
Jawabannya tidak. Investasi sebaiknya dilakukan setelah menjalankan aktifitas menabung dengan
kriteria di atas. Sebelum anda memastikan bahwa kebutuhan dasar keluarga di masa kini maupun di
masa depan sudah berjalan prosesnya, jangan melakukan investasi.
Mitos 5 : Berinvestasi Adalah Membeli Produk Investasi Berisiko Tinggi
Berinvestasi juga jangan diidentikkan dengan instrument pasar modal, property, atau penyertaan
modal langsung ke suatu usaha. Produk investasi berisiko kecil seperti tabungan dan deposito
bankpun seringkali dipakai untuk kepentingan investasi. Contohnya bisa anda lihat pada portfolio
reksadana yang mengalokasikan sejumlah tertentu dari dana kelolaannya untuk di tempatkan ke
dalam tabungan dan deposito dengan tujuan penyebaran risiko atau diversikasi.
Kesimpulannya, berinvestasi tidak identik dengan penempatan dana ke produk investasi berisiko
tinggi saja demi mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya. Cara ini mungkin bisa membuat anda
untung besar tetapi bisa juga rugi besar. Sebab tingkat risiko menjadi tak terukur dan beban risiko
terkonsentrasi pada satu jenis kelas aset saja. Sebaliknya berinvestasi bertujuan untuk mendapatkan
tingkat keuntungan tertentu dengan risiko yang terukur. Caranya dengan melakukan penempatan
dana investasi ke berbagai produk investasi, mulai dari produk investasi berisiko terendah sampai
risiko yang tertinggi. Besar kecilnya alokasi penempatan dana ke masing-masing produk investasi
dapat disesuaikan dengan target investasinya. Misalnya, makin tinggi target investasinya, komposisi
portfolio investasi cenderung makin agresif dengan alokasi terbesar pada produk investasi dengan
6. return tinggi namun berisiko tinggi – dan sebagian kecil sisanya dialokasikan pada produk investasi
ynag likuid dengan return kecil namun berisiko rendah.
Mitos 6 : Risiko Investasi Tidak Bisa Dikendalikan
Untungnya produk investasi diciptakan masing-masing dengan fitur yang berbeda, bervariasi imbal
hasilnya, tingkat keuntungannya maupun risikonya. Makanya terdapat penggolongan produk-
produk investasi sesuai dengan kelasnya – istilahnya kelas asset. Performance produk investasi di
tiap kelas asset tidak selalu searah, artinya penurunan kinerja suatu jenis kelas asset tidak berarti
penurunan kinerja jenis kelas asset lainnya, sebaliknya juga begitu. Yang mengagumkan adalah
timbulnya korelasi (hubungan) antara produk-produk investasi, dimana penurunan kinerja suatu
produk investasi ternyata berakibat naiknya kinerja produk investasi jenis lainnya. Contohnya
penurunan suku bunga bank mengakibatkan kinerja tabungan dan deposito turun, investorpun mulai
memburu instrument pendapatan tetap dengan suku bunga yang lebih tinggi seperti obligasi,
akibatnya harga obligasi naik.
Yang harus diingat adalah anda memiliki berbagai pilihan kelas asset untuk berinvestasi, namun
masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan. Jika kita menempatkan seluruh dana kita pada
satu produk investasi saja, maka jika kinerjanya naik keseluruhan dana kita ikut naik nilainya.
Sebaliknya jika kinerjanya turun maka anda merugi sebab keseluruhan dana kita juga ikut turun
nilainya. Untuk mengatasi penurunan kinerja disatu produk investasi dan mengcovernya dengan
penguatan kinerja di produk investasi lainnya, maka anda dapat menyebar penempatan dana
investasi ke dalam berbagai jenis produk investasi pada kelas asset dengan risiko yang berbeda –
strategi ini biasa di kenal dengan alokasi aset dan diversifikasi. Cara ini walaupun membatasi
perolehan keuntungan pada produk investasi berkinerja baik, tetapi juga membatasi kerugian pada
produk investasi yang berkinerja buruk saja.
Penulis : Mike Rini Sutikno, CFP.
Source Link : Mitos Menabung, Mitos Menabung
Mitra Rencana Edukasi - Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Mitra Rencana Edukasi – MRE Indonesia, Blog Kemandirian Finansial Blog