Teks tersebut membahas tentang hubungan antara beramal dan perencanaan keuangan. Ia menjelaskan bahwa beramal pada bulan Ramadhan meningkat karena orang berusaha menambah pahala. Beramal membutuhkan uang sehingga terkait erat dengan perencanaan keuangan. Ia menganjurkan mengalokasikan 30% pendapatan untuk menabung dan berinvestasi, dimana sebagian bisa digunakan untuk beramal secara terencana. Beramal
4. Beramal Sedekah & Perencanaan Keuangan
Di bulan ramadhan umumnya terjadi peningkatan kegiatan ibadah sunah disamping berpuasa yang
hukumnya wajib. Ini di luar shalat tarawih yang memang hanya dilaksanakan pada bulan puasa,
namun sholat sunnah lainnya, kemudian khataman Al-Quran, itikaf juga beramal yang bisa
dilakukan pada bulan apapun ternyata pada bulan puasa mengalami peningkatan. Umat Islam
mempercayai bahwa nilai ibadah yang dilakukan pada bulan puasa akan dibalas berlipat kali
dibandingkan bulan-bulan lainnya. Tidak heran pengeluaran orang meningkat di bulan puasa, salah
satunya karena pengeluaran untuk amal ini. Mungkin orang merasa jika pada bulan-bulan
sebelumnya tidak rutin beramal, maka mereka merapelnya di bulan puasa. Bisa jadi, mereka yang
sudah rutin beramal merasa perlu meningkatkan kuantitasnya untuk meningkatkan kualitas
imannya.
Nah ada banyak cara untuk beramal, namun yang paling umum adalah dengan menggunakan uang.
Karena itu beramal dan perencanaan keuangan pada dasarnya memiliki keterkaitan yang sangat
erat. Melalui beramal inilah kita dapat melihat dimensi lain dari perencanaan keuangan yang tidak
hanya bersifat manusiawi tetapi juga Illahiah.
Tabungan Dunia Akhirat
Dalam menetapkan prioritas penggunaan uang, saya menganjurkan orang untuk mengalokasikan
menabung dan berinvestasi sebesar 30% dari penghasilan rutinnya, bukan hanya 10% saja. Prioritas
selanjutnya kemudian ditetapkan untuk alokasi pembayaran cicilan hutang dan premi asuransi yang
jatuh tempo. Terakhir barulah sisanya dialokasikan untuk membayar biaya hidup. Mengingat
kebanyakan orang masih saja sulit menabung, prosentase sebesar itu ternyata dianggap
memberatkan “Bisa-bisa tidak makan!”. Prioritas demikian juga sesekali mengundang protes, sebab
tidak disebut-sebut pos amal, zakat, infaq dan sedekah.
5. Itulah mengapa 30% dari penghasilan kita adalah jumlah kuota yang di prioritaskan untuk
menabung dan berinvestasi. Jika anda harus mengambil jatah 2,5% - 10% dari penghasilan untuk
tabungan akhirat, maka masih tersisa kuota sejumlah 20% - 27,5% untuk tabungan dunia. Kini anda
bisa beramal setiap bulan dalam jumlah yang sudah dianggarkan dan di prioritaskan
pembayarannya sehingga tidak perlu menunggu sisa. Dengan demikian tabungan akhirat dan dunia
anda dapat dijalankan secara disiplin baik dari rutinitasnnya maupun jumlahnya.
Beramal Yang Tidak Egois
Berbelanja amat menyenangkan, manakala kita menukar uang kita dengan hal-hal yang kita sukai.
Mungkin itu bisa berupa tas baru, jam tangan, ganti mobil atau jalan-jalan ke Eropa. Menabung dan
berinvestasi juga sama menyenangkannya sebab dari waktu ke waktu kita dapat melihat akumulasi
uang yang kita kumpulkan. Bahkan membeli asuransi membuat kita lebih tenang karena jika terjadi
risiko keuangan ada bantuan keuangan sejumlah uang pertanggungannya. Makanya uang disebut
berfungsi sebagai alat tukar, karena anda menukar uang untuk mendapatkan hal-hal yang anda
butuhkan atau yang anda inginkan.
Bagaimana beramal dengan uang - apakah dalam beramal konsep uang sebagai nilai tukar juga
diterapkan? Kalau ya, apa yang kita tukarkan dalam beramal? Ditinjau dari sisi keagamaan, orang
yang beramal umumnya berharap mendapatkan pahala. Beramal bisa jadi sebuah transaksi tetapi
bukan jual beli untuk mendapatkan barang atau jasa tertentu. Karena itu fungsi uang sebagai alat
tukar bisa diterapkan dalam beramal sebab kita bisa menukar uang kita untuk mendapatkan pahala.
Disinilah fungsi beramal sering diibaratkan sebagai persiapan tabungan akhirat. Bagi orang yang
percaya ada kehidupan setelah mati – maka dimana posisinya setelah meninggal adalah sesuatu hal
harus direncanakan selagi hidup. Orang beramal untuk mengakumulasi pahala, semakin banyak
tabungan pahalanya semakin besar kesempatannya masuk surga.
Pemahaman seperti ini rasanya terlalu egois dan dingin untuk sebuah konsep beramal. Tetapi
tidakkah manusia itu mahluk yang rasional, karena itu dia cenderung memilih mana yang paling
menarik baginya atau yang paling menguntungkannya, termasuk dalam beramal sekalipun. Bisakah
kita memberikan seluruh harta kita untuk beramal? Kebanyakan orang tidak mungkin melakukanya
dan rasanya itu cukup bijaksana. Orang cenderung beramal sejumlah tertentu yang tidak
memberatkan. Itulah batas keikhlasan – batas ketidak egoisan seseorang dalam jumlah beramal.
Jika anda masih ingat bagaimana perasaan anda tiap kali setelah beramal. Anda senang dan merasa
lebih baik dengan diri anda karena telah melakukan perbuatan baik. Coba anda hitung berapa
banyak dari pembelanjaan anda yang salah sasaran. Anda menukar uang dengan barang-barang
yang anda inginkan gara-gara terbujuk rayuan diskon, ikut-ikutan teman, ingin pamer atau sekedar
pelampiasan akan sesuatu hal. Setelah berbelanja bukannya puas malah menyesal. Dalam beramal
yang terjadi justru sebaliknya anda menukar uang namun tidak mendapatkan barang tetapi anda
tidak menyesal bahkan merasa senang dan puas. Jadi kurang tepat juga jika dikatakan tidak
mendapat apa-apa, sebab setelah beramal anda mendapatkan kepuasan pribadi. Makanya jika uang
bisa membeli kebahagiaan, beramal mungkin salah satu caranya. Kalau begitu bisakah kita benar-
benar ikhlas dalam beramal dan adakah amalan yang tidak egois? Menurut saya mencoba untuk
benar-benar ikhlas adalah suatu tantangan yang luar biasa. Saya yakin ada yang bisa mencapainya
walaupun jumlahnya tidak banyak.
6. Beramal sungguh suatu simulasi yang tepat bagi siapapun yang sedang bergelut diantara
keputusan-keputusan moril maupun materil tentang keuangan. Dia kembali meletakkan uang pada
duduk perkara yang sebenarnya, yaitu sarana mencapai tujuan – bukan tujuan itu sendiri. Beramal
selain menjauhkan diri dari sifat serakah yang amat buruk karena sifat itu tidak bisa dipuaskan, juga
melepaskan ketergantungan akan uang sehingga kita tidak terobsesi dengannya. Pada akhirnya
beramalpun membutuhkan perencanaan keuangan karena itu beramal turut membantu terbentuknya
kebiasaan penggunaan uang yang baik, yaitu yang berdasarkan prioritas.
Penulis. Mike Rini Sutikno, CFP
Source : Beramal, Beramal
Mitra Rencana Edukasi - Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Mitra Rencana Edukasi – MRE Indonesia, Blog Kemandirian Finansial Blog