Agar pengelolaan risiko investasi dapat berjalan optimal,maka perlu memahami profil risiko pribadi, agar investor dapat menyusun Kebijakan Investasi Pribadi
4. Mengelola Risiko Investasi
Berinvestasi saat ini bulan lagi masalah mengenai menghasilkan uang, tetapi bagaimana mengelola
uang dalam situasi baik maupun buruk. Ketidak pastian atas hasil inilah yang membuat investor
harus mampu mengelola risiko investasinya.Yang menarik adalah bahwa risiko mempunyai arah
pembalikan dan selalu bekerja pada dua sisi yang berbeda. Pertama risiko menyebabkan situasi
mencapai titik terendah dari suatu kondisi buruk, maka setelahnya keadaan akan berbalik
berangsur-angsur menjadi baik. Ke dua, tidak semua pihak merugi karena terjadinya suatu risiko,
bahkan ada pihak yang beruntung karenanya. Ini menerangkan kenapa suatu investasi menurun
kinerjanya, sementara yang lain justru naik. Risiko kalau begitu tidak seluruhnya buruk, dan
sesungguhnya diinginkan atau tidak - risiko ada. Dalam banyak hal, risiko seperti air bagi
tumbuhan. Terlalu sedikit tumbuhan tak bisa hidup, terlalu banyak bisa menenggelamkan. Ada
beberapa jenis risiko yang mesti kita pahami :( a) Risiko sistematik : (b) Risiko tidak sistematik ; (c)
Risiko pribadi investor. Masing-masing ketiganya memberikan kontribusi yang sama pentingnya
terhadap kinerja portofolio investasi.
Risiko Sistematik (Systematic Risk)
Risiko sistematis merupakan risiko yang disebabkan oleh berbagai faktor makro yang
mempengaruhi semua perusahaan dan industri secara umum, seperti : (a) Kondisi negara ; (b) Nilai
Tukar Mata Uang ; (c) Tingkat suku bunga : (d) Situasi Politik ; ( e) Permintaan / penawaran pasar.
Risiko sistematis lebih susah untuk dihindari karena berkaitan dengan kondisi market secara
keseluruhan. Contoh jika kondisi ekonomi negara memburuk, harga-harga kebutuhan pokok
melonjak, terjadilah inflasi tinggi yang memaksa pemerintah menaikkan suku bunga dan nilai tukar
rupiahpun anjlok. Perdagangan di pasar modal dan bursa berjangkapun akan mengalami tekanan
jual, akibatnya IHSG turun. Dalam kondisi seperti ini hampir seluruh instrument investasi seperti
saham, obligasi, reksa dana, unitlink, bahkan property akan mengalami penurunan. Tak urung anda
yang berinvestasi langsung ke sektor riil atau memiliki bisnis pribadi, juga merasakan dampaknya.
Namun tidak semua pihak merugi, sebab dalam kondisi suku bunga tinggi nasabah tabungan dan
depositolah yang panen duit. Begitu juga jika anda perhatikan harga emas, atau mereka yang
menyimpan dolar. Komoditas yang mereka simpan harganya malah naik saat kondisi ekonomi
5. bergejolak. Dari sini bisa kita lihat bahwa risiko sistematik tidak hanya mempengaruhi satu produk
investasi saja melainkan hampir keseluruhan kinerja produk-produk investasi. Artinya, jenis
investasi apapun yang kita pegang akan selalu berhadapan dengan risiko sistematik yang berada di
luar kendali kita. Inilah sebabnya risiko sistematik tidak bisa dihindari hanya dengan melakukan
diversifikasi dalam portfolio.
Baca tips menarik untuk menghindari Investasi Bodong !!
Untuk meminimalisasi risiko sistematik anda bisa menjalankan strategi lindung nilai. Contoh paling
sederhana adalah dengan memegang investasi alternatif berupa aset keras seperti emas,tanah bahkan
uang dolar. Seperti contoh diatas dalam gejolak ekonomi, penurunan nilai saham dan obligasi
dicover dengan kenaikan emas dan dolar. Saat kondisi berangsur-angsur membaik emas dan dolar
kembali ke harga normal mereka. Ini mirip dengan resep lindung nilai atau hedge ala orang tua
jaman dulu. Namun cukup manjur. Jadi bagilah porsi alokasi ke dalam instrument finansial dan juga
ke dalam investasi alternatif tadi secara proporsional.
Risiko Tidak Sistematik (Unsystematic Risk)
Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor mikro yang terdapat
pada perusahaan atau industri tertentu dan tidak terkait dengan risiko pasar secara keseluruhan.
Seperti perubahan struktur permodalan, perubahan struktur aktiva, kondisi lingkungan kerja,
penurunan tingkat penjualan, kemampuan manajemen dan lain-lain. Sehingga dapat mempengaruhi
harga saham perusahaan yang bersangkutan atau menyebabkan gagal bayar (Credit/default risk)
yaitu ketidakmampuan perusahaan membayar kewajiban pembayaran bunga atau pokok hutangnya
(obligasi). Pengaruhnya hanya terbatas pada perusahaan atau industri tersebut. Sebagai investor,
unsystematic risk dapat kita hindari dengan melakukan diversifikasi dengan strategi alokasi aset.
Yaitu membagi penempatan alokasi dana ke dalam beberapa instrument investasi dari kelas aset
yang berbeda. Jika anda ingin lebih optimal, anda bisa mengadaptasi gaya manager investasi dalam
mengelola reksadana. Mereka membeli instrument investasi dari kelas aset yang sama (saham atau
obligasi) namun dari emiten yang berbeda. Misalnya menyebar penempatan saham dari 5-10 emiten
yang berbeda berdasarkan kategori industrinya. Secara sederhana saya menyebutnya re-alokasi aset,
sebab dilakukan setelah alokasi aset. Dengan diversifikasi, alokasi aset dan realokasi aset, kita bisa
meminimalisasikan risiko yang muncul dari suatu aset tertentu.
Risiko Pribadi Investor
Dalam kaitannya dengan investasi tiap orang memiliki perilaku dan respon berbeda terhadap risiko.
Baik anda berinvestasi ke saham, obligasi, properti, atau reksadana. Pertimbangkanlah tingkat
toleransi anda terhadap kemungkinan kehilangan uang akibat investasi pada masing-masing
kategori investasi tersebut dan bagaimana perasaaan anda mengenai hal itu. Inilah profil risiko
pribadi investor. Intinya menerangkan siapakah anda anda dalam berinvestasi. Apakah anda
termasuk tipe konservatif, moderat atau agresif.
Yang harus diketahui juga adalah bahwa profil risiko investasi seseorang tidak statis, melainkan
cenderung berubah sesuai dengan siklus hidup dimana dia berada, kondisi keuangan atau hal lain
yang sifatnya personal. Ada beberapa variabel yang membentuk profil risiko seseorang, antara lain :
(a) Usia. Orang muda biasanya agresif, sementara mendekati pensiun cenderung konservatif ; (b)
Pengalaman & pengetahuan dalam berinvestasi. Makin banyak pengalaman berinvestasi makin luas
6. wawasan pengetahuannya, investor cenderung makin agresif ; (c) Jangka waktu atau time horison.
Biasanya ini berhubungan dengan tujuan investasinya dan kapan tujuan itu ingin dicapai. Makin
pendek jangka waktu investasi, investor cenderung konservatif (e) Kemampuan menabung/jumlah
dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Makin besar penghasilan bersih dan nilai kekayaan
bersihnya, investor makin punya banyak pilihan dalam berinvestasi dan bisa lebih agresif.
Dengan memahami profil risiko pribadi, investor dapat menyusun Kebijakan Investasi Pribadi
(Invesment Policy Statement). Sehingga dapat memiliki perspektif yang lebih baik terhadap
unsystematic risk serta systematic risk. Selanjutnya diharapkan pengelolaan risiko investasi dapat
berjalan optimal.
Penulis : Mike Rini Sutikno, CFP.
Source Link : Risiko Investasi, Risiko Investasi
Mitra Rencana Edukasi - Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Mitra Rencana Edukasi – MRE Indonesia, Blog Kemandirian Finansial Blog