Dokumen tersebut membahas tentang perbedaan antara gaya hidup hemat dan pelit, dampak gaya hidup konsumtif bagi individu dan ekonomi negara, serta tips mengelola keuangan rumah tangga secara bijak.
4. Diet Gaya Hidup!
Gaya hidup
penduduk yang
sangat konsumtif
tidak hanya
merugikan individu
itu sendiri tetapi
dapat berpengaruh
negatif kepada
kondisi ekonomi
Negara. Mengapa
hal tersebut dapat
terjadi?
1. Sejak kecil kita selalu dinasihati oleh orang tua kita agar hidup hemat, gunakan uang sesuai
dengan kebutuhan. Nah banyak yang menterjemahkan hidup hemat tersebut dengan “sebisa
mungkin jangan mengeluarkan uang” sehingga akhirnya bukan hemat tetapi menjadi pelit. Atau
bisa jadi ada orang yang secara ekonomi berada tetapi mobilnya “hanya” 2 buah, lantas orang-orang
sekitar mengatakan orang kaya tersebut pelit karena tidak mau menambah kendaraannya.
Kelihatannya hampir tidak bisa dibedakan antara hemat dan pelit ya?
Perbedaan Antara "Hemat dan Pelit"
Ada perbedaan yang mendasar antara “Hemat” dan “Pelit”. Jika kita buka di Collins English
Dictionary definisi Cheapskate (Pelit) as “a miserly person” or “a stingy hoarder of money and
possessions (often living miserably) yang diterjemahkan sebagai “Orang yang sengsara, penimbun
uang dan harta benda (seringkali hidup menderita)
Sedangkan ” Frugal (Hemat) as “practicing economy, living without waste, thrifty” yang
diterjemahkan “hidup ekonomis, tanpa pengeluaran yang tidak perlu, cermat”.
Bisa disimpulkan bahwa Orang Hemat mengatur hartanya dan Orang Pelit diatur oleh hartanya.
Untuk lebih jelasnya berikut illustrasi mengenai perbedaan Hemat dan Pelit :
- Harga dan Kualitas : orang Hemat tidak ragu membayar sedikit lebih mahal untuk mendapatkan
barang yang berkualitas bagus dan mempertimbangkan apakah kualitas tersebut sesuai dengan
kebutuhannya. Sedangkan orang Pelit yang dipedulikan adalah harga yang paling murah.
- Kehidupan sosial : Orang hemat tetap aktif di kegiatan sosial seperti hang out dengan teman
5. tetapi mungkin membatasi frekuensi dan tempatnya, ikut menyumbang dana di kegiatan lingkungan
rumahnya, dll. Sedangkan orang Pelit tidak pernah mau ikut kegiatan jika harus mengeluarkan
uang.
2. Pertumbuhan ekonomi Negara memang ditunjang oleh kegiatan konsumsi penduduknya, tetapi
di sisi lain gaya hidup penduduk yang sangat konsumtif tidak hanya merugikan individu itu sendiri
tetapi ujung-ujungnya berpengaruh negatif kepada kondisi ekonomi Negara pula. Kok bisa begitu?
Masyarakat konsumtif terbiasa membeli (konsumsi) bukan menjual (Produksi), lebih suka barang
import daripada buatan dalam negeri. Dampaknya adalah cadangan devisa berkurang karena harus
membayar produk import, produksi dalam negeri tidak bergairah karena kurang diminati dan tidak
dapat bersaing.
Kembali ke pertanyaan, agar hasrat konsumsi dapat ditekan sesuai dengan kemampuan, biasakan
untuk membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan. Manusia butuh makan
bukan makan di restoran, butuh pakaian bukan pakaian keluaran desainer. Untuk membantu
perekonomian Negara, mulailah lebih banyak menggunakan produksi dalam negeri. Secara kualitas
tidak kalah kok dari barang import, tetapi dari segi harga bisa lebih hemat.
3. Masyarakat kelas menengah di Indonesia saat ini berkembang pesat. Mereka umumnya berada
dalam usia produktif. Kalangan ini lah yang saat ini mendorong perekonomian Indonesia dengan
pola hidupnya yang konsumtif. Dengan latar belakang pendidikan yang baik dan pendapatan yang
cukup tinggi, maka kalangan ini pula yang sangat cepat menyerap trend-trend yang ada di dunia.
Mulai dari gadget, fashion, mobil, dan gaya hidup lainnya. Kalangan ini pun berani untuk
mengajukan pinjaman untuk membeli rumah dan apartemen agar sesuai dengan gaya hidupnya.
Bingung antara berhemat atau harus meningkatkan penghasilan ? Baca artikel
lengkapnya di sini
Tidak ada salahnya membelanjakan uang kita untuk bersenang-senang, tetapi tetap harus diingat
kita tidak akan seumur hidup bekerja, ada masanya kita harus pensiun dan tidak lagi mempunyai
pendapatan sebesar saat ini. Apalagi jika masa tua yang semestinya dilewati dengan tenang
ternyata masih dibebani oleh kewajiban untuk membayar hutang. Always save money for a rainy
day.
4. Sepertinya saat ini terjadi pergeseran makna terhadap kata “Sosialita”. Definisi dari kaum
sosialita adalah mereka yang terlahir kaya dan menggunakan kekayaannya itu untuk kegiatan yang
bersifat sosial, seperti penggalangan dana dengan konser mudik, dinner party di hotel berbintang,
dll. Tetapi sekarang ini kita mengartikannya sebagai kaum yang aktif secara sosial dan diliput oleh
media, mempunyai gaya hidup “tinggi” dan selalu terlihat menggunakan barang branded dan
mewah. Sedangkan “Social Climber” adalah orang yang mengikuti gaya hidup sosialita dan rela
melakukan apa saja untuk masuk ke dalam lingkup pergaulan masyarakat golongan atas tersebut.
Memang miris melihat hal ini sementara masih banyak penduduk Indonesia hidup di bawah garis
kemiskinan. Mungkin akan lebih bermakna jika para sosialita tersebut menggunakan kekuatannya
untuk menginspirasi dan berkonstribusi untuk masyarakat sebagai penggerak dalam kegiatan-
kegiatan sosial / kemanusiaan sesuai dengan makna semula dari kata “sosialita”.
5. Masalah keuangan tidak hanya dialami oleh kalangan tidak mampu, tetapi banyak juga orang
yang mempunyai penghasilan tinggi tetapi tetap terjebak dalam hutang. Kita sering terdorong untuk
6. membeli sesuatu dengan alasan tuntutan lingkungan. “teman-teman kantor sudah punya iPhone
terbaru, masa saya masih pakai buatan China? Di arisan ada jualan tas branded boleh dicicil lagi,
sayang kalau tidak beli. Teman kuliah setiap minggu kumpul-kumpul di café, masa saya Cuma
beli air putih?” dan masih banyak alasan-alasan lain yang mendorong seseorang menjadi konsumtif.
Lalu bagaimana mengatasinya? Ada 3 tips yang bisa digunakan :
- Fokus pada fungsi bukan trend.
- Belanja sesuai kebutuhan bukan keinginan
- Tentukan target dan batasan finansial
6. (saya membahasnya dalam konteks ekonomi ya, karena sepertinya ini lebih cocok dibahas
dalam konteks agama).
Ada beberapa dampak negatif dari sifat Boros, antara lain :
- Orang yang boros tidak mempunyai perencanaan keuangan, baik untuk dirinya maupun
keluarganya.
- Orang yang boros cenderung untuk mempunyai gaya hidup mewah yang tidak sesuai dengan
kemampuannya, sehingga sangat mudah terjerat hutang yang sulit untuk dilunasi.
- Orang yang boros tidak mempunyai tabungan pada saat darurat atau pada masa tua, sehingga
akan membebani keluarganya.
7. Wanita di dalam rumah tangga masa kini tidak hanya sekadar menjadi sosok pengasuh,
pendidik anak-anak serta mengurus suami dan rumah, tetapi juga juga harus berperan dalam
mengelola keuangan keluarga.
Mengelola keuangan dalam hal ini adalah mengatur agar nafkah yang diberikan oleh suami dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan tidak berlebihan.
Memang harga-harga yang makin melambung saat ini makin menyulitkan para ibu rumah tangga
dalam mengatur pengeluaran dari nafkah yang diberikan. Oleh karena itu penting bagi kaum wanita
untuk memiliki pengetahuan agar dapat mengatur keuangan. Berikut tips untuk mengelola anggaran
rumah tangga :
- Buat Anggaran : bagi menjadi beberapa alokasi belanja, misalnya untuk kebutuhan
dapur/makan, biaya sekolah anak, iuran listrik/pam/keamanan/telepon, gaji ART, dll
- Menabung : sisihkan uang belanja yang tersisa, dan masukkan ke dalam tabungan darurat yang
sewaktu-waktu dapat diambil
- Berinvestasi : seorang wanita harus bisa mandiri dan tidak menggantungkan seluruhnya pada
suami, jika nafkah yang diberikan tidak mencukupi, usahakan untuk menambah penghasilan.
Gunakan sebagian penghasilan istri untuk berinvestasi sehingga dana bisa bertumbuh untuk
kebutuhan masa depan.
- Jangan boros : seorang istri yang cerdas dan cermat akan menggunakan uang secara optimal dan
tidak berlebihan, dan mampu mengelola aset yang sudah dimiliki dan terus mengasah kemampuan
untuk membuat aset tersebut berkembang dan menjadi optimal sesuai tujuan finansial keluarga.
Penulis : Sari Insaniwati, CFP.
Source : Gaya Hidup, Gaya Hidup
Mitra Rencana Edukasi - Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Mitra Rencana Edukasi – MRE Indonesia, Blog Kemandirian Finansial Blog