SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 11
Descargar para leer sin conexión
Skenario Film Independen
                                                                                                by moudy y.



Judul           :“ Tersenyumlah, bunda” “
Durasi          : 30 “


COLOR BAR.

CAPTION TEXT : “BANDUNG TAHUN 2016”

FADE IN
01. TEASER OPENNING. /
      Ilustrasi musik lagu Theme Song mulai terdengar, kegelapan berganti dengan terlihatnya suasana
      kamar yang berantakan, pakaian gaul gadis remaja bertebaran di lantai, foto-foto pribadi berserakan
      bersama alat tulis di meja, berganti-gantian nama-nama dalam TEXT SUPER IMPOSE, diselingi
      mengiringi adegan. Sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun yang ke-17 (22 Pebruari 2016)
      tergeletak, sebuah potongan koran tentang peristiwa reformasi (1998), sebuah stiker GENERASI
      REFORMASI, I LOVE INDONESIA menempel di kaca rias kecil, sebuah foto gedung bersejarah
      dikota bandung, sebuah kalender bulan Juni tahun 2016. sebuah SUPERS TEXT :”
      TERSENYUMLAH, BUNDA”,melebur bersama gambar patung bunda maria disudut meja.

FADE OUT
02. INT. DALAM KAMAR NATALIA . MALAM/
       Alunan lagu masih terdengar. Sebuah tas besar terbuka menganga di atas tempat tidur. Sesosok
       gadis remaja muncul melipat pakaian, menyusunnya kedalam tas. Narasi terdengar secara OFF
       SCREEN, mengiringi kegiatannya merapikan pakaiannya. Beberapa lama perhatiannya tertuju pada
       sebuah foto, diraih dan kemudian ditatapnya lekat-lekat.
                                                    Natalia:
                                                 (Voice Over)
       Namaku Natalia…aku lahir di Jakarta 22 Pebruari 1999, sekarang umurku sudah 17 tahun. Sudah
       naik kelas tiga SMU. Dan sekarang aku sedang bergembira, karena hari ini, hari pertama libur
       panjang kenaikkan kelas. Dan papa, akan datang menjemputku untuk bersama-sama pulang dan
       berlibur di Jakarta. Sejak aku memasuki SMU, papa menyekolahkan aku di kota Bandung, padahal
       sesungguhnya aku lebih suka dekat dengan papa di Jakarta. Namun menurut papa, kalau ingin serius
       belajar maka kita harus mencari tempat yang tenang, jauh dari kebisingan kota. Betul juga sih,
       malah dibandingkan semua teman-temanku, aku jauh lebih dewasa dan mandiri, mungkin karena
       aku tidak mempunyai seorang ibu. Kata papa, mama sudah meninggalkan dunia nyata dan hidup
       dalam dunianya sendiri. Tapi tak mengapa, kasih sayang papa sudah cukup, dan aku tidak pernah
       kekurangan sesuatu apapun.
       Walaupun aku kadang juga iri kalau melihat Ria dan Yolanda bercerita tentang mamanya, mereka
       bisa berbagi cerita khususnya tentang hal kewanitaan. Sedangkan papa, selalu kebingungan
       menjawab, kalau aku bertanya tentang hal itu. Masih teringat, waktu papa panik setengah mati, saat
       aku kesakitan mendapat haid yang pertama. ….(tertawa sendiri)

         Ria dan Yolanda muncul dari balik pintu.

                                                  Ria :
                  “Yak ampun, yang mau pulang ….kayak telenovela aja..mandangin foto mulu..”

         Ria meraih fotoku, dan duduk disisi tempat tidur. Sementara Natalia bergerak mengambil salah satu
         pakaian dari kursi. Yolanda membantunya merapikan barang-barang.

                                                       Ria :
“Eh, lia..! semakin dilihat-lihat, tampang lu..beda benar sama bokap dan nyokap lu…jangan-jangan
                                        lu anak pungut ya…?

                                            Yolanda :
                                      “Ha..ha…ha….ha…”

                                            Natalia:
                        “Enak aja…!! Sini fotonya, mau gue bawa pulang”

Ria mengelak tangan Natalia yang ingin meraih foto, dan memberikannya kepada Yolanda.

                                             Yolanda :
           “Iya..bokap-nyokap lu cina, sipit-sipit, eh mata lu, kok belo’ kayak gitu…” .

                                          Natalia:
   “ah cerewet …deh kalian semua ! Tau nggak, .kata bokap gue, saudara mama ada yang belo
                                        juga..tau..!”

                                               Ria :
         “tapi ada miripnya juga sih, apalagi kalau elo lagi ngambeg, bibirnya sama deh”.

                                            Yolanda :
                                  “ Iya mirip sama Nyokap lu”
          “Lagian nyokap lu difoto kok gayanya resmi banget, enggak ada senyumnya “

                                         Natalia:
                                          (lirih.)
                 “Gue juga selalu membayangkan kayak apa senyumnya mama “

Ria dan Yolanda langsung diam,saling sikut karena mereka keceplosan berbicara soal mama Natalia
yang sudah lama meninggal.
Yolanda menghampiri dan menyerahkan fotonya.

                                       Yolanda :
                         “….ehm……..berarti sekalian ke kuburan dong”

                                           Natalia:
                                 “He eh” jawab Natalia singkat.

Suasana hening sesaat, Ria yang terkenal bawel langsung berreaksi.

                                            Ria :
      “eh, jam berapa, kok bokap lu belum datang ?..wah jangan-jangan mampir dulu nih..”

                                            Yolanda :
                                            ha..ha…ha

                                             Ria :
     eh iya loh..bokap lu walau umurnya sudah 40-an, masih ganteng juga loh..penuh wibawa,
                         kebapakan..uh pokoknya sesuai sama type gue…

                                            Yolanda :
                                            ha..ha..ha..

                                              Ria :
          “eh, benar loh…Natalia, kalau kita bukan sahabat, papa lu bisa gue gaet loh…”
Papa Yohannes :
                                            (OS)
                                        “ah, masa..!”

Sebuah suara berat mengagetkan mereka, rupanya Papa Natalia sudah berdiri disamping Ria,
membuat Ria malu sekali dan Yolanda tertawa kencang, sementara Natalia berlari memeluk
papanya. Suasana dipenuhi tawa. Papa memberikan bungkusan martabak sebagai oleh-oleh. Mereka
menyalami, dan ngobrol sejenak. Papa Natalia memang ayah yang akrab dengan semua orang.
                                             Ria :
                  Eh, maaf ya om Yohan…Ria suka ngomong sembarangan…

                                      Papa Yohannes :
     Ah, tidak apa-apa Ria…om senang kalian membicarakan Om berarti umur Om panjang…
                     Eh, bagaiman dengan nilai kalian…naik kelas nggak..?

                                             Ria :
                                       Naik dong Om…

                                            Yolanda :
                              Hi..hi..kayak nggak tau ria aja Om…
                 Diantara kita bertiga cuma Ria yang daya tangkapnya kurang…

                                             Ria :
                                          Sialan lu…

                                          Yolanda :
                   Eh, Om yohan..liburan kali ini, rencananya mau kemana ?”

Papa menarik napas panjang, berat untuk mengutarakan rencananya.

                                   Papa Yohannes :
                  “ehm…..rencananya…Kita akan menjenguk mama Natalia”.

                                        Yolanda :
                                “malam-malam ke kuburan ? “.

                                        Papa Yohannes :
                                    “tidak, ke rumahsakit.”.

 Natalia menengok ke papa, mengira papa sedang bercanda. Namun ekspresi serius itu, mengubah
                                     raut muka Natalia.

                                        Papa Yohannes :
 “Ada, rahasia yang selama ini papa simpan, dan papa baru akan beritahukannya kalau kamu sudah
                    cukup dewasa……………papa rasa sekaranglah saatnya.”

                                          Natalia:
                                     (mengeryitkan dahi).
                                       “Rahasia apa ?”

                                     Papa Yohannes :
           “mengenai mamamu, inilah saat yang tepat, kita akan bertemu dengannya”.

                                         Natalia:
                             “Mama ? bukankah kata papa……..”.
Papa Yohannes :
                       “Papa tidak pernah mengatakan kalau mama sudah meninggal. “.

                                               Natalia:
                          “Loh…tapi, kuburan …yang tiap tahun kita kunjungi…..”.

                                                Papa Yohannes :
           “Itu kuburan tantemu, tante Melissa..adik kandung mama, mamamu masih hidup, sayang”.

       Natalia shock mendengar perkataan papa. Ria dan Yolanda juga, mereka pelan-pelan meninggalkan
       kamar. Natalia mundur selangkah demi selangkah, Papa mencoba menenangkan hatinya, namun
       Natalia menyuruhnya keluar.

                                              Papa Yohannes :
                                        “Natalia…dengarkan papa…”

                                                  Natalia:
                                        pergi…pergi….papa bohong…

                                              Papa Yohannes :
                             Papa tidak berbohong….papa akan jelaskan semua…

                                                 Natalia:
         Natalia tidak mau mendengarkan penjelasan dari papa…sekarangjuga papa pergi…tinggalkan
                                         Natalia sendiri…hu..hu..

                                              Papa Yohannes :
                                                 Natali….

                                                 Natalia:
                                             PERGIIIIII……….

       Papa dengan berat melangkah keluar, pintu kamar langsung ditutup keras-keras. Natalia menangis
       dibalik pintu. Sementara papa terpaku menyesal. Tubuh Natalia bergetar, bagaimana bisa seorang
       papa yang selalu dikasihinya tega berbohong padanya. Hancur semua kenangan manis bersama
       papa, ia kini sangat membencinya. Apalagi semua temannya mendengar hal itu.

                                                     Natalia:
        “Kenapa papa berbohong …selama ini Natalia merindukan kehangatan seorang ib kasihsayang
                                                                                     u,
                               ibu, kenapa papa tega melakukannya…kenapa pa…
         selama ini, papa selalu merawat dan membimbingku, selalu mengajariku berdoa,mengajari aku
         untuk selalu mengasihi sesama, memberitahu mana yang baik dan yang buruk,……papaselalu
             bercerita tentang perjuangan kaum muda Indonesia yang membanggakan waktu berhasil
       menurunkan Soeharto, atau mengatakan bahwa aku adalah saksi dari lahirnya sebuah era reformasi,
                                       yang ditunggu-tunggu masyarakat….
        Semua memuakkan, ……..kenapa papa tidak bercerita tentang hal yang penting bagiku, tentang
                                     mama. Ada apa dengan mama ?……….

       Natalia kesegukkan menangis sejadi-jadinya.

CUT TO.
03. INT. DEPAN KAMAR NATALIA . MALAM/
       Waktu menunjukkan pukul 24.05 WIB, Ria dan Yolanda mengambilkan kopi untuk papa Natalia
       yang masih duduk sendiri didepan pintu kamar Natalia. Papa masih takut mengetuk pintu Natalia.
Papa Yohannes :
                                     Ehm..Terimakasih…Ria ..Yolanda…

                                                  Yolanda :
                                             Masih belum keluar..?

      Papa menggeleng pelan. Melihat ke jam. Tersadar kalau sudah hampir 4 jam dia menunggu, papa
      berniat pamit untuk pulang ke Jakarta. Ria dan Yolanda menyesali kejadian ini.

                                           Papa Yohannes :
                       “Om tidak menyangka Natalia akan sebegitu marah pada Om..”.

      Ria dan Yolanda menundukkan kepala. Segera setelah meminum setengah kopinya, papa berpesan
      agar mereka mau menjaga anak satu-satunya.

                                             Papa Yohannes :
                      “Ria dan Yolanda..Om Yohan harus pamit ….kembali ke Jakarta.”
            Om minta tolong kepada kalian berdua, tolong jaga Natalia…Om sangat mencintainya…
                 Katakan padanya..Om akan datang bila dia sudah mau menemui Om lagi..

                                                    Ria :
                                              Ria menyesal Om…

                                               Papa Yohannes :
                    Sudahlah ..tidak ada yang perlu kita sesali….Jaga diri kalian baik-baik..

      Papa beranjak menuju mobil. Berjalan lemas karena sangat sedih telah melukai anaknya yang
      tercinta.
                                               Natalia:
                                                (OS)
                                             “Aku..ikut”.

      Sebuah suara menghentikan langkah papa menuju mobilnya. Natalia dengan tas ditangannya,
      berjalan menghampiri. Matanya sembab memerah, ia segera merangkul kedua sahabatnya
      mengucapkan salam perpisahan dan berjalan gontai menuju pintu samping mobil. Tak lama mobil
      pun berlalu, diiringi lambaian tangan dan pandangan haru Ria dan Yolanda.

CUT TO.
04. INT. DIMOBIL DALAM PERJALANAN PULANG./
              Sinar lampu-lampu jalan berganti-ganti menerpa wajah Natalia yang lusuh. Mereka masih
       tidak berbicara. Papa melihat kearahnya berkali-kali, namun Natalia tidak ingin memandang
       wajahnya.

                                               Papa Yohannes :
                    “Sungguh, papa tidak menyangka kalau kamu akan membenci papa”.

                   Natalia mengernyitkan dahinya sambil menghembus napas dengan keras.

                                                    Papa Yohannes :
       “Papa sudah berjanji baik dengan diri sendiri ataupun dengan tantemu, sebelum ia menghembuskan
                                               napas terakhirnya.”.
          “Bahwa, rahasia ini baru akan diutarakan setelah kamu menginjak usia dewasa dan mengerti
                                         mengapa hal ini bisa terjadi”

                                       Natalia tetap diam tidak berreaksi.
“Lagipula, ini pun berat papa lakukan, sungguh papa kuatir kamu akan malu dengan mamamu”.
                                    “Natalia kamu dengar kata-kata papa?””

      Natalia diam. Papa tidak melanjutkan kata-katanya. Pikirnya, percuma, Natalia tidak ingin
      mendengarkan penjelasan apaupun darinya. Jauh dalam hati, Natalia justru bertanya,.

                                              Natalia:
                                               (VOS)
         …kenapa malu? apa mama melakukan pekerjaan yang hina? Atau menjadi istri simpanan? Atau
                                 menderita sakit ? sakit apa? Atau…

      Semakin lama berpikir, Natalia semakin lelah, ia pun tertidur. Dan bermimpi, dalam mimpinya ia
      melihat mamanya sedang bercanda-canda dengan pria lain, disebelah samping, mamanya sedang
      menjadi pemulung, disampingnya lagi mamanya sedang sakit dengan perban dimana-mana,
      disebelahnya lagi, mama sedang duduk tersenyum padanya, tangannya menggapai kearahnya,
      sungguh cantik, Natalia pergi menghampirinya, namun seseorang menabraknya. …
      Bersamaan dengan itu, ban mobil papa melindas sebuah batu, Natalia terbangun.

CUT TO.
05. EXT. RUMAH SAKIT JIWA.PAGI/
      Mobil mereka perlahan memasuki sebuah pelataran rumah sakit.

                                             Papa Yohannes :
                                                   (OS)
                                          “Sudah sampai, Natalia”.

      Natalia memperhatikan sekitarnya. Sebuah papan bertuliskan Rumah Sakit Jiwa, menambah gentar
      perasaannya. Papa keluar dari mobil, mengajaknya berjalan menuju sebuah ruangan seperti ruang
      dokter.

CUT TO.
06. EXT. LORONG DEPAN RUANG DOKTER. PAGI/
      Natalia memperhatikan mereka diluar ruangan, ia tidak mau masuk, mereka tampak sedang
      berbicara serius. Natalia mendengar kata dokter,

                                             Dokter Santoso :
              “Sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat un menjenguknya, pak Yohannes”
                                                           tuk

      Papa terlihat memakluminya, dan sambil menunduk mereka menghampiri Natalia.

                                             Papa Yohannes :
                                        “Apakah……? Kumat lagi?”

                                                Dokter Santoso :
         “Iya, tadi malam ada laporan, tapi sudah agak tenang, tapi kondisinya belum pulih…kami telah
                                             memberi obat penenang”

      Papa menghembuskan napas tertekan, ia memandang Natalia.

                                             Papa Yohannes :
             “Ehm..bagaimana kalau kita datang esok hari..mungkin mamasudah bisa dijenguk ?”

                                                 Natalia:
                                   “Tidak…! Saya ingin bertemu mama…”

                                              Dokter Santoso :
“em…tapi kondisinya sungguh sangat tidak bisa diduga….”

                                           Natalia:
“Dengar dokter, saya anaknya, dan saya sudah menantikan pertemuanini selama 17 tahun……saya
                        tidak sanggup menunggu walau hanya sedeti …”
                                                                k

                                      Papa Yohannes :
                      “Lia…!! Maafkan anak saya dokter, ia sangat tegang..”

                                     Dokter Santoso :
                             “saya mengerti, pak Yohanes…”
         “mudah-mudahan penantian ini tidak sia-sia…Baik, mari kita menjenguknya…”

Mereka berjalan kearah taman, melewati lorong-lorong panjang. Natalia menggandeng tangan papa,
menuju taman didalam Rumah Sakit itu, Natalia berjalan paling depan. Sepintas terdengar kata-kata
dokter,

                                        Dokter Santoso :
                                             (OS)
   “Pak Yohannes, entah kenapa, sejak tadi malam Sandra tidak mau didekati oleh para perawat,
      terpaksa kami mohon maaf karena membiarkannya dengan kondisi yang demikian…”.

Di taman yang terawat indah tersebut, tampak beberapa pasien didampingi para perawat rumah
sakit. Mereka terus berjalan, melewati seorang yang sedang tertawa-tawa sendiri, melewati seorang
yang sedang menangis, kemudian seorang yang sedang duduk diam tanpa busana, kemudian
seorang yang sedang marah-marah sendiri.
Takut melihat pasien yang terakhir, tangan Natalia tanpa sadar berusaha meraih tangan papa
disampingnya. Tapi tangan itu tidak ada, Natalia melihat kebelakang, papa dan dokter yang
bersamanya telah berhenti berjalan, berdiri didepan seorang pasien wanita yang tanpa busana
penutup dada. Membelalak mata Natalia, sangat kaget.

                                        Papa Yohannes :
                             “Sandra, tolong, pakailah pakaianmu..”.

Papa dengan lembut menegur mama. Tapi wanita itu diam dengan pandangan hampa. Papa berlutut
mendekat.
                                     Papa Yohannes :
                “Sandra, inilah anakmu…Natalia, Natalia sapalah mamamu..”.

Natalia mencoba tabah, walau airmata tanpa terasa membasahi pipi indahnya.

                                             Natalia:
                                           “Mama…?”.

Sedih bercampur haru, Natalia memakaikan jaket yang diberikan papa, ke tubuh mamanya.

                                            Natalia:
                                      “mama, ini Natalia…”.

Wanita itu tetap diam seperti tidak memperhatikan orang lain.

                                             Natalia:
                                  “Natalia sayang sama mama”.

Papa tidak kuasa menahan haru, begitu pula dokter Santoso yang bersamanya, ia pun mohon pamit
keruangannya. Papa memegang pundak Natalia.
Papa Yohannes :
            “mamamu, sejak peristiwa itu, sudah tidak lagi hidup didunia kita, sayang”.

                                             Natalia:
              “kata-kata itu yang selalu papa katakan padaku..tapi…Kenapa…pa?”.

                                        Papa Yohannes :
               “Pernahkah papa bilang, kalau kamu terlahir pada masa reformasi?”.

                                            Natalia:
                                       “Iya…berkali-kali”.

Papa mengambil napas dalam, melihat kesudut lain.

                                           Papa Yohannes :
     “Natalia, setiap ada gejolak politik yang besar, selalu ada pihak yang menjadi korbannya.
              Dan kita, adalah korbannya, mamamu, papa, kamu, dan tante Melissa.”.

Natalia menatap tajam kearah papa.
                                            Natalia:
                                      “Apa maksud, papa?”.

                                         Papa Yohannes :
 “Papamu ini terlahir sebagai pria yang mandul, Natalia. Papa tidak menyadari, setidaknya setelah
dua tahun perkawinan dengan mama     mu, namun kami saling mencintai, dan papa terus berdoa, agar
                                    suatu saat terjadi mukjizat”.

                                            Natalia:
                                       “Lalu…Natalia…?”

                                          Papa Yohannes :
   “Ya… peristiwa tanggal 13 Mei 1998 itu, merubah segalanya. Saat itu keadaan sangat kacau,
   kerusuhan terjadi diseluruh kota. Papa terjebak selama 2 hari didalam ruangan kantor. Dengan
baterai Handphone yang sudah sekarat, papa menenangkan hati mama dan tante Melissa yang begitu
         panik saat segerombolan massa mendobrak pintu apartement kita. Selanjutnya…..
                       doa papa terkabul papa punya anak, kamu…Natalia !”
                                               Natalia:
                    “Jangan katakan …issu tentang pemerkosaan itu………..?.”

                                      Papa Yohannes :
                                     (mengangguk pelan)
                               “Heem..itu sungguh terjadi…..”..
“Mamamu dan tante Melissa, mamamu menjadi kehilangan akalnya, sedangkan tante Melissa bunuh
                     diri, setahun sesudah peristiwa pemerkosaan itu.”.

Natalia berteriak dalam kepedihan, ia merasa sebagai penyebab kehancuran ini, ia ingin menjauh
dan merasa hina. Papa segera memeluknya.

                                       Papa Yohannes :
Maafkan kalau Papa harus menceritakan ini padamu, tapi kamu sudah dewasa sekarang, kamu sudah
   boleh mendengarkan semua jawaban yang sejak dulu kamutanyakan kepada Papa.. tentang
               perbedaan warna kulit kita, tentang Mama, tentang masa lalu kita..
              “Papa, tau perasaanmu…tapi ketahuilah papa sangat mencintaimu….
Natalia, dengarkan papa… sebahagian dari dirimu, berasal dari mamamu, dan apa yang menjadi
         milik mamamu adalah milik papa juga, karena papa dan mama bukan lagi dua, melainkan satu
                                                   daging “.
           “Coba lihat mamamu…kemudian lihat juga dirimu…sebagian gen dari mama, ada padamu,
        kecerdasanmu, kecantikanmu…….dan seluruh budi pekerti yang melekat dalam tingkah lakumu,
                             adalah teladan yang telah papa berikan selamaini…”.
       “Apakah hal itu belum cukup bagimu untuk mengakui bahwa kita memangsatu keluarga…Keluarga
         Yohannes.”. Kamu tidak boleh merasa sebagai orang asing. Tuhan menyatukankita dalam satu
                                               ikatan keluarga.

                                                  Natalia:
                                      “Papa tidak dendam padaku…?”.

                                             Papa Yohannes :
                                           “Papa mencintaimu..”.

       Natalia memandang ke papa, masih pedih tapi dicobanya untuk tersenyum, senyum untuk orang
       yang sangat dicintainya. Papa membalas senyumnya, dengan penuh rasa lega melihat Natalia sudah
       dapat menerima kenyataan pahit itu. Natalia merapikan jaket penutup badan mama, ditatapnya
       mama lekat-lekat.

                                                 Natalia:
                       “Mama ini aku anakmu, dan mulai saat ini aku akan merawatmu“

                                                  Pedro :
                                                   (OS)
                                          “aku juga mau dong…”

       Salah seorang pasien dengan aksen anak kecil, memotong percakapan mereka, perawat menegur,
       semua tertawa. Mereka menghabiskan waktu bersama, diantara banyak penderita lain, Natalia
       merasa bahagia.

CUT TO.
07. INT. KAPEL GEREJA. BEBERAPA HARI SESUDAHNYA/
       ADEGAN DIBUAT DENGAN TEKNIK MONTAGE YANG HALUS, TRANSISI ANTAR
       GAMBAR DIBUAT SECARA DISSOLVE.
       Alunan Puji-pujian mengalun merdu, menggema diantara kerlap-kerlip lilin, yang berjajar rapi
       mengelilingi sebuah pahatan goa nan agung. Patung Bunda Maria berdiri megah, terlindung dalam
       naungan goa. Natalia masih berlutut, masih berdoa dengan senyum dan airmata yang membasahi
       pipinya. Namun raut wajahnya memancarkan ketenangan jiwa, kepasrahan kepada Ilahi dalam
       mengatasi kemelut hidupnya.

                                                  Natalia:
                     “…oh Bunda Maria, sampaikan doaku kepada Tuhan di Surga…”
       “…sampaikan terimakasihku karena kasihnya, dan karunianya yang berlimpahkepadaku. Sungguh
           ku bersyukur karena kini aku merasakan kasihsayang berlimpah dari papa dan mama..
          “….walaupun aku terlahir dari peristiwa yang hina, kau memuliakan aku dengan kasihmu

       INSERT : CUPLIKAN DOKUMENTASI 13 MEI 1998

                                                Natalia:
                                      “…kasihMu tidak pendendam…..

       INSERT ; CUPLIKAN ADEGAN PAPA MEMELUK NATALIA

                                                  Natalia:
“….kasihMu tidak terbataskan…aku bersyukur karenamasih memiliki mama….dan aku bertekad
        meneladani kasihMu…..aku akan selalu mengasihi sesama….aku akan selalu berdoa, memohon
                kekuatanmu…untuk memberikan cintaku pada mama, menyembuhkannya…

      INSERT : CU. DOKTER

                                               Dokter Santoso :
         “Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan pasien depresi. Proses penyembuhan
      pasien depresi yang kami lakukan antara lain dengan dua cara metoda obat-obatan ditambah dengan
                                             metode sosialisasi”

                                                Natalia:
                       …..dan melihat senyumnya…..senyumyang selalu kutunggu ….
                                 ….oh Bunda, tersenyumlah untuk ku….”.

      Air mata menetes dari pipinya, Natalia menghadap ke Bunda Maria, puji-pujian masih terdengar
      merdu di kapel gereja.

FADE OUT.
08. LORONG RUMAH SAKIT,PAGI/

      CAPTION : 25 DESEMBER 2016, PKL. 10.30 WIB/.

      CU. ZO. FS.
      Sebuah langkah ceria berlari di lorong-lorong, Natalia menyapa dan memberi selamat Natal setiap
      orang yang dijumpainya. Mereka balik membalasnya, Natalia menghampiri seorang pasien.

                                                  Natalia:
                                          “selamat, Natal Pedro..”
                            “nih, kado Natal untukmu, masih ngompol nggak…?”
                           “Awas ya, kalau masih ngompol, Kak, Lia, cubit..deh…”

      Pasien yang dipanggil Pedro menunduk malu, dan melambaikan tangan saat Natalia berlalu. Natalia
      menuju kamar mama.

CUT TO.
09. KAMAR PASIEN , PAGI/.

      Pintu kamar terbuka, Natalia melongok melihat kedalam.

                                                  Natalia:
                                         “selamat hari Natal, ma..”.

      Mama masih diam, tapi Natalia terus berbicara, mengambil bantal dan membantunya berdiri.

                                                   Natalia:
         “Sekarang sudah hari Natal, nggak terasa ya, sudah tujuh bulan sejak Natalia bertemu mama,
                                          bagaimana keadaan mama ?
      Natalia datang dijemput papa seperti kemarin, Natalia ingin menghabiskan liburan Natal ini bersama
                                                  mama….
        Eh, ma..tapi ada kejutan lagi…Natalia datang bersama papa, dan Ira dan Yolanda. Mereka mau
                                          merayakan Natal disini…”
                                             “Senang khan…..?”

      Mama masih diam, namun tangannya menggengam erat tangan Natalia, Natalia tersenyum, ia
      mengusap rambut mama.
Natalia:
                        “Natalia pengin deh mama bisa tersenyum…”
                                   “Eh itu mereka datang”.

Rombongan papa, Ira dan Yolanda masuk dan menyapa mama dan Natalia. Keceriaan tampak
diwajah mereka, Ria langsung bersuara.

                                            Ria :
           “Eh..rese lu ya…begitu keluar mobil langsung kabur aja, nih bawaannya…

Natalia tertawa memeluk Ria, papa mencium pipi mama, Yolanda menyikut Ria, Natalia membuka
kado dari papa. Mereka tertawa karena kadonya, begitu kecil sehingga Natalia kesal membuka
bungkusnya. Tapi ternyata, kadonya berupa Handphone. Natalia senang. Kecerian bertambah
dengan hadirnya pak Dokter Santoso, ke kamar.

                                       Dokter Santoso :
                 Halo..halo..baru datang dari Bandung..? Wah..ramai sekali…

                                     Papa Yohannes :
                                  Bagaimana pak Dokter..?

                                     Dokter Santoso :
  Saya sungguh kagum dengan keluarga ini, kond Sandra semakin lama, semakin membaik, ini
                                               isi
                       semua berkat sosialisasi yang kuat dari Natalia.

                                       Natalia:
          Ah..dokter bisa saja…………nih ada kado buat Pak Dokter….selamat Natal.”

                                     Dokter Santoso :
                           Oh, terimakasih…selamat Natal juga.”

Kemudian Natalia mengambil kado yang dipersiapkannya untuk mama, diberikannya kepada mama.
Natalia meraih tangan mama, menuntunnya untuk membuka kado. Yang ternyata berisi sebuah
daster cantik.
        Tanpa diduga, pelan-pelan mama mengangkat kepalanya, mengarahkan perlahan
pandangannya menuju Natalia. Semua kaget dengan kemajuan mama. Natalia terhenyak, mama
dapat melihat secara fokus kearahnya. Tiba-tiba sebuah senyum manis tersungging diwajahnya,
senyum yang paling manis yang pernah dilihat Natalia. Mereka memeluk mama, kesembuhan sudah
dekat berkat sosialisasi yang dilakukan Natalia selama ini, kuasa Tuhan menaungi mereka.
  Layar ditutup dengan alunan lagu Theme song oleh Koor salvatora. Dan di-DISSOLVE dgn
patung Bunda Maria.

CAPTION : “SELESAI”

CAPTIONS : UCAPAN TERIMA KASIH :

ROLLING UP CREDIT TITLE

Más contenido relacionado

La actualidad más candente (7)

Orang pertama
Orang pertamaOrang pertama
Orang pertama
 
Apresiasi cerpen
Apresiasi cerpenApresiasi cerpen
Apresiasi cerpen
 
Jaka tarub
Jaka tarubJaka tarub
Jaka tarub
 
When speak heart
When speak heartWhen speak heart
When speak heart
 
Cerita versi ku
Cerita versi kuCerita versi ku
Cerita versi ku
 
Pada suatu hari karya arifin c noer
Pada suatu hari karya arifin c noerPada suatu hari karya arifin c noer
Pada suatu hari karya arifin c noer
 
Teror via email part 2
Teror via email part 2Teror via email part 2
Teror via email part 2
 

Destacado

Naskah film pendek 'MASIH DIUSAHAKAN'
Naskah film pendek 'MASIH DIUSAHAKAN'Naskah film pendek 'MASIH DIUSAHAKAN'
Naskah film pendek 'MASIH DIUSAHAKAN'Dwitantri Rezkiandini
 
Naskah Film Terbangun Sendiri
Naskah Film Terbangun SendiriNaskah Film Terbangun Sendiri
Naskah Film Terbangun SendiriSiti Nafira
 
Storyboard Film Pendek
Storyboard Film PendekStoryboard Film Pendek
Storyboard Film Pendeklailylaillae
 
Skenario pembuatan video
Skenario pembuatan videoSkenario pembuatan video
Skenario pembuatan videositilestaridewi
 
Story board "Kisah Kita Meraih Impian"
Story board "Kisah Kita Meraih Impian"Story board "Kisah Kita Meraih Impian"
Story board "Kisah Kita Meraih Impian"Siti Syahrotun
 
Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...
Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...
Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...Deni Kurnia
 
Skenario film manfaat pestisida nabati
Skenario film manfaat pestisida nabatiSkenario film manfaat pestisida nabati
Skenario film manfaat pestisida nabatiMuliadin Forester
 

Destacado (7)

Naskah film pendek 'MASIH DIUSAHAKAN'
Naskah film pendek 'MASIH DIUSAHAKAN'Naskah film pendek 'MASIH DIUSAHAKAN'
Naskah film pendek 'MASIH DIUSAHAKAN'
 
Naskah Film Terbangun Sendiri
Naskah Film Terbangun SendiriNaskah Film Terbangun Sendiri
Naskah Film Terbangun Sendiri
 
Storyboard Film Pendek
Storyboard Film PendekStoryboard Film Pendek
Storyboard Film Pendek
 
Skenario pembuatan video
Skenario pembuatan videoSkenario pembuatan video
Skenario pembuatan video
 
Story board "Kisah Kita Meraih Impian"
Story board "Kisah Kita Meraih Impian"Story board "Kisah Kita Meraih Impian"
Story board "Kisah Kita Meraih Impian"
 
Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...
Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...
Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...
 
Skenario film manfaat pestisida nabati
Skenario film manfaat pestisida nabatiSkenario film manfaat pestisida nabati
Skenario film manfaat pestisida nabati
 

Más de Moudy Yunora

Otentikasi beta ufo
Otentikasi  beta ufoOtentikasi  beta ufo
Otentikasi beta ufoMoudy Yunora
 
Storyboard transformer
Storyboard transformerStoryboard transformer
Storyboard transformerMoudy Yunora
 
Copywriting of The Fame Palembang
Copywriting of The Fame PalembangCopywriting of The Fame Palembang
Copywriting of The Fame PalembangMoudy Yunora
 
Scenario for Maruni Glass's Video Profile
Scenario for Maruni Glass's Video ProfileScenario for Maruni Glass's Video Profile
Scenario for Maruni Glass's Video ProfileMoudy Yunora
 
Copywriting for Maruni Glass's Video Profile
Copywriting for Maruni Glass's Video ProfileCopywriting for Maruni Glass's Video Profile
Copywriting for Maruni Glass's Video ProfileMoudy Yunora
 
Bussiness Opportunity
Bussiness OpportunityBussiness Opportunity
Bussiness OpportunityMoudy Yunora
 
Petualangan Sial Dan Untung
Petualangan Sial Dan UntungPetualangan Sial Dan Untung
Petualangan Sial Dan UntungMoudy Yunora
 
Storyboard Dharmawangsa
Storyboard DharmawangsaStoryboard Dharmawangsa
Storyboard DharmawangsaMoudy Yunora
 
Seaworld Indonesia Tv Commercial
Seaworld Indonesia Tv CommercialSeaworld Indonesia Tv Commercial
Seaworld Indonesia Tv CommercialMoudy Yunora
 
Taman Rasuna 18 tower
Taman Rasuna 18 towerTaman Rasuna 18 tower
Taman Rasuna 18 towerMoudy Yunora
 

Más de Moudy Yunora (13)

Otentikasi beta ufo
Otentikasi  beta ufoOtentikasi  beta ufo
Otentikasi beta ufo
 
Daftar mitra kami
Daftar mitra kamiDaftar mitra kami
Daftar mitra kami
 
Storyboard transformer
Storyboard transformerStoryboard transformer
Storyboard transformer
 
Copywriting of The Fame Palembang
Copywriting of The Fame PalembangCopywriting of The Fame Palembang
Copywriting of The Fame Palembang
 
Scenario for Maruni Glass's Video Profile
Scenario for Maruni Glass's Video ProfileScenario for Maruni Glass's Video Profile
Scenario for Maruni Glass's Video Profile
 
Copywriting for Maruni Glass's Video Profile
Copywriting for Maruni Glass's Video ProfileCopywriting for Maruni Glass's Video Profile
Copywriting for Maruni Glass's Video Profile
 
Bussiness Opportunity
Bussiness OpportunityBussiness Opportunity
Bussiness Opportunity
 
Petualangan Sial Dan Untung
Petualangan Sial Dan UntungPetualangan Sial Dan Untung
Petualangan Sial Dan Untung
 
Supermal Karawaci
Supermal KarawaciSupermal Karawaci
Supermal Karawaci
 
Storyboard Dharmawangsa
Storyboard DharmawangsaStoryboard Dharmawangsa
Storyboard Dharmawangsa
 
Lenny Marlina
Lenny MarlinaLenny Marlina
Lenny Marlina
 
Seaworld Indonesia Tv Commercial
Seaworld Indonesia Tv CommercialSeaworld Indonesia Tv Commercial
Seaworld Indonesia Tv Commercial
 
Taman Rasuna 18 tower
Taman Rasuna 18 towerTaman Rasuna 18 tower
Taman Rasuna 18 tower
 

Skenario Film Independen1

  • 1. Skenario Film Independen by moudy y. Judul :“ Tersenyumlah, bunda” “ Durasi : 30 “ COLOR BAR. CAPTION TEXT : “BANDUNG TAHUN 2016” FADE IN 01. TEASER OPENNING. / Ilustrasi musik lagu Theme Song mulai terdengar, kegelapan berganti dengan terlihatnya suasana kamar yang berantakan, pakaian gaul gadis remaja bertebaran di lantai, foto-foto pribadi berserakan bersama alat tulis di meja, berganti-gantian nama-nama dalam TEXT SUPER IMPOSE, diselingi mengiringi adegan. Sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun yang ke-17 (22 Pebruari 2016) tergeletak, sebuah potongan koran tentang peristiwa reformasi (1998), sebuah stiker GENERASI REFORMASI, I LOVE INDONESIA menempel di kaca rias kecil, sebuah foto gedung bersejarah dikota bandung, sebuah kalender bulan Juni tahun 2016. sebuah SUPERS TEXT :” TERSENYUMLAH, BUNDA”,melebur bersama gambar patung bunda maria disudut meja. FADE OUT 02. INT. DALAM KAMAR NATALIA . MALAM/ Alunan lagu masih terdengar. Sebuah tas besar terbuka menganga di atas tempat tidur. Sesosok gadis remaja muncul melipat pakaian, menyusunnya kedalam tas. Narasi terdengar secara OFF SCREEN, mengiringi kegiatannya merapikan pakaiannya. Beberapa lama perhatiannya tertuju pada sebuah foto, diraih dan kemudian ditatapnya lekat-lekat. Natalia: (Voice Over) Namaku Natalia…aku lahir di Jakarta 22 Pebruari 1999, sekarang umurku sudah 17 tahun. Sudah naik kelas tiga SMU. Dan sekarang aku sedang bergembira, karena hari ini, hari pertama libur panjang kenaikkan kelas. Dan papa, akan datang menjemputku untuk bersama-sama pulang dan berlibur di Jakarta. Sejak aku memasuki SMU, papa menyekolahkan aku di kota Bandung, padahal sesungguhnya aku lebih suka dekat dengan papa di Jakarta. Namun menurut papa, kalau ingin serius belajar maka kita harus mencari tempat yang tenang, jauh dari kebisingan kota. Betul juga sih, malah dibandingkan semua teman-temanku, aku jauh lebih dewasa dan mandiri, mungkin karena aku tidak mempunyai seorang ibu. Kata papa, mama sudah meninggalkan dunia nyata dan hidup dalam dunianya sendiri. Tapi tak mengapa, kasih sayang papa sudah cukup, dan aku tidak pernah kekurangan sesuatu apapun. Walaupun aku kadang juga iri kalau melihat Ria dan Yolanda bercerita tentang mamanya, mereka bisa berbagi cerita khususnya tentang hal kewanitaan. Sedangkan papa, selalu kebingungan menjawab, kalau aku bertanya tentang hal itu. Masih teringat, waktu papa panik setengah mati, saat aku kesakitan mendapat haid yang pertama. ….(tertawa sendiri) Ria dan Yolanda muncul dari balik pintu. Ria : “Yak ampun, yang mau pulang ….kayak telenovela aja..mandangin foto mulu..” Ria meraih fotoku, dan duduk disisi tempat tidur. Sementara Natalia bergerak mengambil salah satu pakaian dari kursi. Yolanda membantunya merapikan barang-barang. Ria :
  • 2. “Eh, lia..! semakin dilihat-lihat, tampang lu..beda benar sama bokap dan nyokap lu…jangan-jangan lu anak pungut ya…? Yolanda : “Ha..ha…ha….ha…” Natalia: “Enak aja…!! Sini fotonya, mau gue bawa pulang” Ria mengelak tangan Natalia yang ingin meraih foto, dan memberikannya kepada Yolanda. Yolanda : “Iya..bokap-nyokap lu cina, sipit-sipit, eh mata lu, kok belo’ kayak gitu…” . Natalia: “ah cerewet …deh kalian semua ! Tau nggak, .kata bokap gue, saudara mama ada yang belo juga..tau..!” Ria : “tapi ada miripnya juga sih, apalagi kalau elo lagi ngambeg, bibirnya sama deh”. Yolanda : “ Iya mirip sama Nyokap lu” “Lagian nyokap lu difoto kok gayanya resmi banget, enggak ada senyumnya “ Natalia: (lirih.) “Gue juga selalu membayangkan kayak apa senyumnya mama “ Ria dan Yolanda langsung diam,saling sikut karena mereka keceplosan berbicara soal mama Natalia yang sudah lama meninggal. Yolanda menghampiri dan menyerahkan fotonya. Yolanda : “….ehm……..berarti sekalian ke kuburan dong” Natalia: “He eh” jawab Natalia singkat. Suasana hening sesaat, Ria yang terkenal bawel langsung berreaksi. Ria : “eh, jam berapa, kok bokap lu belum datang ?..wah jangan-jangan mampir dulu nih..” Yolanda : ha..ha…ha Ria : eh iya loh..bokap lu walau umurnya sudah 40-an, masih ganteng juga loh..penuh wibawa, kebapakan..uh pokoknya sesuai sama type gue… Yolanda : ha..ha..ha.. Ria : “eh, benar loh…Natalia, kalau kita bukan sahabat, papa lu bisa gue gaet loh…”
  • 3. Papa Yohannes : (OS) “ah, masa..!” Sebuah suara berat mengagetkan mereka, rupanya Papa Natalia sudah berdiri disamping Ria, membuat Ria malu sekali dan Yolanda tertawa kencang, sementara Natalia berlari memeluk papanya. Suasana dipenuhi tawa. Papa memberikan bungkusan martabak sebagai oleh-oleh. Mereka menyalami, dan ngobrol sejenak. Papa Natalia memang ayah yang akrab dengan semua orang. Ria : Eh, maaf ya om Yohan…Ria suka ngomong sembarangan… Papa Yohannes : Ah, tidak apa-apa Ria…om senang kalian membicarakan Om berarti umur Om panjang… Eh, bagaiman dengan nilai kalian…naik kelas nggak..? Ria : Naik dong Om… Yolanda : Hi..hi..kayak nggak tau ria aja Om… Diantara kita bertiga cuma Ria yang daya tangkapnya kurang… Ria : Sialan lu… Yolanda : Eh, Om yohan..liburan kali ini, rencananya mau kemana ?” Papa menarik napas panjang, berat untuk mengutarakan rencananya. Papa Yohannes : “ehm…..rencananya…Kita akan menjenguk mama Natalia”. Yolanda : “malam-malam ke kuburan ? “. Papa Yohannes : “tidak, ke rumahsakit.”. Natalia menengok ke papa, mengira papa sedang bercanda. Namun ekspresi serius itu, mengubah raut muka Natalia. Papa Yohannes : “Ada, rahasia yang selama ini papa simpan, dan papa baru akan beritahukannya kalau kamu sudah cukup dewasa……………papa rasa sekaranglah saatnya.” Natalia: (mengeryitkan dahi). “Rahasia apa ?” Papa Yohannes : “mengenai mamamu, inilah saat yang tepat, kita akan bertemu dengannya”. Natalia: “Mama ? bukankah kata papa……..”.
  • 4. Papa Yohannes : “Papa tidak pernah mengatakan kalau mama sudah meninggal. “. Natalia: “Loh…tapi, kuburan …yang tiap tahun kita kunjungi…..”. Papa Yohannes : “Itu kuburan tantemu, tante Melissa..adik kandung mama, mamamu masih hidup, sayang”. Natalia shock mendengar perkataan papa. Ria dan Yolanda juga, mereka pelan-pelan meninggalkan kamar. Natalia mundur selangkah demi selangkah, Papa mencoba menenangkan hatinya, namun Natalia menyuruhnya keluar. Papa Yohannes : “Natalia…dengarkan papa…” Natalia: pergi…pergi….papa bohong… Papa Yohannes : Papa tidak berbohong….papa akan jelaskan semua… Natalia: Natalia tidak mau mendengarkan penjelasan dari papa…sekarangjuga papa pergi…tinggalkan Natalia sendiri…hu..hu.. Papa Yohannes : Natali…. Natalia: PERGIIIIII………. Papa dengan berat melangkah keluar, pintu kamar langsung ditutup keras-keras. Natalia menangis dibalik pintu. Sementara papa terpaku menyesal. Tubuh Natalia bergetar, bagaimana bisa seorang papa yang selalu dikasihinya tega berbohong padanya. Hancur semua kenangan manis bersama papa, ia kini sangat membencinya. Apalagi semua temannya mendengar hal itu. Natalia: “Kenapa papa berbohong …selama ini Natalia merindukan kehangatan seorang ib kasihsayang u, ibu, kenapa papa tega melakukannya…kenapa pa… selama ini, papa selalu merawat dan membimbingku, selalu mengajariku berdoa,mengajari aku untuk selalu mengasihi sesama, memberitahu mana yang baik dan yang buruk,……papaselalu bercerita tentang perjuangan kaum muda Indonesia yang membanggakan waktu berhasil menurunkan Soeharto, atau mengatakan bahwa aku adalah saksi dari lahirnya sebuah era reformasi, yang ditunggu-tunggu masyarakat…. Semua memuakkan, ……..kenapa papa tidak bercerita tentang hal yang penting bagiku, tentang mama. Ada apa dengan mama ?………. Natalia kesegukkan menangis sejadi-jadinya. CUT TO. 03. INT. DEPAN KAMAR NATALIA . MALAM/ Waktu menunjukkan pukul 24.05 WIB, Ria dan Yolanda mengambilkan kopi untuk papa Natalia yang masih duduk sendiri didepan pintu kamar Natalia. Papa masih takut mengetuk pintu Natalia.
  • 5. Papa Yohannes : Ehm..Terimakasih…Ria ..Yolanda… Yolanda : Masih belum keluar..? Papa menggeleng pelan. Melihat ke jam. Tersadar kalau sudah hampir 4 jam dia menunggu, papa berniat pamit untuk pulang ke Jakarta. Ria dan Yolanda menyesali kejadian ini. Papa Yohannes : “Om tidak menyangka Natalia akan sebegitu marah pada Om..”. Ria dan Yolanda menundukkan kepala. Segera setelah meminum setengah kopinya, papa berpesan agar mereka mau menjaga anak satu-satunya. Papa Yohannes : “Ria dan Yolanda..Om Yohan harus pamit ….kembali ke Jakarta.” Om minta tolong kepada kalian berdua, tolong jaga Natalia…Om sangat mencintainya… Katakan padanya..Om akan datang bila dia sudah mau menemui Om lagi.. Ria : Ria menyesal Om… Papa Yohannes : Sudahlah ..tidak ada yang perlu kita sesali….Jaga diri kalian baik-baik.. Papa beranjak menuju mobil. Berjalan lemas karena sangat sedih telah melukai anaknya yang tercinta. Natalia: (OS) “Aku..ikut”. Sebuah suara menghentikan langkah papa menuju mobilnya. Natalia dengan tas ditangannya, berjalan menghampiri. Matanya sembab memerah, ia segera merangkul kedua sahabatnya mengucapkan salam perpisahan dan berjalan gontai menuju pintu samping mobil. Tak lama mobil pun berlalu, diiringi lambaian tangan dan pandangan haru Ria dan Yolanda. CUT TO. 04. INT. DIMOBIL DALAM PERJALANAN PULANG./ Sinar lampu-lampu jalan berganti-ganti menerpa wajah Natalia yang lusuh. Mereka masih tidak berbicara. Papa melihat kearahnya berkali-kali, namun Natalia tidak ingin memandang wajahnya. Papa Yohannes : “Sungguh, papa tidak menyangka kalau kamu akan membenci papa”. Natalia mengernyitkan dahinya sambil menghembus napas dengan keras. Papa Yohannes : “Papa sudah berjanji baik dengan diri sendiri ataupun dengan tantemu, sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya.”. “Bahwa, rahasia ini baru akan diutarakan setelah kamu menginjak usia dewasa dan mengerti mengapa hal ini bisa terjadi” Natalia tetap diam tidak berreaksi.
  • 6. “Lagipula, ini pun berat papa lakukan, sungguh papa kuatir kamu akan malu dengan mamamu”. “Natalia kamu dengar kata-kata papa?”” Natalia diam. Papa tidak melanjutkan kata-katanya. Pikirnya, percuma, Natalia tidak ingin mendengarkan penjelasan apaupun darinya. Jauh dalam hati, Natalia justru bertanya,. Natalia: (VOS) …kenapa malu? apa mama melakukan pekerjaan yang hina? Atau menjadi istri simpanan? Atau menderita sakit ? sakit apa? Atau… Semakin lama berpikir, Natalia semakin lelah, ia pun tertidur. Dan bermimpi, dalam mimpinya ia melihat mamanya sedang bercanda-canda dengan pria lain, disebelah samping, mamanya sedang menjadi pemulung, disampingnya lagi mamanya sedang sakit dengan perban dimana-mana, disebelahnya lagi, mama sedang duduk tersenyum padanya, tangannya menggapai kearahnya, sungguh cantik, Natalia pergi menghampirinya, namun seseorang menabraknya. … Bersamaan dengan itu, ban mobil papa melindas sebuah batu, Natalia terbangun. CUT TO. 05. EXT. RUMAH SAKIT JIWA.PAGI/ Mobil mereka perlahan memasuki sebuah pelataran rumah sakit. Papa Yohannes : (OS) “Sudah sampai, Natalia”. Natalia memperhatikan sekitarnya. Sebuah papan bertuliskan Rumah Sakit Jiwa, menambah gentar perasaannya. Papa keluar dari mobil, mengajaknya berjalan menuju sebuah ruangan seperti ruang dokter. CUT TO. 06. EXT. LORONG DEPAN RUANG DOKTER. PAGI/ Natalia memperhatikan mereka diluar ruangan, ia tidak mau masuk, mereka tampak sedang berbicara serius. Natalia mendengar kata dokter, Dokter Santoso : “Sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat un menjenguknya, pak Yohannes” tuk Papa terlihat memakluminya, dan sambil menunduk mereka menghampiri Natalia. Papa Yohannes : “Apakah……? Kumat lagi?” Dokter Santoso : “Iya, tadi malam ada laporan, tapi sudah agak tenang, tapi kondisinya belum pulih…kami telah memberi obat penenang” Papa menghembuskan napas tertekan, ia memandang Natalia. Papa Yohannes : “Ehm..bagaimana kalau kita datang esok hari..mungkin mamasudah bisa dijenguk ?” Natalia: “Tidak…! Saya ingin bertemu mama…” Dokter Santoso :
  • 7. “em…tapi kondisinya sungguh sangat tidak bisa diduga….” Natalia: “Dengar dokter, saya anaknya, dan saya sudah menantikan pertemuanini selama 17 tahun……saya tidak sanggup menunggu walau hanya sedeti …” k Papa Yohannes : “Lia…!! Maafkan anak saya dokter, ia sangat tegang..” Dokter Santoso : “saya mengerti, pak Yohanes…” “mudah-mudahan penantian ini tidak sia-sia…Baik, mari kita menjenguknya…” Mereka berjalan kearah taman, melewati lorong-lorong panjang. Natalia menggandeng tangan papa, menuju taman didalam Rumah Sakit itu, Natalia berjalan paling depan. Sepintas terdengar kata-kata dokter, Dokter Santoso : (OS) “Pak Yohannes, entah kenapa, sejak tadi malam Sandra tidak mau didekati oleh para perawat, terpaksa kami mohon maaf karena membiarkannya dengan kondisi yang demikian…”. Di taman yang terawat indah tersebut, tampak beberapa pasien didampingi para perawat rumah sakit. Mereka terus berjalan, melewati seorang yang sedang tertawa-tawa sendiri, melewati seorang yang sedang menangis, kemudian seorang yang sedang duduk diam tanpa busana, kemudian seorang yang sedang marah-marah sendiri. Takut melihat pasien yang terakhir, tangan Natalia tanpa sadar berusaha meraih tangan papa disampingnya. Tapi tangan itu tidak ada, Natalia melihat kebelakang, papa dan dokter yang bersamanya telah berhenti berjalan, berdiri didepan seorang pasien wanita yang tanpa busana penutup dada. Membelalak mata Natalia, sangat kaget. Papa Yohannes : “Sandra, tolong, pakailah pakaianmu..”. Papa dengan lembut menegur mama. Tapi wanita itu diam dengan pandangan hampa. Papa berlutut mendekat. Papa Yohannes : “Sandra, inilah anakmu…Natalia, Natalia sapalah mamamu..”. Natalia mencoba tabah, walau airmata tanpa terasa membasahi pipi indahnya. Natalia: “Mama…?”. Sedih bercampur haru, Natalia memakaikan jaket yang diberikan papa, ke tubuh mamanya. Natalia: “mama, ini Natalia…”. Wanita itu tetap diam seperti tidak memperhatikan orang lain. Natalia: “Natalia sayang sama mama”. Papa tidak kuasa menahan haru, begitu pula dokter Santoso yang bersamanya, ia pun mohon pamit keruangannya. Papa memegang pundak Natalia.
  • 8. Papa Yohannes : “mamamu, sejak peristiwa itu, sudah tidak lagi hidup didunia kita, sayang”. Natalia: “kata-kata itu yang selalu papa katakan padaku..tapi…Kenapa…pa?”. Papa Yohannes : “Pernahkah papa bilang, kalau kamu terlahir pada masa reformasi?”. Natalia: “Iya…berkali-kali”. Papa mengambil napas dalam, melihat kesudut lain. Papa Yohannes : “Natalia, setiap ada gejolak politik yang besar, selalu ada pihak yang menjadi korbannya. Dan kita, adalah korbannya, mamamu, papa, kamu, dan tante Melissa.”. Natalia menatap tajam kearah papa. Natalia: “Apa maksud, papa?”. Papa Yohannes : “Papamu ini terlahir sebagai pria yang mandul, Natalia. Papa tidak menyadari, setidaknya setelah dua tahun perkawinan dengan mama mu, namun kami saling mencintai, dan papa terus berdoa, agar suatu saat terjadi mukjizat”. Natalia: “Lalu…Natalia…?” Papa Yohannes : “Ya… peristiwa tanggal 13 Mei 1998 itu, merubah segalanya. Saat itu keadaan sangat kacau, kerusuhan terjadi diseluruh kota. Papa terjebak selama 2 hari didalam ruangan kantor. Dengan baterai Handphone yang sudah sekarat, papa menenangkan hati mama dan tante Melissa yang begitu panik saat segerombolan massa mendobrak pintu apartement kita. Selanjutnya….. doa papa terkabul papa punya anak, kamu…Natalia !” Natalia: “Jangan katakan …issu tentang pemerkosaan itu………..?.” Papa Yohannes : (mengangguk pelan) “Heem..itu sungguh terjadi…..”.. “Mamamu dan tante Melissa, mamamu menjadi kehilangan akalnya, sedangkan tante Melissa bunuh diri, setahun sesudah peristiwa pemerkosaan itu.”. Natalia berteriak dalam kepedihan, ia merasa sebagai penyebab kehancuran ini, ia ingin menjauh dan merasa hina. Papa segera memeluknya. Papa Yohannes : Maafkan kalau Papa harus menceritakan ini padamu, tapi kamu sudah dewasa sekarang, kamu sudah boleh mendengarkan semua jawaban yang sejak dulu kamutanyakan kepada Papa.. tentang perbedaan warna kulit kita, tentang Mama, tentang masa lalu kita.. “Papa, tau perasaanmu…tapi ketahuilah papa sangat mencintaimu….
  • 9. Natalia, dengarkan papa… sebahagian dari dirimu, berasal dari mamamu, dan apa yang menjadi milik mamamu adalah milik papa juga, karena papa dan mama bukan lagi dua, melainkan satu daging “. “Coba lihat mamamu…kemudian lihat juga dirimu…sebagian gen dari mama, ada padamu, kecerdasanmu, kecantikanmu…….dan seluruh budi pekerti yang melekat dalam tingkah lakumu, adalah teladan yang telah papa berikan selamaini…”. “Apakah hal itu belum cukup bagimu untuk mengakui bahwa kita memangsatu keluarga…Keluarga Yohannes.”. Kamu tidak boleh merasa sebagai orang asing. Tuhan menyatukankita dalam satu ikatan keluarga. Natalia: “Papa tidak dendam padaku…?”. Papa Yohannes : “Papa mencintaimu..”. Natalia memandang ke papa, masih pedih tapi dicobanya untuk tersenyum, senyum untuk orang yang sangat dicintainya. Papa membalas senyumnya, dengan penuh rasa lega melihat Natalia sudah dapat menerima kenyataan pahit itu. Natalia merapikan jaket penutup badan mama, ditatapnya mama lekat-lekat. Natalia: “Mama ini aku anakmu, dan mulai saat ini aku akan merawatmu“ Pedro : (OS) “aku juga mau dong…” Salah seorang pasien dengan aksen anak kecil, memotong percakapan mereka, perawat menegur, semua tertawa. Mereka menghabiskan waktu bersama, diantara banyak penderita lain, Natalia merasa bahagia. CUT TO. 07. INT. KAPEL GEREJA. BEBERAPA HARI SESUDAHNYA/ ADEGAN DIBUAT DENGAN TEKNIK MONTAGE YANG HALUS, TRANSISI ANTAR GAMBAR DIBUAT SECARA DISSOLVE. Alunan Puji-pujian mengalun merdu, menggema diantara kerlap-kerlip lilin, yang berjajar rapi mengelilingi sebuah pahatan goa nan agung. Patung Bunda Maria berdiri megah, terlindung dalam naungan goa. Natalia masih berlutut, masih berdoa dengan senyum dan airmata yang membasahi pipinya. Namun raut wajahnya memancarkan ketenangan jiwa, kepasrahan kepada Ilahi dalam mengatasi kemelut hidupnya. Natalia: “…oh Bunda Maria, sampaikan doaku kepada Tuhan di Surga…” “…sampaikan terimakasihku karena kasihnya, dan karunianya yang berlimpahkepadaku. Sungguh ku bersyukur karena kini aku merasakan kasihsayang berlimpah dari papa dan mama.. “….walaupun aku terlahir dari peristiwa yang hina, kau memuliakan aku dengan kasihmu INSERT : CUPLIKAN DOKUMENTASI 13 MEI 1998 Natalia: “…kasihMu tidak pendendam….. INSERT ; CUPLIKAN ADEGAN PAPA MEMELUK NATALIA Natalia:
  • 10. “….kasihMu tidak terbataskan…aku bersyukur karenamasih memiliki mama….dan aku bertekad meneladani kasihMu…..aku akan selalu mengasihi sesama….aku akan selalu berdoa, memohon kekuatanmu…untuk memberikan cintaku pada mama, menyembuhkannya… INSERT : CU. DOKTER Dokter Santoso : “Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan pasien depresi. Proses penyembuhan pasien depresi yang kami lakukan antara lain dengan dua cara metoda obat-obatan ditambah dengan metode sosialisasi” Natalia: …..dan melihat senyumnya…..senyumyang selalu kutunggu …. ….oh Bunda, tersenyumlah untuk ku….”. Air mata menetes dari pipinya, Natalia menghadap ke Bunda Maria, puji-pujian masih terdengar merdu di kapel gereja. FADE OUT. 08. LORONG RUMAH SAKIT,PAGI/ CAPTION : 25 DESEMBER 2016, PKL. 10.30 WIB/. CU. ZO. FS. Sebuah langkah ceria berlari di lorong-lorong, Natalia menyapa dan memberi selamat Natal setiap orang yang dijumpainya. Mereka balik membalasnya, Natalia menghampiri seorang pasien. Natalia: “selamat, Natal Pedro..” “nih, kado Natal untukmu, masih ngompol nggak…?” “Awas ya, kalau masih ngompol, Kak, Lia, cubit..deh…” Pasien yang dipanggil Pedro menunduk malu, dan melambaikan tangan saat Natalia berlalu. Natalia menuju kamar mama. CUT TO. 09. KAMAR PASIEN , PAGI/. Pintu kamar terbuka, Natalia melongok melihat kedalam. Natalia: “selamat hari Natal, ma..”. Mama masih diam, tapi Natalia terus berbicara, mengambil bantal dan membantunya berdiri. Natalia: “Sekarang sudah hari Natal, nggak terasa ya, sudah tujuh bulan sejak Natalia bertemu mama, bagaimana keadaan mama ? Natalia datang dijemput papa seperti kemarin, Natalia ingin menghabiskan liburan Natal ini bersama mama…. Eh, ma..tapi ada kejutan lagi…Natalia datang bersama papa, dan Ira dan Yolanda. Mereka mau merayakan Natal disini…” “Senang khan…..?” Mama masih diam, namun tangannya menggengam erat tangan Natalia, Natalia tersenyum, ia mengusap rambut mama.
  • 11. Natalia: “Natalia pengin deh mama bisa tersenyum…” “Eh itu mereka datang”. Rombongan papa, Ira dan Yolanda masuk dan menyapa mama dan Natalia. Keceriaan tampak diwajah mereka, Ria langsung bersuara. Ria : “Eh..rese lu ya…begitu keluar mobil langsung kabur aja, nih bawaannya… Natalia tertawa memeluk Ria, papa mencium pipi mama, Yolanda menyikut Ria, Natalia membuka kado dari papa. Mereka tertawa karena kadonya, begitu kecil sehingga Natalia kesal membuka bungkusnya. Tapi ternyata, kadonya berupa Handphone. Natalia senang. Kecerian bertambah dengan hadirnya pak Dokter Santoso, ke kamar. Dokter Santoso : Halo..halo..baru datang dari Bandung..? Wah..ramai sekali… Papa Yohannes : Bagaimana pak Dokter..? Dokter Santoso : Saya sungguh kagum dengan keluarga ini, kond Sandra semakin lama, semakin membaik, ini isi semua berkat sosialisasi yang kuat dari Natalia. Natalia: Ah..dokter bisa saja…………nih ada kado buat Pak Dokter….selamat Natal.” Dokter Santoso : Oh, terimakasih…selamat Natal juga.” Kemudian Natalia mengambil kado yang dipersiapkannya untuk mama, diberikannya kepada mama. Natalia meraih tangan mama, menuntunnya untuk membuka kado. Yang ternyata berisi sebuah daster cantik. Tanpa diduga, pelan-pelan mama mengangkat kepalanya, mengarahkan perlahan pandangannya menuju Natalia. Semua kaget dengan kemajuan mama. Natalia terhenyak, mama dapat melihat secara fokus kearahnya. Tiba-tiba sebuah senyum manis tersungging diwajahnya, senyum yang paling manis yang pernah dilihat Natalia. Mereka memeluk mama, kesembuhan sudah dekat berkat sosialisasi yang dilakukan Natalia selama ini, kuasa Tuhan menaungi mereka. Layar ditutup dengan alunan lagu Theme song oleh Koor salvatora. Dan di-DISSOLVE dgn patung Bunda Maria. CAPTION : “SELESAI” CAPTIONS : UCAPAN TERIMA KASIH : ROLLING UP CREDIT TITLE