SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
Download to read offline
 

                                                      6/02/2009




ARIEF TJAHYADI           SISTEM PROYEKSI PETA 
 




                        ASTACALA
        PERHIMPUNAN MAHASISWA PECINTA ALAM ITTELKOM


     
 

                                                         Daftar Isi


Daftar Isi .............................................................................................................. ii
Sistem Proyeksi Peta........................................................................................... 3
           1.1        Teknik Dasar Proyeksi Peta .............................................................. 5
                      1.1.1  Referensi Ellipsoid ............................................................... 6
                      1.1.2  Datum Geodetik .................................................................. 8
                      1.1.3  Penentuan Teknik Proyeksi ................................................... 9
           1.2        Pembagian Sistem Proyeksi .............................................................. 10
           1.3        Sistem Proyeksi .............................................................................. 11
                      1.3.1   Berdasarkan Sifat yang Dipertahankan ................................... 11
                              1.3.1.1 Proyeksi Ekuivalen ................................................. 11
                              1.3.1.2 Proyeksi Konform ................................................... 11
                              1.3.1.3 Proyeksi Ekuidistan ................................................ 11
                      1.3.2   Berdasarkan Cara Penurunan Peta ......................................... 11
                              1.3.2.1 Proyeksi Geometris ................................................ 11
                              1.3.2.2 Proyeksi Matematis ................................................ 11
                              1.3.2.3 Proyeksi Semi Geometris......................................... 11
                      1.3.3   Berdasarkan Posisi Sumbu Proyeksi ....................................... 12
                              1.3.3.1 Normal ................................................................. 12
                              1.3.3.2 Transversal ........................................................... 12
                              1.3.3.3 Oblique................................................................. 12
                      1.3.4   Berdasarkan Media Proyeksi ................................................. 13
                              1.3.4.1 Azhimuthal............................................................ 13
                              1.3.4.2 Conical ................................................................. 15
                              1.3.4.3 Cylindrical ............................................................. 16
                      1.3.5   Berdasarkan Titik Singgung dengan Bidang Proyeksi ................ 18
                              1.3.5.1 Tangent ................................................................ 18
                              1.3.5.2 Secant.................................................................. 19
           1.4        Proyeksi Gubahan (Arbitraty)............................................................ 19
                      1.4.1  Berdasarkan Proyeksi Azimuthal ............................................ 19
                             1.4.1.1 Azimuthal Equidistant ............................................. 19
                             1.4.1.2 Lambert Azimuthal Equal Area ................................. 21
                             1.4.1.3 Orthographic ......................................................... 22
                             1.4.1.4 Stereographic ........................................................ 24
                      1.4.2  Berdasarkan Proyeksi Kerucut (Conical).................................. 25
                             1.4.2.1 Proyeksi Albers Equal Area Conic .............................. 25
                             1.4.2.2 Equidistant Conic ................................................... 26
                             1.4.2.3 Lambert Conformal Conic ........................................ 26
                             1.4.2.4 Polyconic .............................................................. 28
                      1.4.3  Berdasarkan Proyeksi Slinder ................................................ 29
                             1.4.3.1 Mercator ............................................................... 29
                             1.4.3.2 Transverse Mercator ............................................... 30
                             1.4.3.3 Universal Transverse Mercator ................................. 31
                             1.4.3.4 Oblique Mercator.................................................... 36
                             1.4.3.5 Space Oblique Mercator .......................................... 37
                             1.4.3.6 Cylindrical Equal Area ............................................. 38
                             1.4.3.7 Miller Cylindrical .................................................... 39
                      1.4.4  Proyeksi Pseudocylindrical (Slinder Semu) .............................. 40
                             1.4.4.1 Proyeksi Mollweide ................................................. 40
                             1.4.4.2 Proyeksi Sinusoidal Equal Area ................................. 41
                             1.4.4.3 Proyeksi Robinson .................................................. 42
           1.5        Penggunaan Proyeksi ...................................................................... 43
Maraji' 45




                                                                                                                               ii
 


                                      Sistem Proyeksi Peta

                            oleh: Arief Tjahyadi (A - 008 - PR) *


Proyeksi adalah suatu cara untuk menyajikan suatu objek dengan bentuk dan dimensi
tertentu ke dalam bentuk dan dimensi lain. Proyeksi peta berarti cara untuk mengkonversi
posisi tiga dimensi dari suatu titik di permukaan bumi ke representasi posisi dua dimensi
pada media peta.


Sistem proyeksi peta berarti segala hal (termasuk model matematis) yang menyangkut
penggambaran permukaan bumi pada media dua dimensi. Singkatnya, proyeksi peta berarti
cara untuk menggambarkan bumi yang berbentuk bulat ke atas media yang datar, seperti
kertas.


Dari segi bentuk, mungkin representasi terbaik bagi bumi adalah globe. Pada globe, arah,
bentuk, luas, serta jarak memiliki nilai perbandingan yang benar dengan kondisi
sesungguhnya. Namun globe memiliki keterbatasan di sisi dimensi, sebab tak mungkin
membuat globe yang berisi informasi secara detil karena skalanya terlalu kecil. Lagipula,
globe tidak nyaman untuk dibawa-bawa, disamping ongkos pembuatan dalam skala massal
yang relatif mahal.


Sistem proyeksi peta yang baik harus memenuhi beberapa kriteria seperti:


          Bentuk yang terdapat di atas permukaan bumi tidak mengalami perubahan, persis
          seperti pada gambar peta di globe bumi. Bentuk kepala burung di muka bumi,
          setelah diproyeksikan ke selembar peta harus berbentuk kepala burung juga, bukan
          menjadi kepala unta


          Luas permukaan tidak berubah (setelah memperhitungkan faktor skala)


          Jarak antar titik di atas permukaan bumi yang diproyeksikan harus tetap (setelah
          memperhitungkan faktor skala)


          Arah dan sudut antara titik yang satu dengan yang lain harus tetap dan tidak
          mengalami perubahan sedikitpun (setelah memperhitungkan faktor skala).


Ini menimbulkan persoalan tersendiri, sebab teknik proyeksi ke bidang datar tidak
memungkinkan untuk memenuhi seluruh prasyarat tersebut. Sebagai ilustrasi, perhatikan
gambar berikut:



 
 




    Prinsip proyeksi berupa pembuatan peta dari bentuk bola (globe) ke bidang datar (peta).
                             Sumber gambar: http://e-edukasi.net

Dari gambar di atas, dapat dilihat perubahan dari posisi titik di globe ke bidang datar,
seperti gambar berikut:




                      Perubahan dari posisi titik di globe ke bidang datar.
                            Sumber gambar: http://e-edukasi.net

Ini menunjukkan adanya distorsi (cacat) pada gambar yang dihasilkan, karena jarak A — B
menjadi lebih panjang dari yang seharusnya. Sedangkan jarak C — D menjadi lebih pendek.
Agar lebih jelas, perhatikan "irisan" bola bumi ke dalam bentuk bidang datar sebagai
berikut:




        4  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




              Irisan bumi menjadi bidang datar. Sumber gambar: http://e-edukasi.net

Terlihat dari gambar tersebut, bahwa mustahil untuk memetakan bumi ke bidang datar
secara utuh dan sempurna.


Maka berkembanglah berbagai teknik dari sistem proyeksi peta yang masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Proyeksi yang baik untuk memetakan wilayah kutub,
belum tentu baik pula saat diterapkan di wilayah ekuator. Maka distorsi pada proyeksi peta
merupakan sesuatu yang tidak mungkin terhindarkan.


1.1     Teknik Dasar Proyeksi Peta

Sebelum melakukan proyeksi peta, terlebih dahulu harus dibuat atau diasumsikan sebuah
model bagi bumi. Hal ini dilakukan karena bumi tidak berbentuk bulat sempurna, melainkan
lebih mendekati bentuk telur (ellipsoid) dengan permukaan yang tidak rata. Istilah Ellipsoid
ini sinonim dengan Spheroid yang dipakai untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi
tidak uniform (tidak seragam permukaannya), maka terkadang digunakanlah istilah Geoid
untuk menyatakan bentuk Ellipsoid yang tidak rata. Selain itu, bentuk bumi di daerah
khatulistiwa lebih menggelembung dibandingkan daerah kutub yang justru cenderung datar.
Diameter di khatulistiwa ternyata lebih besar daripada di kutub.


Maka untuk keperluan proyeksi peta, dibuatlah suatu model yang mendekati bentuk bumi.
Model ini disebut Ellipsoid Referensi (Refference Ellipsoid). Ada bermacam model yang telah
dibuat. Model yang dipilih ini akan menjadi acuan bagi pengambilan data yang diperlukan
untuk melakukan proyeksik peta. Lihat gambar berikut:




      5  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                  Tahapan proyeksi peta. Sumber gambar: http://gd.itb.ac.id

Setelah model ini dibuat, barulah dilakukan tahapan proyeksi selanjutnya. Tahapan proyeksi
yang   penuh     perhitungan   matematis   dengan   berbagai    persamaan   trigonometri   dan
pemahaman geometri itu tidak akan dibahas di sini.


         1.1.1    Referensi Ellipsoid

         Referensi Elpsoid adalah model matematis bumi. Model ini terdiri dari tiga
         parameter, yaitu jari-jari kutub, jari-jari ekuator, serta kerataan atau kegepengan
         (flattening).


         Secara matematis, model ini dapat dituliskan sebagai berikut:


         a = jari-jari ekuator = sumbu panjang


         b = jari-jari kutub = sumbu pendek


         f = kerataan (kegepengan) = flattening = (a - b) / a




       6  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


                                                     b = Sumbu Pendek

                                                             Semi Minor Axis
                                  b
                                                         a = Sumbu Panjang

                                                                Semi Major Axis
                                          a
                                                               f = Fattening

                                                                 = Kerataan




                                      Ellipsoid Referensi.

      Ellipsoid Referensi ini digunakan untuk menentukan Datum, yaitu titik referensi
      pengukuran yang diguanakan dalam pemetaan skala besar. Sampai saat ini, jumlah
      Ellipsoid Referensi yang sudah dibuat tidaklah sedikit dan memiliki nilai parameter
      yang tidak sama. Berikut beberapa contohnya:


                             Tabel 1. Beberapa Ellipsoid Referensi

                                              SemiMajor Axis
                     Nama Ellipsoid                (a)                         1/f
                                                 (meter)
                       Bessel 1841             6377397,155             299,1528128
                       Clarke 1866              6378206,4              294,9786982
                                               6377276.345
                   Everest (India 1830)                                  300,8017
                   Everest (India 1956)        6377301.243               300,8017
                    Everest (Pakistan)         6377309.613               300,8017
                         WGS 72                  6378135                  298,26
                     Indonesian 1974             6378160                  298,247
                         GRS 80                  6378137              298,257222101
                         WGS 84                  6378137              298,257223563
                       Dan Lain-Lain


      Pengukuran untuk pembuatan Ellipsoid Referensi semakin akurat karena kemajuan
      teknologi. Hingga saat ini WGS 84 dianggap sebagai Ellipsoid Referensi yang
      terbaik. Konon, rasio penyimpangannya hanya 1/100.000 saja (-100 meter hingga
      +60 meter). Dari Ellipsoid Referensi yang ada ini, ditentukanlah Datum Geodetik
      yang akan digunakan untuk melakukan pemetaan.



    7  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


      1.1.2    Datum Geodetik

      Pemilihan sistem koordinat dengan mengadopsi suatu bentuk ellipsoid serta
      menetapkan posisi dan orientasi ellipsoid tersebut terhadap Bumi, dinamakan
      Datum Geodetik. Ellipsoid Referensi yang dipilih adalah yang dianggap paling
      akurat, sesuai, atau yang terbaik untuk daerah obyek pemetaan (paling mendekati
      kenyataan). Datum Geodetik merupakan acuan untuk melakukan proyeksi bumi
      pada suatu daerah tertentu . Maka tiap satu daerah dengan daerah lain, bisa saja
      memiliki datum geodetik yang berbeda saat melakukan proyeksi peta. Dalam
      sejarah pemetaan di Indonesia, telah terjadi beberapa kali perubahan datum
      geodetik yang digunakan.


      Pertama, untuk penggunaan sejak tahun 1870 (oleh pemerintah kolonial Belanda)
      hingga   tahun    1974,   Datum     Geodetik   menggunakan   Ellipsoid   Bessel    1851
      (a : 6.377.563 m ; f : 1/299,3) dan sistem koordinat relatif dan posisi Ellipsoid
      bermacam-macam. Untuk Jawa - Nusa Tenggara - Sumatera dipakai titik di Gunung
      Genuk, di sekitar Semarang sebagai titik awal sistem (berhimpitan dengan titik
      Gunung Genuk di Jawa Tengah) dan dinamakan Datum Genuk. Di Kalimantan ada 2
      datum, yaitu Datum Gunung Raya di Kalimantan Barat dan Datum Serindung di
      Kalimantan      Timur   (keduanya    terpisah).   Untuk   Sulawesi   dipakai      Datum
      Monconglowe di Sulawesi Selatan. Selain itu juga ada beberapa datum di Maluku
      dan di Papua.


      Datum yang terpisah-pisah ini membuat sistem geografis menjadi terpisah-pisah
      juga, sehingga menyulitkan kita membangun suatu Sistem Informasi Geografis
      yang integratif. Hal ini akibat penggunaan teknologi pengukuran optik (yang
      mengukur sudut-sudut antara titik-titik di Bumi dalam suatu jaringan Triangulasi
      atau jaringan sudut segi tiga) yang tidak memungkinkan pengukuran langsung
      untuk menghubungkan posisi antara pulau-pulau yang berjauhan. Jarak yang dapat
      diukur antara 2 titik dengan pengukuran optik maksimum 60 km jika anda berada
      di atas gunung 3.000 m dpl tingginya. Lebih dari itu, teknologi ini tidak memadai
      lagi.


      Kedua, dalam program Pemetaan Dasar Nasional yang dimulai pada masa Repelita
      I (1960-1974). Ini bertepatan dengan dibentuknya Badan Koordinasi Survei dan
      Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) pada tahun 1969, dan dimulainya program
      penyatuan sistem referensi. Tujuan utamanya untuk membangun sistem informasi

    8  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


      geografis yang integratif di Indonesia. Pada masa ini teknologi pun telah
      berkembang dengan munculnya penentuan posisi dengan satelit, yang pada waktu
      itu dinamakan Sistem Satelit Doppler dari US Navy Navigation Satellite System
      (NNSS).    Sistem   triangulasi   yang   digunakan   pada   masa   sebelumnya   telah
      ditinggalkan.


      Dengan teknologi ini seluruh datum Indonesia yang terpisah telah disatukan ke
      dalam satu sistem, walaupun pada waktu itu kita masih mengadopsi sistem relatif
      terhadap satu titik di muka Bumi yang dipakai sebagai acuan. Untuk itu
      Bakosurtanal memutuskan untuk memilih satu titik triangulasi di Padang sebagai
      titik awal sistem dan dinamakan Datum Padang. Kemudian Datum Padang ini
      dinamakan dengan nama baku yang terkait dengan tahun penetapannya, yaitu
      Datum Indonesia 1974 (Indonesian Datum 1974 atau ID-74).


      Dalam datum tunggal ini Indonesia mengganti ellipsoid Bessel 1841 dengan
      ellipsoid yang diadopsi secara internasional pada waktu itu, yaitu GRS 1967
      (Geodetic Reference System 1967) dengan nilai a : 6.378.160 m dan f : 1/298,25.


      Ketiga, ketika setelah berkembangnya teknologi GPS (Global Positioning System),.
      Pada masa ini penentuan posisi yang lebih akurat dapat dicapai setiap saat dan
      tempat. Agar peta-peta Indonesia tetap bisa digunakan, maka perlu mengubah
      datum yang digunakan dari ID-74 ke datum yang sesuai dengan sistem GPS.
      Datum baru ini dinamakan Datum Geodesi Nasional Indonesia 1995 (DGNI 1995)
      dengan ellipsoid acuan WGS 1984 (a : 6.378.137 m dan kegepengan f = 1/295,34)
      yang juga digunakan secara internasional, serta sistem koordinat geosentrik.
      Datum ini mengadopsi sitem datum geodetik absolut dengan mengatur pusat ER
      berimpit dengan pusat masa bumi dan tidak digunakan lagi Datum Padang (yang
      merupakan datum relatif) seperti pada masa sebelumnya.


      1.1.3     Penentuan Teknik Proyeksi

      Tahap selanjutnya setelah Datum Geodetiknya ditentukan adalah menentukan
      teknik proyeksi yang akan digunakan. Ada berbagai macam teknik proyeksi yang
      bisa dibedakan berdasarkan bidang proyeksi, titik singgung proyeksi, sifat asli yang
      dipertahankan, serta posisi sumbu proyeksinya.




    9  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


         Cara proyeksi peta bisa dipilah sebagai:


                  Proyeksi langsung (direct projection): Dari ellipsoid langsung ke bidang
                  proyeksi.


                  Proyeksi    tidak   langsung   (double   projection):   Proyeksi   dilakukan
                  menggunakan "bidang" antara, ellipsoid ke bola dan dari bola ke bidang
                  proyeksi.


         Pemilihan sistem proyeksi peta ditentukan berdasarkan pada:


                  Ciri-ciri tertentu atau ciri asli yang ingin dipertahankan, sesuai dengan
                  tujuan pembuatan / pemakaian peta


                  Ukuran dan bentuk daerah yang akan dipetakan


                  Letak daerah yang akan dipetakan.


Sesudah sistem proyeksi dipilih, barulah dilakukan proyeksi dan pemetaannya. Penjelasan
mengenai berbagi teknik proyeksi ini dijelaskan dalam bagian selanjutnya.


1.2      Pembagian Sistem Proyeksi

Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan
ekstrinsik dan intrinsik.


         Pertimbangan Intrinsik


                  Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan


                  Berdasarkan cara penurunan peta


         Pertimbangan Ekstinsik


                  Berdasarkan sumbu proyeksi


                  Berdasarkan media proyeksi


                  Berdasarkan titik singgung dengan bidang proyeksi


Penjelasan yang lebih rinci akan dijelaskan dalam bagian selanjutnya.


      10  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


1.3      Sistem Proyeksi

         1.3.1   Berdasarkan Sifat yang Dipertahankan

         Hasil proyeksi peta yang baik harus bisa menyajikan luas, bentuk, arah (sudut),
         dan jarak yang diproyeksikan dengan sekecil mungkin distorsi. Sementara bentuk
         bumi sendiri akan membuat tak satupun sistem proyeksi yang bisa menghasilkan
         peta dengan terpenuhinya persyaratan tersebut. Upaya mempertahankan salah
         satu unsur berakibat terjadinya distorsi pada unsur yang lain. Maka dalam
         melakukan proyeksi, biasanya ditentukan prioritas untuk mempertahankan unsur
         tertentu saja, yaitu:


                 1.3.1.1 Proyeksi Ekuivalen

                 Pada proyeksi ini, luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas
                 peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.


                 1.3.1.2 Proyeksi Konform

                 Pada proyeksi ini, bentuk-bentuk dan arah sudut pada peta dipertahankan
                 agar sama dengan bentuk aslinya.


                 1.3.1.3 Proyeksi Ekuidistan

                 Pada proyeksi ini, jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi
                 setelah dikalikan skala peta.


         1.3.2   Berdasarkan Cara Penurunan Peta

                 1.3.2.1 Proyeksi Geometris

                 Disebut juga proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.


                 1.3.2.2 Proyeksi Matematis

                 Hasil yang diperoleh dari proyeksi, diturunkan dalam peta dengan
                 perhitungan matematis.


                 1.3.2.3 Proyeksi Semi Geometris

                 Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainnya
                 diperoleh dengan cara matematis.




      11  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


       1.3.3   Berdasarkan Posisi Sumbu Proyeksi

               1.3.3.1 Normal

               Sumbu simetris bidang proyeksi berhimpit dengan sumbu bumi, atau
               bidang proyeksinya menyinggung wilayah kutub.




                                           Proyeksi normal

               1.3.3.2 Transversal

               Sumbu simetris bidang proyeksinya tegak lurus dengan sumbu bumi.
               Disebut juga Proyeksi ekuatorial karena bidang proyeksi menyinggung
               ekuator.




                                         Proyeksi transversal



               1.3.3.3 Oblique

               Sumbu simetris bidang proyeksinya membentuk sudut terhadap sumbu
               bumi. Digunakan untuk memetakan wilayah diantara kutub dan ekuator.




    12  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                                             Proyeksi Oblique




       1.3.4   Berdasarkan Media Proyeksi

               1.3.4.1 Azhimuthal

               Proyeksi Azhimuthal berarti media proyeksinya berbentuk bidang datar.




                                            Proyeksi Azimuthal.

               Pada proyeksi Azhimuthal Normal, garis meridian (garis bujur) akan berupa
               garis lurus yang berpusat di daerah kutub, sedangkan garis paralel (garis
               lintang) berupa lingkaran-lingkaran konsentris yang mengelilingi kutub.


               Proyeksi ini sangat cocok unutk menggambarkan wilayah di sekitar kutub.




    13  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                Contoh hasil proyeksi Azhimuthal. Sumber gambar: http://e-edukasi.net

               Proyeksi Azhimuthal ini terbagi lagi menjadi tiga jenis berdasarkan pusat
               proyeksinya, yaitu:


                       Gnomonik.
                       Pusat proyeksi ada di pusat bumi.


                       Stereografik.
                       Pusat proyeksi ada di kutub yang berlawanan dari titik singgung
                       bidang proyeksi.


                       Orthografik.
                       Pusat proyeksi berada di titik tak berhingga, sehingga garis
                       proyeksinya akan sejajar sumbu bumi.


               Untuk lebih jelasnya, lihat gambar-gambar berikut.




    14  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                      Proyeksi Azhimuthal normal dengan berbagai pusat proyeksi.
                                    Sumber gambar: e-edukasi.net

               1.3.4.2 Conical

               Proyeksi Conical berarti bidang proyeksinya berbentuk kerucut. Proyeksi ini
               sangat cocok untuk memetakan wilayah lintang tengah. Pada proyeksi
               kerucut normal, garis paralel (garis lintang) akan berbentuk lengkungan,
               sedangkan garis meridian (garis bujur) akan menyerupai jari-jari. Lihat
               gambar berikut.




                  skema dasar proyeksi kerucut. Sumber gambar: http://e-edukasi.net

    15  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                  Contoh hasil proyeksi kerucut. Sumber gambar: http://e-edukasi.net

               1.3.4.3 Cylindrical

               Media   proyeksi   pada    proyeksi    cylindrical   berbentuk    seperti    slinder
               (tabung).




                       Proyeksi Cylindrical. Sumber gambar: http://e-edukasi.net

               Pada proyeksi slinder normal (berarti menyinggung khatulistiwa) maka
               semua   garis   paralel   (garis   lintang)   akan   menjadi     garis   horisontal,
               sedangkan semua garis meridian (garis bujur) akan menjadi garis vertikal.
               Lihat gambar di bawah.




    16  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                        Skema dasar proyeksi slinder dan contoh hasil proyeksinya.
                                 sumber gambar: http://e-edukasi.net

               Karena    sifatnya   pula,   proyeksi   slinder   akan   sangat   baik   untuk
               menggambarkan daerah yang berada di dekat titik singgung bidang
               proyeksi. Maka untuk proyeksi slinder normal, wilayah khatulistiwa akan
               terproyeksikan dengan sangat baik, dan sebaliknya, wilayah kutub akan
               terproyeksi dengan distorsi yang besar.


       Ketiga jenis media proyeksi tersebut, secara ringkas dapat dilihat dalam tabel
       berikut, dengan kombinasi kedudukan sumbu bidang proyeksinya terhadap sumbu
       bumi.




    17  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 



                             Normal                      Oblique          Transversal




      Azhimuthal




        Conical




      Cylindrical




          Macam-macam proyeksi peta berdasarkan bidang proyeksi dan posisi sumbu
                            proyeksi terhadap sumbu bumi.
                          Sumber gambar: http://gd.itb.ac.id

       1.3.5   Berdasarkan Titik Singgung dengan Bidang Proyeksi

               1.3.5.1 Tangent

               Proyeksi disebut tangent bila bidang proyeksinya menyinggung objek
               proyeksinya, dalam hal ini bumi. Untuk Lebih jelasnya, lihat gambar
               berikut:




    18  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                            Proyeksi Tangent.. Sumber gambar: http://gd.itb.ac.id

                 1.3.5.2 Secant

                 Proyeksi   bersifat   secant   bila   bidang   proyeksinya   memotong   objek
                 proyeksinya. Lihat gambar berikut:




                            Proyeksi Tangent.. Sumber gambar: http://gd.itb.ac.id

1.4      Proyeksi Gubahan (Arbitraty)

Proyeksi Gubahan berarti proyeksi yang didasarkan pada teknik proyeksi tertentu ditambah
beberapa kombinasi atau modifikasi, sesuai kebutuhan pemetaan. Sebagai contoh, proyeksi
Lambert Conformal Conical, berarti medianya berbentuk kerucut (conic), dengan sumbu
media proyeksinya berhimpit dengan sumbu bumi, serta mempertahankan bentuk-bentuk
atau sudut peta sesuai dengan aslinya (conformal).


Beberapa proyeksi gubahan yang terkenal akan dijelaskan berikut ini.


         1.4.1   Berdasarkan Proyeksi Azimuthal

         Proyeksi Azhimuthal, berarti media proyeksinya berupa bidang datar


                 1.4.1.1 Azimuthal Equidistant

                 Digunakan untuk peta skala besar dan biasa dipakai untuk menyajikan
                 lintasan penerbangan atau jalur komunikasi radio.


      19  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                 Proyeksi Azimuthal Equidistant. Sumebr gambar: http://www.usgs.gov.




                            Hasil proyeksi . Sumebr gambar: http://www.colorado.edu

               Ciri-ciri:


                            Jarak dan arah sudut di setiap tempat hanya benar jika diukur dari
                            titik pusat proyeksi


                            Jarak antar dua titik hanya benar sepanjang garis melewati titik
                            pusat


                            Distorsi bentuk dan luas semakin besar saat menjauhi titik pusat



    20  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


                            Garis lintang tergambar berupa lingkaran yang mengelilingi kutub.


               1.4.1.2 Lambert Azimuthal Equal Area

               Digunakan untuk daerah yang besarnya cenderung sama dari suatu titik
               pusat, seperti benua Asia atau Samudera Pasifik. Diperkenalkan kali
               pertama oleh Lambert pada tahun 1772.




                            Proyeksi Lambert Azimuthal Equal Area. Sumber gambar:
                               http://www.usgs.gov dan http://www.colorado.edu

               Ciri-ciri:


                            Luas area secara proporsional akan sama dengan luas area di bumi




    21  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


                       Daerah persegi empat pada garis lintang yang sama memiliki luas
                       yang seragam


                       Arah sudut hanya benar dari titik pusat saja


                       Distorsi bentuk bertambah secara teratur saat menjauhi titik pusat


                       Semua garis lintang akan tergambar berupa lingkaran


                       Peta bersifat equal area, tapi bukan conformal, perspektif, atau
                       equidistant.


               1.4.1.3 Orthographic

               Digunakan untuk melihat secara perspektif bentuk bumi, bulan, atau
               bentuk benda langit lainnya. Sudah dikenal sejak 2.000 tahun silam di
               tengah kebudayaan Mesir dan Yunani.




    22  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                     Proyeksi Orthografik. Sumber gambar: http://www.usgs.gov dan
                                         http://www.colorado.edu

               Ciri-ciri:


                            Arah sudut hanya benar dari titik pusat saja


                            Skala akan mengecil saat menjauh dari titik pusat lingkaran


                            Semua garis lintang akan tergambar berupa lingkaran


                            Distorsi bentuk dan luas bertambah semakin jauh dari titik pusat


                            Peta bersifat perspektif, namun bukan conformal atau equal area



    23  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


               1.4.1.4 Stereographic

               Digunakan untuk memetakan daerah atau benua yang luas dengan bentuk
               yang relatif serupa di segala arah. Juga digunakan untuk peta topografi
               bagi keperluan navigasi di kawasan di atas garis lintang 80o LU. Sudah
               dikenal sejak abad ke-2 SM seperti dituturkan oleh Hipparchus.




                       Proyeksi Sereographic. Sumber gambar: http://www.usgs.gov dan
                                          http://www. colorado.edu

               Ciri:


                          Arah sudut hanya benar dari titik pusat proyeksi


                          Skala bertambah saat semakin jauh dari titik pusat


                          Distorsi bentuk dan luas bertambah saat menjauh dari titik pusat
    24  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


                            Peta bersifat konfrm dan perspektif, namun tidak equal area atau
                            ekuidistan.


       1.4.2   Berdasarkan Proyeksi Kerucut (Conical)

       Proyeksi ini menggunakan kerucut sebagai bidang media proyeksinya


               1.4.2.1 Proyeksi Albers Equal Area Conic

               Digunakan Diguankan untuk memetakan daerah yang orientasinya Timur-
               Barat dan membutuhkan penyajian equal area. Banyak dugunakan untuk
               peta tematik. Peta-peta yang dihasilkan bisa digabungkan hanya jika
               memiliki standar paralel yang sama dengan skala yang sama pula.
               Diperkenalkan kali pertama oleh HC Albers pada tahun 1805.




                            Skema proyeksi Albers Equal Area Conic. Sumber gambar:
                                             http://www.usgs.gov

               Ciri-ciri:


                            Semua luas di peta secara proporsional sama dengan luas di bumi.


                            Arah sudut hanya benar di wilayah terbatas


                            Jarak di peta hanya benar pada kedua garis standar paralel


                            Peta tidak bersifat conformal, perspektif, ataupun equidistant




    25  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


               1.4.2.2 Equidistant Conic

               Proyeksi ini, seperti halnya proyeksi kerucut lainnya, digunakan untuk
               memetakan wilayah lintang tengah (middle latitudes) atau wilayah antara
               khatulistiwa dan kutub. Digunakan untuk memetakan daerah lintang
               tengah, antara khatulistiwa dan kutub. Prototipe pertamanya dibuat oleh
               Ptolemy pada tahun 150 yang kemudian dikembangkan oleh De I'lsle
               sekitar tahun 1745.




                    Proyeksi Equidistant Conic. Sumber gambar: http://www.usgs.gov

               Ciri-ciri:


                            Jarak di peta hanya benar sepanjang meridian serta satu atau dua
                            garis standar paralel


                            Arah sudut, bentuk, dan luas cukup akurat, meskipun distorsi akan
                            bertambah saat menjauhi standar paralel


                            Peta tidak bersifat conformal, perspektif, ataupun equal area.


                            Merupakan kompromi antara Lambert Conformal Conic dan Albers
                            Equal Conic.


               1.4.2.3 Lambert Conformal Conic

               Seperti proyeksi kerucut lainnya, proyeksi ini juga biasanya digunakan di
               area antara khatulistiwa dan kutub dengan orientasi Barat-Timur. Peta-
               peta yang dibuat menggunakan sistem proyeksi Lambert ini, saat ini
               banyak digunakan secara luas di Amerika Serikat. Proyeksi ini sebenarnya

    26  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


               mirip seperti proyeksi Albers Equal Area Conic, namun ada perbedaan pada
               hasil spasi antar garisnya. Diperkenalkan pertama kali oleh pak Lambert
               pada tahun 1772.




               Proyeksi Lambert Conformal Conic. Sumber gambar: http://www.usgs.gov
                                   dan http://www.kartoweb.itc.nl

               Ciri-ciri:


                            Jarak pada peta hanya benar sepanjang garis standar paralel


                            Arah sudut peta akurat




    27  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


                       Distorsi bentuk dan luas tidak besar, namun bertambah saat
                       menjauhi standar paralel


                       Baik pada peta skala kecil maupun besar, bentuk yang dihasilkan
                       tidak akan berbeda


                       Peta bersifat conformal tapi tidak perspektif, equal area, maupun
                       equidistant.


               1.4.2.4 Polyconic

               Digunakan untuk memetakan daerah dengan orientasi Utara-Selatan.
               Banyak digunakan pada masa-masa awal peta USGS. Meridian tengah
               berupa garis lurus, meridian lainnya berupa kurva dengan bentuk
               kompleks. Konsepnya diperkenalkan kali pertama oleh pak Hassler pada
               tahun 1820.




                       Proyeksi Polyconic. Sumber gambar: http://www.usgs.gov




    28  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                       Proyeksi Polyconic. Sumber gambar: http://www.colorado.net

               Ciri-ciri:


                            Arah sudut pada peta hanya benar pada sepanjang meridian
                            tengah


                            Jarak pada peta hanya benar pada meridian tengah dan garis
                            paralel


                            Bentuk dan luas hanya benar di sekitar meridian tengah


                            Distorsi semakin bertambah saat menjauhi meridian pusat


                            Peta tidak bersifat konformal, perspektif, maupun equal area


                            Merupakan kompromi dari berbagai teknik proyeksi.


       1.4.3   Berdasarkan Proyeksi Slinder

               1.4.3.1 Mercator

               Proyeksi Mercator, kali pertama dikenalkan oleh Gerardus Mercator (1512-
               1594). Merupakan proyeksi silinder normal conform (berarti: bidang
               proyeksinya berbentuk slinder, sumbu bidang proyeksinya berimpit dengan

    29  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


               sumbu bumi, dan mempertahankan sudut-sudut atau arah peta sesuai
                                       aslinya).


                                       Proyeksi Mercator akan menghasilkan peta yang
                                       sangat representative di wilayah ekuator, namun
                                       menghasilkan distorsi yang besar di wilayah
                                       kutub bahkan tak bisa dipetakan karena kutub
                                       akan berada di titik tak berhingga. Karena itu,
                                       proyeksi     mercator      tidak   memetakan      wilayah
                                       kutub.      Peta   hasil   proyeksi    Mercator    sering
                                       digunakan di bidang maritim, sebab garis-garis
                                       hasil    pemetaannya        memiliki    azimuth     yang
                                       konstan (arah garis sesuai dengan garis lintang
                                       dan bujur). Lihat gambar di bawah ini,




                       Proyeksi Mercator. Sumber gambar: http://www.usgs.gov

               1.4.3.2 Transverse Mercator

               Dilihat dari namanya, bisa disimpulkan bahwa proyeksi ini sama dengan
               proyeksi Mercator tetapi dengan sumbu yang tegak lurus dengan sumbu
               bumi. Proyeksi ini digunakan secara luas di dunia dalam berbagai skala.
               Peta-peta yang dihasilkan bisa digabungkan jika hanya berada pada zona
               yang sama dengan satu meridian tengah. Meskipun proyeksi Mercator
               diperkenalkan kali pertama oleh Gerardus Mercator pada tahun 1569,
               namun proyeksi Transverse Mercator dikembangkan oleh pak Lambert
               pada tahun 1772. Lihat gambar berikut,


    30  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                  Proyeksi Transverse Mercator. Sumber gambar: http://www.usgs.gov

               Ciri-ciri:


                            Jarak pada peta hanya benar sepanjang meridian tengah yang
                            dipilih/ditentukan oleh pembuat peta, atau selama berada diantara
                            dua garis paralel


                            Secara umum, semua jarak di peta, arah sudut, bentuk, dan luas
                            di peta hanya akurat dalam jarak sejauh 15o dari meridian pusat


                            Distorsi jarak, arah sudut, bentuk, dan luas akan meningkat secara
                            cepat di luar pita 15o tersebut


                            Garis meridian pusat dan tiap meridian yang jaraknya 90o dari
                            meridian pusat akan berupa garis lurus.


               1.4.3.3 Universal Transverse Mercator

               Sebenarnya istilah UTM lebih mengacu kepada suatu system grid dan
               penomoran. Sebab pada dasarnya, UTM merupakan Proyeksi Transverse
               Mercator dengan beberapa ketentuan tambahan, yaitu:


                            Merupakan sistem proyeksi cylindrical, conformal, secant, dan
                            transversal




    31  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




               Proyeksi UTM serta perpotongan slinder degan meridian. Sumber gambar:
                                         http://manifold.net

                       Bidang silinder memotong bola bumi pada dua meridian yang
                       disebut meridian standar dengan faktor skala 1


                       Lebar tiap zone 6° dan memiliki meridian tengah sendiri


                       Tinggi tiap zone adalah 8°. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah
                       adalah 84° LU dan 80° LS


                       Perbesaran di meridian tengah = 0.9996 (mendekati 1, karena
                       bidang berimpit dengan bumi.




    32  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                      Gambar zona ke-48 pada system grid UTM. Sumber gambar:
                                      http://www.colorado.edu

               Proyeksi     Universal   Transverse   Mercator   (UTM)    digunakan    untuk
               mendefinisikan posisi seluruh dunia dengan membaginya menjadi area
               atau zona 6°. Masing-masing zona ini diproyeksikan dengan menggunakan
               proyeksi mercator. Dengan meridian pusat sebagai pusat zona. Sedangkan
               arah vertikalnya, UTM hanya memetakan area antara 80° LU dan 84° LU.


               Dengan demikian, zona UTM dibagi menjadi 60 zona horizontal x 20 zona
               vertical. Sistem penomoran diatur sebagai berikut:


                          Untuk zona horizontal, ditandai dengan angka 1 sampai dengan
                          60. Dimulai dari 180° BB hingga 180° BT.


                          Untuk zona vertical, ditandai dengan huruf dimulai dari C hingga X
                          dengan menghilangkan huruf I dan O.

    33  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


               Aturan ini sering membuat UTM disebut sebagai system Northing-Easting,
               karena system penomoranya bergerak ke arah utara dan ke arah timur.




    34  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




    35  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


               1.4.3.4 Oblique Mercator

               Proyeksi ini diprioritaskan untuk memetakan daerah di luar khatulistiwa
               ataupun kutub, dan dikenal sebagai wilayah "Great Circle". Diperkenalkan
               kali pertama oleh Rosenmund, Laborde, Hotine dkk pada masa 1900—
               1950.




                    Proyeksi Oblique Mercator. Sumber gambar: http://www.usgs.gov

               Ciri-ciri:


                            Jarak di peta hanya benar sepanjang "Great Circle" atau sepanjang
                            garis singgung proyeksi dengan bumi


                            Semua jarak, arah sudut, bentuk, dan luas di peta hanya akurat
                            dalam jarak sejauh 15o dari meridian pusat


                            Distorsi jarak, arah sudut, bentuk, dan luas secara cepat akan
                            meningkat di luar pita 15o tersebut


                            Digunakan untuk memetakan area berbentuk panjang dengan arah
                            Utara - Selatan dan jauh dari ekuator, misalnya Cili atau Alaska.




    36  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                       Proyeksi Alaska State Plane Zone 5001. Sumber gambar:
                                      http://www.kartoweb.itc.nl

               1.4.3.5 Space Oblique Mercator

               Proyeksi ini dirancang untuk menunjukkan gambar hasil pencitraan
               lengkungan bumi oleh satelit Landsat. Ada sedikit distorsi sepanjang hasil
               penjejakan satelit, namun hanya dalam pita sempit, yaitu sekitar 15o.


               Dikembangkan kali pertamanya oleh by AP. Colvocoresses, JP. Snyder, and
               JL. Junkins pada tahun 1973–79.




                Proyeksi Space Oblique Mercator. Sumber gambar: http://www.usgs.gov




    37  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                           Proyeksi Space Oblique Mercator. Sumber gambar:
                                       http://www.colorado.edu

               1.4.3.6 Cylindrical Equal Area

               Proyeksi ini menghasilkan garis Lintang dan Bujur yang lurus dengan spasi
               antar garis lintang yang seragam namun spasi antara garis bujur tidak
               sama. Bisa dibagi menjadi Normal, Transversal, serta Oblique, sesuai
               dengan posisi sumbu proyeksinya. Peta yang dihasilkan akan memiliki
               skala yang benar pada garis tengah. Karena sifatnya pula, distorsi akan
               terjadi sesuai dengan bertambahnya jarak dari garis tengah peta.


               Beberapa jenis proyeksi ini antara lain:


                       Behrmann Cylindrical Equal-Area
                       Proyeksi ini menggunakan garis lintang 30o sebagai garis paralel
                       yang bebas distorsi. Itu artinya, garis lintang 30o menjadi daerah
                       "irisan" antara model bumi dan tabung proyeksi.




    38  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                       Proyeksi Behrman's Cylindrical Equal Area. Sumber gambar:
                                       http://www.colorado.edu

                       Gall's Stereographic Cylindrical
                       Proyeksi ini merupakan hasil dari proyeksi permukaan bumi dari
                       wilayah khatulistiwa pada media tabung (slinder) dengan metoda
                       secant yang memotong bola bumi pada garis 45o LS dan 45o LU.
                       Distorsi akan terjadi pada jarak, bentuk, dan luas area.


               1.4.3.7 Miller Cylindrical

               Digunakan untuk memetakan seluruh bumi dalam suatu bingkai persegi
               panjang. Proyeksi ini menghasilkan peta dengan garis Lintang dan Bujur
               yang lurus. Tapi garis-garis ini tidak memiliki Azimuth yang konstan.
               Sekilas mirip hasil proyeksi Mercator, namun peta yang dihasilkan tidak
               bisa digunakan untuk navigasi. Diperkenalkan kali pertama oleh OM. Miller
               pada tahun 1942.


               Beberapa ciri proyeksi ini antara lain:


                       Arah sudut peta, dan jarak di peta hanya benar sepanjang
                       khatulistiwa.


                       Distorsi jarak, luas, dan bentuk akan meningkat secara tajam pada
                       wilayah lintang "tinggi"


                       Daerah kutub digambarkan dalam bentuk lurus




    39  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


                        Peta   tidak   bersifat   equal   area,   ekuidistan,   konform,   atau
                        perspektif.




                     Proyeksi Miller Cylindrical. Sumber gambar: http://www.usgs.gov

       1.4.4    Proyeksi Pseudocylindrical (Slinder Semu)

       Proyeksi ini dibangun berdasarkan proyeksi slinder dengan pengaturan tambahan,
       yaitu:


                Garis-garis lintang (latitude) digambarkan sebagai garis lurus paralel


                Garis-garis bujur digambarkan sebagai garis kurva (kecuali meridian
                tengah yang berupa garis lurus) dengan spasi antar garis bujur yang
                seragam jaraknya.


       Beberapa proyeksi Pseudocylindrical akan dijelaskan di bawah ini.


                1.4.4.1 Proyeksi Mollweide

                Proyeksi Mollweide digunakan untuk membuat peta-peta dunia secara
                global. Merupakan proyeksi pseudocylindrical dan equal area. Garis Bujur
                Pusat (central meridian) diproyeksikan lurus, sedang garis meridian ke-90
                menjadi lengkungan lingkaran.




    40  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                                 Proyeksi Mollweide Equal Area. Sumber gambar:
                                           http://www.kartoweb.itc.nl

               1.4.4.2 Proyeksi Sinusoidal Equal Area

               Biasanya digunakan untuk membuat peta menyajikan pola penyebaran
               parameter tertentu. Bisa memiliki satu meridian tengah atau lebih.
               Diperkenalkan kali pertama oleh Cossin-Honduins sejak tahun 1570 serta
               Sanson-Flamsteed.


               Ciri-ciri:


                            Luas di peta secara proporsional sama dengan di bumi


                            Jarak di peta hanya benar sepanjang semua garis paralel dan
                            meridian tengah


                            Distorsi bentuk di peta akan meningkat saat menjauhi meridian
                            tengah dan di dekat kutub


                            Peta tidak bersifat konformal, perspektif, atau equidistant.




    41  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                      Proyeksi Sinusoidal. Sumber gambar: http://www.colorado.edu

               1.4.4.3 Proyeksi Robinson

               Diperkenalkan kali pertama oleh Arthur H. Robinson pada 1963. Proyeksi
               ini menggunakan tabel koordinat dalam pembuatannya dan bukannya
               rumus matematika, sehingga dunia yang dipetakan seolah-olah benar. Tapi
               peta ini mengandung distorsi (cacat) dalam hal bentuk, luas, skala, serta
               jarak pada peta yang dihasilkan. Peta-peta dunia dari National Geographic
               banyak menggunakan proyeksi ini.


               Ciri-ciri:


                            Sudut peta memiliki arah yang benar di semua garis paralel dan
                            sepanjang garis meridian pusat.


                            Jarak yang konstan sepanjang khatulistiwa dan garis lintang
                            lainnya, tapi dengan skala yang variatif


                            Skala yang benar dalam area antara 38o LS dan 38o LU, dan
                            konstan sepanjang berada dalam garis lintang yang sama


                            Distorsi yang besar akan terjadi di wilayah kutub.


                            Peta tidak bersifat konformal, equal area, ekuidistan, ataupun
                            perspektif.




    42  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 




                      Proyeksi Robinson. Sumber gambar: http://www.kartoweb.itc.nl

         Masih ada beberapa proyeksi Pseudocylindrical yang lain, namun tidak akan
         dibahas di sini, seperti proyeksi Eckert yang terbagi menjadi Eckert IV Equal Area
         dan Eckert VI Equal Area.


1.5      Penggunaan Proyeksi

Dengan beragamnya jenis proyeksi ini, maka banyak pula pilihan bagi pembuat peta.
Masing-masing proyeksi ini punya kelebihan sesuai dengan sifatnya, dan hanya cocok bila
digunakan untuk memetakan wilayah tertentu. Artikel yang terdapat di http://manifold.net
memberi rekomendasi sebagai berikut:


Area yang akan Dipetakan             Proyeksi yang Dianjurkan

                                     Gunakan proyeksi Robinson atau Miller Cylindrical.
Seluruh Dunia
                                     Proyeksi Robinson cukup sesuai untuk peta tematik.

                                      - Untuk wulayah Amerika Utara dan Eurasia,
                                        gunakan proyeksi Lambert Conformal Conical.
                                      - Untuk wilayah Amerika Selatan dan Afrika,
Benua                                   gunakan Lambert Azimuthal Equal Area atau
                                      Ortografik.
                                      - Untuk wilayah Australia dan Antartika,
                                        gunakan Ortografik.




      43  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


                                - Untuk wilayah semacam Amerika Serikat, Kanada,
                                Rusia,
                                  atau RRCina, gunakan Lambert Conformal Conic.
Daerah dengan orientasi         - Untuk wilayah Eropa, baik Lambert Conformal Conic
Timur - Barat                     atau Ortografik bisa digunakan.
                                - Untuk wilayah lain yang daerahnya berorientasi
                                  Timur - Berat, gunakan Ortografik
                                  atau Lambert Azimuthal Equal Area

Kutub                           Ortografik atau Lambert Azimuthal Equal Area

Samudera                        Ortografik atau Lambert Azimuthal Equal Area

Negara / Daerah Kecil           Ortografik

                                Daerah yang panjang, sempit, dan arahnya utara selatan
Daerah dengan orientasi         seperti negara Cili, sangat cocok menggunakan proyeksi
Utara - Selatan                 Transvere Mercator. Daerah "oblique" seperti alaska,
                                biasanya dipetakan dengan proyeksi Oblique Mercator




    44  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 
 


                                             Maraji'


Buku


1.         Sandy, I Made, Esensi Kartografi, Jurusan Geografi FMIPA UI, Jakarta, 1987.


2.         Prihandito, A., Proyeksi Peta, Kanisius, Yogyakarta, 1988.


3.         Prijatna, Kosasih., Proyeksi Peta - Hand Out Kuliah, Fakultas Teknik Geodesi ITB,
           Bandung, 2005.


4.         Sutama, Drs., Skala Dan Proyeksi - Modul Ajar SMA No. Geo.I.03, tanpa tempat
           terbit, tanpa tahun terbit.


5.         Sosrodarsono, S. dan Takasaki, M. (Editor), Pengukuran Topografi dan Teknik
           Pemetaan, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1983.


Situs


6.         http://www.geodesi.info


7.         http://www.colorado.edu


8.         http://www.kartoweb.itc.nl


9.         http://www.geomatika.its.ac.id


10.        http://www.e-edukasi.net


11.        http://agussupriyanto.blogspot.com



*Anggota ASTACALA, Perhimpunan Mahasiswa Pencinta Alam ITTelkom


Copyright : Diperbolehkan mengutip keseluruhan atau sebahagian dari isi dokumen ini
dengan atau tanpa ijin penulis dengan tetap menyajikan kredit penulis.




        45  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM 
 

More Related Content

What's hot

Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0oriza steva andra
 
geodesi satelit survey
geodesi satelit surveygeodesi satelit survey
geodesi satelit surveyAbdul Jalil
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialFaisal Widodo Bancin
 
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitSistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitRetno Pratiwi
 
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesiContoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesiMega Yasma Adha
 
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMakalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMega Yasma Adha
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri DasarLaporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri DasarAhmad Dani
 
Metode gridding-pada-software-surfer
Metode gridding-pada-software-surferMetode gridding-pada-software-surfer
Metode gridding-pada-software-surferFitra Rayhan Akbar
 
Pengantar kartografi
Pengantar kartografiPengantar kartografi
Pengantar kartografijetgeo96
 
Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1khalid munandar
 
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soalGd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soalTaufiq Rifai
 
PENGINDERAAN JAUH KAJIAN GEOMORFOLOGI
PENGINDERAAN JAUH KAJIAN GEOMORFOLOGIPENGINDERAAN JAUH KAJIAN GEOMORFOLOGI
PENGINDERAAN JAUH KAJIAN GEOMORFOLOGIInarotul Faiza
 
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Wachidatin N C
 

What's hot (20)

Transformasi Datum
Transformasi DatumTransformasi Datum
Transformasi Datum
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
 
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0
 
Garis kontur
Garis konturGaris kontur
Garis kontur
 
geodesi satelit survey
geodesi satelit surveygeodesi satelit survey
geodesi satelit survey
 
pci geomatica
pci geomaticapci geomatica
pci geomatica
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
 
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitSistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
 
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesiContoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
 
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMakalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri DasarLaporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
 
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan PemetaanTugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
 
Metode gridding-pada-software-surfer
Metode gridding-pada-software-surferMetode gridding-pada-software-surfer
Metode gridding-pada-software-surfer
 
Makalah geomatika
Makalah geomatika Makalah geomatika
Makalah geomatika
 
Pengantar kartografi
Pengantar kartografiPengantar kartografi
Pengantar kartografi
 
Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1
 
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soalGd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
 
PROYEKSI PETA
PROYEKSI PETAPROYEKSI PETA
PROYEKSI PETA
 
PENGINDERAAN JAUH KAJIAN GEOMORFOLOGI
PENGINDERAAN JAUH KAJIAN GEOMORFOLOGIPENGINDERAAN JAUH KAJIAN GEOMORFOLOGI
PENGINDERAAN JAUH KAJIAN GEOMORFOLOGI
 
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
 

Viewers also liked

Sistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi PetaSistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi PetaSyamsul Falah
 
Abstract - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy ...
Abstract - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy ...Abstract - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy ...
Abstract - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy ...Laili Aidi
 
Music Service Monetization 2.0
Music Service Monetization 2.0Music Service Monetization 2.0
Music Service Monetization 2.0Laili Aidi
 
Paper - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy to ...
Paper - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy to ...Paper - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy to ...
Paper - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy to ...Laili Aidi
 
Tugas ii sig isp2 akhir
Tugas ii sig   isp2 akhirTugas ii sig   isp2 akhir
Tugas ii sig isp2 akhirSepli Umbase
 
Laporan kimia praktikum 1
Laporan kimia praktikum 1Laporan kimia praktikum 1
Laporan kimia praktikum 1Ryuzaeky Ika
 
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Unjani
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar UnjaniLaporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Unjani
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Unjanimetalujay
 
Mobile Music Business Models in Asia's Emerging Markets
Mobile Music Business Models in Asia's Emerging MarketsMobile Music Business Models in Asia's Emerging Markets
Mobile Music Business Models in Asia's Emerging MarketsLaili Aidi
 
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...TPRP Strategic Partner
 
Canal Regulation & Cross Drainage Works
Canal Regulation & Cross Drainage WorksCanal Regulation & Cross Drainage Works
Canal Regulation & Cross Drainage WorksGAURAV. H .TANDON
 
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di LaboratoriumLaporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di LaboratoriumTaufik Sukmana
 
Vehicle Body Engineering - Introduction
Vehicle Body Engineering - IntroductionVehicle Body Engineering - Introduction
Vehicle Body Engineering - IntroductionRajat Seth
 

Viewers also liked (13)

Bab 4 proyeksi peta
Bab 4 proyeksi petaBab 4 proyeksi peta
Bab 4 proyeksi peta
 
Sistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi PetaSistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi Peta
 
Abstract - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy ...
Abstract - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy ...Abstract - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy ...
Abstract - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy ...
 
Music Service Monetization 2.0
Music Service Monetization 2.0Music Service Monetization 2.0
Music Service Monetization 2.0
 
Paper - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy to ...
Paper - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy to ...Paper - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy to ...
Paper - Competing or Aligning? Assessment for Telecom Operator's strategy to ...
 
Tugas ii sig isp2 akhir
Tugas ii sig   isp2 akhirTugas ii sig   isp2 akhir
Tugas ii sig isp2 akhir
 
Laporan kimia praktikum 1
Laporan kimia praktikum 1Laporan kimia praktikum 1
Laporan kimia praktikum 1
 
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Unjani
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar UnjaniLaporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Unjani
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Unjani
 
Mobile Music Business Models in Asia's Emerging Markets
Mobile Music Business Models in Asia's Emerging MarketsMobile Music Business Models in Asia's Emerging Markets
Mobile Music Business Models in Asia's Emerging Markets
 
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
 
Canal Regulation & Cross Drainage Works
Canal Regulation & Cross Drainage WorksCanal Regulation & Cross Drainage Works
Canal Regulation & Cross Drainage Works
 
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di LaboratoriumLaporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di Laboratorium
 
Vehicle Body Engineering - Introduction
Vehicle Body Engineering - IntroductionVehicle Body Engineering - Introduction
Vehicle Body Engineering - Introduction
 

Similar to SISTEM PROYEKSI PETA

Modul arc gis tingkat dasar
Modul arc gis tingkat dasarModul arc gis tingkat dasar
Modul arc gis tingkat dasardanasmara
 
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton)
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton)2002 12 sni 03-2847-2002 (beton)
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton)franst
 
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 22002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2Fuad CR
 
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasiKp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasiArizki_Hidayat
 
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gable
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gablePerancangan struktur kuda kuda baja tipe gable
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gableAfret Nobel
 
61607365 pompa-hidram
61607365 pompa-hidram61607365 pompa-hidram
61607365 pompa-hidramRandu Mulia
 
Rsni t 03-2005. jembatan
Rsni t 03-2005. jembatanRsni t 03-2005. jembatan
Rsni t 03-2005. jembataniky
 
Spesifikasi lampu penerangan jalan perkotaan
Spesifikasi lampu penerangan jalan perkotaanSpesifikasi lampu penerangan jalan perkotaan
Spesifikasi lampu penerangan jalan perkotaanKetut Swandana
 
Tesis Kebutuhan Perlengkapan Jalan
Tesis Kebutuhan Perlengkapan JalanTesis Kebutuhan Perlengkapan Jalan
Tesis Kebutuhan Perlengkapan Jalanoktariansyah
 
Dokumentasi open streetmap reimplementation
Dokumentasi open streetmap reimplementationDokumentasi open streetmap reimplementation
Dokumentasi open streetmap reimplementationThe World Bank
 
Modul 5 Lembar Sebar
Modul 5   Lembar SebarModul 5   Lembar Sebar
Modul 5 Lembar SebarAan Solo
 
Analisis Rate of Return Softskill
Analisis Rate of Return SoftskillAnalisis Rate of Return Softskill
Analisis Rate of Return SoftskillHermawan Hermawan
 
pengelolaan Lumpur tinja
pengelolaan Lumpur tinjapengelolaan Lumpur tinja
pengelolaan Lumpur tinjaMuassisAndang1
 

Similar to SISTEM PROYEKSI PETA (20)

Modul arc gis tingkat dasar
Modul arc gis tingkat dasarModul arc gis tingkat dasar
Modul arc gis tingkat dasar
 
Proposal penelitian winandar
Proposal penelitian winandarProposal penelitian winandar
Proposal penelitian winandar
 
dafisi antara.docx
dafisi antara.docxdafisi antara.docx
dafisi antara.docx
 
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton)
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton)2002 12 sni 03-2847-2002 (beton)
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton)
 
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 22002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2
 
Bendungan tipe urugan
Bendungan tipe uruganBendungan tipe urugan
Bendungan tipe urugan
 
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasiKp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
 
Eksum
EksumEksum
Eksum
 
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gable
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gablePerancangan struktur kuda kuda baja tipe gable
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gable
 
61607365 pompa-hidram
61607365 pompa-hidram61607365 pompa-hidram
61607365 pompa-hidram
 
Kp 03 2010 saluran
Kp 03 2010 saluranKp 03 2010 saluran
Kp 03 2010 saluran
 
Kp 01 jaringan
Kp 01 jaringanKp 01 jaringan
Kp 01 jaringan
 
Rsni t 03-2005. jembatan
Rsni t 03-2005. jembatanRsni t 03-2005. jembatan
Rsni t 03-2005. jembatan
 
Spesifikasi lampu penerangan jalan perkotaan
Spesifikasi lampu penerangan jalan perkotaanSpesifikasi lampu penerangan jalan perkotaan
Spesifikasi lampu penerangan jalan perkotaan
 
Tesis Kebutuhan Perlengkapan Jalan
Tesis Kebutuhan Perlengkapan JalanTesis Kebutuhan Perlengkapan Jalan
Tesis Kebutuhan Perlengkapan Jalan
 
Dokumentasi open streetmap reimplementation
Dokumentasi open streetmap reimplementationDokumentasi open streetmap reimplementation
Dokumentasi open streetmap reimplementation
 
Modul 5 Lembar Sebar
Modul 5   Lembar SebarModul 5   Lembar Sebar
Modul 5 Lembar Sebar
 
Analisis Rate of Return Softskill
Analisis Rate of Return SoftskillAnalisis Rate of Return Softskill
Analisis Rate of Return Softskill
 
Soft skill
Soft skillSoft skill
Soft skill
 
pengelolaan Lumpur tinja
pengelolaan Lumpur tinjapengelolaan Lumpur tinja
pengelolaan Lumpur tinja
 

More from Laili Aidi

Stream Control Transmission Protocol (SCTP) - Introduction
Stream Control Transmission Protocol (SCTP) - IntroductionStream Control Transmission Protocol (SCTP) - Introduction
Stream Control Transmission Protocol (SCTP) - IntroductionLaili Aidi
 
Internet of Things
Internet of ThingsInternet of Things
Internet of ThingsLaili Aidi
 
Study Abroad in the Land of Nobel
Study Abroad in the Land of NobelStudy Abroad in the Land of Nobel
Study Abroad in the Land of NobelLaili Aidi
 
Go International: Challenges and Opportunities
Go International: Challenges and OpportunitiesGo International: Challenges and Opportunities
Go International: Challenges and OpportunitiesLaili Aidi
 
Master Thesis Report: Business Models for Mobile Broadband Media Services – C...
Master Thesis Report: Business Models for Mobile Broadband Media Services – C...Master Thesis Report: Business Models for Mobile Broadband Media Services – C...
Master Thesis Report: Business Models for Mobile Broadband Media Services – C...Laili Aidi
 
Master Thesis Presentation: Business Models for Mobile Broadband Media Servic...
Master Thesis Presentation: Business Models for Mobile Broadband Media Servic...Master Thesis Presentation: Business Models for Mobile Broadband Media Servic...
Master Thesis Presentation: Business Models for Mobile Broadband Media Servic...Laili Aidi
 
Master Thesis Proposal Presentation: Business Models for Mobile-broadband Med...
Master Thesis Proposal Presentation: Business Models for Mobile-broadband Med...Master Thesis Proposal Presentation: Business Models for Mobile-broadband Med...
Master Thesis Proposal Presentation: Business Models for Mobile-broadband Med...Laili Aidi
 
Master Thesis Proposal: Business Models for Mobile-broadband Media Services –...
Master Thesis Proposal: Business Models for Mobile-broadband Media Services –...Master Thesis Proposal: Business Models for Mobile-broadband Media Services –...
Master Thesis Proposal: Business Models for Mobile-broadband Media Services –...Laili Aidi
 
Steganography Tool & Steganography Detection Tool - Presentation
Steganography Tool & Steganography Detection Tool - PresentationSteganography Tool & Steganography Detection Tool - Presentation
Steganography Tool & Steganography Detection Tool - PresentationLaili Aidi
 
Delay Tolerant Network - Presentation
Delay Tolerant Network - PresentationDelay Tolerant Network - Presentation
Delay Tolerant Network - PresentationLaili Aidi
 
Delay Tolerant Network - Journal
Delay Tolerant Network - JournalDelay Tolerant Network - Journal
Delay Tolerant Network - JournalLaili Aidi
 
Dimensioning and Cost Structure Analysis of Wide Area Data Service Network - ...
Dimensioning and Cost Structure Analysis of Wide Area Data Service Network - ...Dimensioning and Cost Structure Analysis of Wide Area Data Service Network - ...
Dimensioning and Cost Structure Analysis of Wide Area Data Service Network - ...Laili Aidi
 
Analysis of WiMAX regulation in South Korea and Indonesia - Presentation
Analysis of WiMAX regulation in South Korea and Indonesia - PresentationAnalysis of WiMAX regulation in South Korea and Indonesia - Presentation
Analysis of WiMAX regulation in South Korea and Indonesia - PresentationLaili Aidi
 
SNMP Project: SNMP-based Network Anomaly Detection Using Clustering
SNMP Project: SNMP-based Network Anomaly Detection Using ClusteringSNMP Project: SNMP-based Network Anomaly Detection Using Clustering
SNMP Project: SNMP-based Network Anomaly Detection Using ClusteringLaili Aidi
 
Sweden’s Telecom Markets, Actors & Roles - Presentation
Sweden’s Telecom Markets, Actors & Roles - PresentationSweden’s Telecom Markets, Actors & Roles - Presentation
Sweden’s Telecom Markets, Actors & Roles - PresentationLaili Aidi
 
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Final Report
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Final ReportCondroid KTH Summer CSD 2011 - Final Report
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Final ReportLaili Aidi
 
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Lesson Learned and Individual Contribution List
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Lesson Learned and Individual Contribution ListCondroid KTH Summer CSD 2011 - Lesson Learned and Individual Contribution List
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Lesson Learned and Individual Contribution ListLaili Aidi
 
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Press Release
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Press ReleaseCondroid KTH Summer CSD 2011 - Press Release
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Press ReleaseLaili Aidi
 
Condroid WSN/DTN Gateway - System Architecture & Requirement
Condroid WSN/DTN Gateway - System Architecture & Requirement Condroid WSN/DTN Gateway - System Architecture & Requirement
Condroid WSN/DTN Gateway - System Architecture & Requirement Laili Aidi
 
Condroid WSN/DTN Gateway - User Manual & Installation Guide
Condroid WSN/DTN Gateway - User Manual & Installation GuideCondroid WSN/DTN Gateway - User Manual & Installation Guide
Condroid WSN/DTN Gateway - User Manual & Installation GuideLaili Aidi
 

More from Laili Aidi (20)

Stream Control Transmission Protocol (SCTP) - Introduction
Stream Control Transmission Protocol (SCTP) - IntroductionStream Control Transmission Protocol (SCTP) - Introduction
Stream Control Transmission Protocol (SCTP) - Introduction
 
Internet of Things
Internet of ThingsInternet of Things
Internet of Things
 
Study Abroad in the Land of Nobel
Study Abroad in the Land of NobelStudy Abroad in the Land of Nobel
Study Abroad in the Land of Nobel
 
Go International: Challenges and Opportunities
Go International: Challenges and OpportunitiesGo International: Challenges and Opportunities
Go International: Challenges and Opportunities
 
Master Thesis Report: Business Models for Mobile Broadband Media Services – C...
Master Thesis Report: Business Models for Mobile Broadband Media Services – C...Master Thesis Report: Business Models for Mobile Broadband Media Services – C...
Master Thesis Report: Business Models for Mobile Broadband Media Services – C...
 
Master Thesis Presentation: Business Models for Mobile Broadband Media Servic...
Master Thesis Presentation: Business Models for Mobile Broadband Media Servic...Master Thesis Presentation: Business Models for Mobile Broadband Media Servic...
Master Thesis Presentation: Business Models for Mobile Broadband Media Servic...
 
Master Thesis Proposal Presentation: Business Models for Mobile-broadband Med...
Master Thesis Proposal Presentation: Business Models for Mobile-broadband Med...Master Thesis Proposal Presentation: Business Models for Mobile-broadband Med...
Master Thesis Proposal Presentation: Business Models for Mobile-broadband Med...
 
Master Thesis Proposal: Business Models for Mobile-broadband Media Services –...
Master Thesis Proposal: Business Models for Mobile-broadband Media Services –...Master Thesis Proposal: Business Models for Mobile-broadband Media Services –...
Master Thesis Proposal: Business Models for Mobile-broadband Media Services –...
 
Steganography Tool & Steganography Detection Tool - Presentation
Steganography Tool & Steganography Detection Tool - PresentationSteganography Tool & Steganography Detection Tool - Presentation
Steganography Tool & Steganography Detection Tool - Presentation
 
Delay Tolerant Network - Presentation
Delay Tolerant Network - PresentationDelay Tolerant Network - Presentation
Delay Tolerant Network - Presentation
 
Delay Tolerant Network - Journal
Delay Tolerant Network - JournalDelay Tolerant Network - Journal
Delay Tolerant Network - Journal
 
Dimensioning and Cost Structure Analysis of Wide Area Data Service Network - ...
Dimensioning and Cost Structure Analysis of Wide Area Data Service Network - ...Dimensioning and Cost Structure Analysis of Wide Area Data Service Network - ...
Dimensioning and Cost Structure Analysis of Wide Area Data Service Network - ...
 
Analysis of WiMAX regulation in South Korea and Indonesia - Presentation
Analysis of WiMAX regulation in South Korea and Indonesia - PresentationAnalysis of WiMAX regulation in South Korea and Indonesia - Presentation
Analysis of WiMAX regulation in South Korea and Indonesia - Presentation
 
SNMP Project: SNMP-based Network Anomaly Detection Using Clustering
SNMP Project: SNMP-based Network Anomaly Detection Using ClusteringSNMP Project: SNMP-based Network Anomaly Detection Using Clustering
SNMP Project: SNMP-based Network Anomaly Detection Using Clustering
 
Sweden’s Telecom Markets, Actors & Roles - Presentation
Sweden’s Telecom Markets, Actors & Roles - PresentationSweden’s Telecom Markets, Actors & Roles - Presentation
Sweden’s Telecom Markets, Actors & Roles - Presentation
 
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Final Report
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Final ReportCondroid KTH Summer CSD 2011 - Final Report
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Final Report
 
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Lesson Learned and Individual Contribution List
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Lesson Learned and Individual Contribution ListCondroid KTH Summer CSD 2011 - Lesson Learned and Individual Contribution List
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Lesson Learned and Individual Contribution List
 
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Press Release
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Press ReleaseCondroid KTH Summer CSD 2011 - Press Release
Condroid KTH Summer CSD 2011 - Press Release
 
Condroid WSN/DTN Gateway - System Architecture & Requirement
Condroid WSN/DTN Gateway - System Architecture & Requirement Condroid WSN/DTN Gateway - System Architecture & Requirement
Condroid WSN/DTN Gateway - System Architecture & Requirement
 
Condroid WSN/DTN Gateway - User Manual & Installation Guide
Condroid WSN/DTN Gateway - User Manual & Installation GuideCondroid WSN/DTN Gateway - User Manual & Installation Guide
Condroid WSN/DTN Gateway - User Manual & Installation Guide
 

SISTEM PROYEKSI PETA

  • 1.   6/02/2009 ARIEF TJAHYADI  SISTEM PROYEKSI PETA    ASTACALA PERHIMPUNAN MAHASISWA PECINTA ALAM ITTELKOM  
  • 2.   Daftar Isi Daftar Isi .............................................................................................................. ii Sistem Proyeksi Peta........................................................................................... 3 1.1 Teknik Dasar Proyeksi Peta .............................................................. 5 1.1.1 Referensi Ellipsoid ............................................................... 6 1.1.2 Datum Geodetik .................................................................. 8 1.1.3 Penentuan Teknik Proyeksi ................................................... 9 1.2 Pembagian Sistem Proyeksi .............................................................. 10 1.3 Sistem Proyeksi .............................................................................. 11 1.3.1 Berdasarkan Sifat yang Dipertahankan ................................... 11 1.3.1.1 Proyeksi Ekuivalen ................................................. 11 1.3.1.2 Proyeksi Konform ................................................... 11 1.3.1.3 Proyeksi Ekuidistan ................................................ 11 1.3.2 Berdasarkan Cara Penurunan Peta ......................................... 11 1.3.2.1 Proyeksi Geometris ................................................ 11 1.3.2.2 Proyeksi Matematis ................................................ 11 1.3.2.3 Proyeksi Semi Geometris......................................... 11 1.3.3 Berdasarkan Posisi Sumbu Proyeksi ....................................... 12 1.3.3.1 Normal ................................................................. 12 1.3.3.2 Transversal ........................................................... 12 1.3.3.3 Oblique................................................................. 12 1.3.4 Berdasarkan Media Proyeksi ................................................. 13 1.3.4.1 Azhimuthal............................................................ 13 1.3.4.2 Conical ................................................................. 15 1.3.4.3 Cylindrical ............................................................. 16 1.3.5 Berdasarkan Titik Singgung dengan Bidang Proyeksi ................ 18 1.3.5.1 Tangent ................................................................ 18 1.3.5.2 Secant.................................................................. 19 1.4 Proyeksi Gubahan (Arbitraty)............................................................ 19 1.4.1 Berdasarkan Proyeksi Azimuthal ............................................ 19 1.4.1.1 Azimuthal Equidistant ............................................. 19 1.4.1.2 Lambert Azimuthal Equal Area ................................. 21 1.4.1.3 Orthographic ......................................................... 22 1.4.1.4 Stereographic ........................................................ 24 1.4.2 Berdasarkan Proyeksi Kerucut (Conical).................................. 25 1.4.2.1 Proyeksi Albers Equal Area Conic .............................. 25 1.4.2.2 Equidistant Conic ................................................... 26 1.4.2.3 Lambert Conformal Conic ........................................ 26 1.4.2.4 Polyconic .............................................................. 28 1.4.3 Berdasarkan Proyeksi Slinder ................................................ 29 1.4.3.1 Mercator ............................................................... 29 1.4.3.2 Transverse Mercator ............................................... 30 1.4.3.3 Universal Transverse Mercator ................................. 31 1.4.3.4 Oblique Mercator.................................................... 36 1.4.3.5 Space Oblique Mercator .......................................... 37 1.4.3.6 Cylindrical Equal Area ............................................. 38 1.4.3.7 Miller Cylindrical .................................................... 39 1.4.4 Proyeksi Pseudocylindrical (Slinder Semu) .............................. 40 1.4.4.1 Proyeksi Mollweide ................................................. 40 1.4.4.2 Proyeksi Sinusoidal Equal Area ................................. 41 1.4.4.3 Proyeksi Robinson .................................................. 42 1.5 Penggunaan Proyeksi ...................................................................... 43 Maraji' 45   ii
  • 3.   Sistem Proyeksi Peta oleh: Arief Tjahyadi (A - 008 - PR) * Proyeksi adalah suatu cara untuk menyajikan suatu objek dengan bentuk dan dimensi tertentu ke dalam bentuk dan dimensi lain. Proyeksi peta berarti cara untuk mengkonversi posisi tiga dimensi dari suatu titik di permukaan bumi ke representasi posisi dua dimensi pada media peta. Sistem proyeksi peta berarti segala hal (termasuk model matematis) yang menyangkut penggambaran permukaan bumi pada media dua dimensi. Singkatnya, proyeksi peta berarti cara untuk menggambarkan bumi yang berbentuk bulat ke atas media yang datar, seperti kertas. Dari segi bentuk, mungkin representasi terbaik bagi bumi adalah globe. Pada globe, arah, bentuk, luas, serta jarak memiliki nilai perbandingan yang benar dengan kondisi sesungguhnya. Namun globe memiliki keterbatasan di sisi dimensi, sebab tak mungkin membuat globe yang berisi informasi secara detil karena skalanya terlalu kecil. Lagipula, globe tidak nyaman untuk dibawa-bawa, disamping ongkos pembuatan dalam skala massal yang relatif mahal. Sistem proyeksi peta yang baik harus memenuhi beberapa kriteria seperti: Bentuk yang terdapat di atas permukaan bumi tidak mengalami perubahan, persis seperti pada gambar peta di globe bumi. Bentuk kepala burung di muka bumi, setelah diproyeksikan ke selembar peta harus berbentuk kepala burung juga, bukan menjadi kepala unta Luas permukaan tidak berubah (setelah memperhitungkan faktor skala) Jarak antar titik di atas permukaan bumi yang diproyeksikan harus tetap (setelah memperhitungkan faktor skala) Arah dan sudut antara titik yang satu dengan yang lain harus tetap dan tidak mengalami perubahan sedikitpun (setelah memperhitungkan faktor skala). Ini menimbulkan persoalan tersendiri, sebab teknik proyeksi ke bidang datar tidak memungkinkan untuk memenuhi seluruh prasyarat tersebut. Sebagai ilustrasi, perhatikan gambar berikut:  
  • 4.   Prinsip proyeksi berupa pembuatan peta dari bentuk bola (globe) ke bidang datar (peta). Sumber gambar: http://e-edukasi.net Dari gambar di atas, dapat dilihat perubahan dari posisi titik di globe ke bidang datar, seperti gambar berikut: Perubahan dari posisi titik di globe ke bidang datar. Sumber gambar: http://e-edukasi.net Ini menunjukkan adanya distorsi (cacat) pada gambar yang dihasilkan, karena jarak A — B menjadi lebih panjang dari yang seharusnya. Sedangkan jarak C — D menjadi lebih pendek. Agar lebih jelas, perhatikan "irisan" bola bumi ke dalam bentuk bidang datar sebagai berikut: 4  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 5.   Irisan bumi menjadi bidang datar. Sumber gambar: http://e-edukasi.net Terlihat dari gambar tersebut, bahwa mustahil untuk memetakan bumi ke bidang datar secara utuh dan sempurna. Maka berkembanglah berbagai teknik dari sistem proyeksi peta yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Proyeksi yang baik untuk memetakan wilayah kutub, belum tentu baik pula saat diterapkan di wilayah ekuator. Maka distorsi pada proyeksi peta merupakan sesuatu yang tidak mungkin terhindarkan. 1.1 Teknik Dasar Proyeksi Peta Sebelum melakukan proyeksi peta, terlebih dahulu harus dibuat atau diasumsikan sebuah model bagi bumi. Hal ini dilakukan karena bumi tidak berbentuk bulat sempurna, melainkan lebih mendekati bentuk telur (ellipsoid) dengan permukaan yang tidak rata. Istilah Ellipsoid ini sinonim dengan Spheroid yang dipakai untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform (tidak seragam permukaannya), maka terkadang digunakanlah istilah Geoid untuk menyatakan bentuk Ellipsoid yang tidak rata. Selain itu, bentuk bumi di daerah khatulistiwa lebih menggelembung dibandingkan daerah kutub yang justru cenderung datar. Diameter di khatulistiwa ternyata lebih besar daripada di kutub. Maka untuk keperluan proyeksi peta, dibuatlah suatu model yang mendekati bentuk bumi. Model ini disebut Ellipsoid Referensi (Refference Ellipsoid). Ada bermacam model yang telah dibuat. Model yang dipilih ini akan menjadi acuan bagi pengambilan data yang diperlukan untuk melakukan proyeksik peta. Lihat gambar berikut: 5  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 6.   Tahapan proyeksi peta. Sumber gambar: http://gd.itb.ac.id Setelah model ini dibuat, barulah dilakukan tahapan proyeksi selanjutnya. Tahapan proyeksi yang penuh perhitungan matematis dengan berbagai persamaan trigonometri dan pemahaman geometri itu tidak akan dibahas di sini. 1.1.1 Referensi Ellipsoid Referensi Elpsoid adalah model matematis bumi. Model ini terdiri dari tiga parameter, yaitu jari-jari kutub, jari-jari ekuator, serta kerataan atau kegepengan (flattening). Secara matematis, model ini dapat dituliskan sebagai berikut: a = jari-jari ekuator = sumbu panjang b = jari-jari kutub = sumbu pendek f = kerataan (kegepengan) = flattening = (a - b) / a 6  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 7.   b = Sumbu Pendek Semi Minor Axis b a = Sumbu Panjang Semi Major Axis a f = Fattening = Kerataan Ellipsoid Referensi. Ellipsoid Referensi ini digunakan untuk menentukan Datum, yaitu titik referensi pengukuran yang diguanakan dalam pemetaan skala besar. Sampai saat ini, jumlah Ellipsoid Referensi yang sudah dibuat tidaklah sedikit dan memiliki nilai parameter yang tidak sama. Berikut beberapa contohnya: Tabel 1. Beberapa Ellipsoid Referensi SemiMajor Axis Nama Ellipsoid (a) 1/f (meter) Bessel 1841 6377397,155 299,1528128 Clarke 1866 6378206,4 294,9786982 6377276.345 Everest (India 1830) 300,8017 Everest (India 1956) 6377301.243 300,8017 Everest (Pakistan) 6377309.613 300,8017 WGS 72 6378135 298,26 Indonesian 1974 6378160 298,247 GRS 80 6378137 298,257222101 WGS 84 6378137 298,257223563 Dan Lain-Lain Pengukuran untuk pembuatan Ellipsoid Referensi semakin akurat karena kemajuan teknologi. Hingga saat ini WGS 84 dianggap sebagai Ellipsoid Referensi yang terbaik. Konon, rasio penyimpangannya hanya 1/100.000 saja (-100 meter hingga +60 meter). Dari Ellipsoid Referensi yang ada ini, ditentukanlah Datum Geodetik yang akan digunakan untuk melakukan pemetaan. 7  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 8.   1.1.2 Datum Geodetik Pemilihan sistem koordinat dengan mengadopsi suatu bentuk ellipsoid serta menetapkan posisi dan orientasi ellipsoid tersebut terhadap Bumi, dinamakan Datum Geodetik. Ellipsoid Referensi yang dipilih adalah yang dianggap paling akurat, sesuai, atau yang terbaik untuk daerah obyek pemetaan (paling mendekati kenyataan). Datum Geodetik merupakan acuan untuk melakukan proyeksi bumi pada suatu daerah tertentu . Maka tiap satu daerah dengan daerah lain, bisa saja memiliki datum geodetik yang berbeda saat melakukan proyeksi peta. Dalam sejarah pemetaan di Indonesia, telah terjadi beberapa kali perubahan datum geodetik yang digunakan. Pertama, untuk penggunaan sejak tahun 1870 (oleh pemerintah kolonial Belanda) hingga tahun 1974, Datum Geodetik menggunakan Ellipsoid Bessel 1851 (a : 6.377.563 m ; f : 1/299,3) dan sistem koordinat relatif dan posisi Ellipsoid bermacam-macam. Untuk Jawa - Nusa Tenggara - Sumatera dipakai titik di Gunung Genuk, di sekitar Semarang sebagai titik awal sistem (berhimpitan dengan titik Gunung Genuk di Jawa Tengah) dan dinamakan Datum Genuk. Di Kalimantan ada 2 datum, yaitu Datum Gunung Raya di Kalimantan Barat dan Datum Serindung di Kalimantan Timur (keduanya terpisah). Untuk Sulawesi dipakai Datum Monconglowe di Sulawesi Selatan. Selain itu juga ada beberapa datum di Maluku dan di Papua. Datum yang terpisah-pisah ini membuat sistem geografis menjadi terpisah-pisah juga, sehingga menyulitkan kita membangun suatu Sistem Informasi Geografis yang integratif. Hal ini akibat penggunaan teknologi pengukuran optik (yang mengukur sudut-sudut antara titik-titik di Bumi dalam suatu jaringan Triangulasi atau jaringan sudut segi tiga) yang tidak memungkinkan pengukuran langsung untuk menghubungkan posisi antara pulau-pulau yang berjauhan. Jarak yang dapat diukur antara 2 titik dengan pengukuran optik maksimum 60 km jika anda berada di atas gunung 3.000 m dpl tingginya. Lebih dari itu, teknologi ini tidak memadai lagi. Kedua, dalam program Pemetaan Dasar Nasional yang dimulai pada masa Repelita I (1960-1974). Ini bertepatan dengan dibentuknya Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) pada tahun 1969, dan dimulainya program penyatuan sistem referensi. Tujuan utamanya untuk membangun sistem informasi 8  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 9.   geografis yang integratif di Indonesia. Pada masa ini teknologi pun telah berkembang dengan munculnya penentuan posisi dengan satelit, yang pada waktu itu dinamakan Sistem Satelit Doppler dari US Navy Navigation Satellite System (NNSS). Sistem triangulasi yang digunakan pada masa sebelumnya telah ditinggalkan. Dengan teknologi ini seluruh datum Indonesia yang terpisah telah disatukan ke dalam satu sistem, walaupun pada waktu itu kita masih mengadopsi sistem relatif terhadap satu titik di muka Bumi yang dipakai sebagai acuan. Untuk itu Bakosurtanal memutuskan untuk memilih satu titik triangulasi di Padang sebagai titik awal sistem dan dinamakan Datum Padang. Kemudian Datum Padang ini dinamakan dengan nama baku yang terkait dengan tahun penetapannya, yaitu Datum Indonesia 1974 (Indonesian Datum 1974 atau ID-74). Dalam datum tunggal ini Indonesia mengganti ellipsoid Bessel 1841 dengan ellipsoid yang diadopsi secara internasional pada waktu itu, yaitu GRS 1967 (Geodetic Reference System 1967) dengan nilai a : 6.378.160 m dan f : 1/298,25. Ketiga, ketika setelah berkembangnya teknologi GPS (Global Positioning System),. Pada masa ini penentuan posisi yang lebih akurat dapat dicapai setiap saat dan tempat. Agar peta-peta Indonesia tetap bisa digunakan, maka perlu mengubah datum yang digunakan dari ID-74 ke datum yang sesuai dengan sistem GPS. Datum baru ini dinamakan Datum Geodesi Nasional Indonesia 1995 (DGNI 1995) dengan ellipsoid acuan WGS 1984 (a : 6.378.137 m dan kegepengan f = 1/295,34) yang juga digunakan secara internasional, serta sistem koordinat geosentrik. Datum ini mengadopsi sitem datum geodetik absolut dengan mengatur pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi dan tidak digunakan lagi Datum Padang (yang merupakan datum relatif) seperti pada masa sebelumnya. 1.1.3 Penentuan Teknik Proyeksi Tahap selanjutnya setelah Datum Geodetiknya ditentukan adalah menentukan teknik proyeksi yang akan digunakan. Ada berbagai macam teknik proyeksi yang bisa dibedakan berdasarkan bidang proyeksi, titik singgung proyeksi, sifat asli yang dipertahankan, serta posisi sumbu proyeksinya. 9  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 10.   Cara proyeksi peta bisa dipilah sebagai: Proyeksi langsung (direct projection): Dari ellipsoid langsung ke bidang proyeksi. Proyeksi tidak langsung (double projection): Proyeksi dilakukan menggunakan "bidang" antara, ellipsoid ke bola dan dari bola ke bidang proyeksi. Pemilihan sistem proyeksi peta ditentukan berdasarkan pada: Ciri-ciri tertentu atau ciri asli yang ingin dipertahankan, sesuai dengan tujuan pembuatan / pemakaian peta Ukuran dan bentuk daerah yang akan dipetakan Letak daerah yang akan dipetakan. Sesudah sistem proyeksi dipilih, barulah dilakukan proyeksi dan pemetaannya. Penjelasan mengenai berbagi teknik proyeksi ini dijelaskan dalam bagian selanjutnya. 1.2 Pembagian Sistem Proyeksi Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik. Pertimbangan Intrinsik Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan Berdasarkan cara penurunan peta Pertimbangan Ekstinsik Berdasarkan sumbu proyeksi Berdasarkan media proyeksi Berdasarkan titik singgung dengan bidang proyeksi Penjelasan yang lebih rinci akan dijelaskan dalam bagian selanjutnya. 10  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 11.   1.3 Sistem Proyeksi 1.3.1 Berdasarkan Sifat yang Dipertahankan Hasil proyeksi peta yang baik harus bisa menyajikan luas, bentuk, arah (sudut), dan jarak yang diproyeksikan dengan sekecil mungkin distorsi. Sementara bentuk bumi sendiri akan membuat tak satupun sistem proyeksi yang bisa menghasilkan peta dengan terpenuhinya persyaratan tersebut. Upaya mempertahankan salah satu unsur berakibat terjadinya distorsi pada unsur yang lain. Maka dalam melakukan proyeksi, biasanya ditentukan prioritas untuk mempertahankan unsur tertentu saja, yaitu: 1.3.1.1 Proyeksi Ekuivalen Pada proyeksi ini, luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala. 1.3.1.2 Proyeksi Konform Pada proyeksi ini, bentuk-bentuk dan arah sudut pada peta dipertahankan agar sama dengan bentuk aslinya. 1.3.1.3 Proyeksi Ekuidistan Pada proyeksi ini, jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah dikalikan skala peta. 1.3.2 Berdasarkan Cara Penurunan Peta 1.3.2.1 Proyeksi Geometris Disebut juga proyeksi perspektif atau proyeksi sentral. 1.3.2.2 Proyeksi Matematis Hasil yang diperoleh dari proyeksi, diturunkan dalam peta dengan perhitungan matematis. 1.3.2.3 Proyeksi Semi Geometris Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis. 11  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 12.   1.3.3 Berdasarkan Posisi Sumbu Proyeksi 1.3.3.1 Normal Sumbu simetris bidang proyeksi berhimpit dengan sumbu bumi, atau bidang proyeksinya menyinggung wilayah kutub. Proyeksi normal 1.3.3.2 Transversal Sumbu simetris bidang proyeksinya tegak lurus dengan sumbu bumi. Disebut juga Proyeksi ekuatorial karena bidang proyeksi menyinggung ekuator. Proyeksi transversal 1.3.3.3 Oblique Sumbu simetris bidang proyeksinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi. Digunakan untuk memetakan wilayah diantara kutub dan ekuator. 12  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 13.   Proyeksi Oblique 1.3.4 Berdasarkan Media Proyeksi 1.3.4.1 Azhimuthal Proyeksi Azhimuthal berarti media proyeksinya berbentuk bidang datar. Proyeksi Azimuthal. Pada proyeksi Azhimuthal Normal, garis meridian (garis bujur) akan berupa garis lurus yang berpusat di daerah kutub, sedangkan garis paralel (garis lintang) berupa lingkaran-lingkaran konsentris yang mengelilingi kutub. Proyeksi ini sangat cocok unutk menggambarkan wilayah di sekitar kutub. 13  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 14.   Contoh hasil proyeksi Azhimuthal. Sumber gambar: http://e-edukasi.net Proyeksi Azhimuthal ini terbagi lagi menjadi tiga jenis berdasarkan pusat proyeksinya, yaitu: Gnomonik. Pusat proyeksi ada di pusat bumi. Stereografik. Pusat proyeksi ada di kutub yang berlawanan dari titik singgung bidang proyeksi. Orthografik. Pusat proyeksi berada di titik tak berhingga, sehingga garis proyeksinya akan sejajar sumbu bumi. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar-gambar berikut. 14  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 15.   Proyeksi Azhimuthal normal dengan berbagai pusat proyeksi. Sumber gambar: e-edukasi.net 1.3.4.2 Conical Proyeksi Conical berarti bidang proyeksinya berbentuk kerucut. Proyeksi ini sangat cocok untuk memetakan wilayah lintang tengah. Pada proyeksi kerucut normal, garis paralel (garis lintang) akan berbentuk lengkungan, sedangkan garis meridian (garis bujur) akan menyerupai jari-jari. Lihat gambar berikut. skema dasar proyeksi kerucut. Sumber gambar: http://e-edukasi.net 15  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 16.   Contoh hasil proyeksi kerucut. Sumber gambar: http://e-edukasi.net 1.3.4.3 Cylindrical Media proyeksi pada proyeksi cylindrical berbentuk seperti slinder (tabung). Proyeksi Cylindrical. Sumber gambar: http://e-edukasi.net Pada proyeksi slinder normal (berarti menyinggung khatulistiwa) maka semua garis paralel (garis lintang) akan menjadi garis horisontal, sedangkan semua garis meridian (garis bujur) akan menjadi garis vertikal. Lihat gambar di bawah. 16  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 17.   Skema dasar proyeksi slinder dan contoh hasil proyeksinya. sumber gambar: http://e-edukasi.net Karena sifatnya pula, proyeksi slinder akan sangat baik untuk menggambarkan daerah yang berada di dekat titik singgung bidang proyeksi. Maka untuk proyeksi slinder normal, wilayah khatulistiwa akan terproyeksikan dengan sangat baik, dan sebaliknya, wilayah kutub akan terproyeksi dengan distorsi yang besar. Ketiga jenis media proyeksi tersebut, secara ringkas dapat dilihat dalam tabel berikut, dengan kombinasi kedudukan sumbu bidang proyeksinya terhadap sumbu bumi. 17  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 18.   Normal Oblique Transversal Azhimuthal Conical Cylindrical Macam-macam proyeksi peta berdasarkan bidang proyeksi dan posisi sumbu proyeksi terhadap sumbu bumi. Sumber gambar: http://gd.itb.ac.id 1.3.5 Berdasarkan Titik Singgung dengan Bidang Proyeksi 1.3.5.1 Tangent Proyeksi disebut tangent bila bidang proyeksinya menyinggung objek proyeksinya, dalam hal ini bumi. Untuk Lebih jelasnya, lihat gambar berikut: 18  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 19.   Proyeksi Tangent.. Sumber gambar: http://gd.itb.ac.id 1.3.5.2 Secant Proyeksi bersifat secant bila bidang proyeksinya memotong objek proyeksinya. Lihat gambar berikut: Proyeksi Tangent.. Sumber gambar: http://gd.itb.ac.id 1.4 Proyeksi Gubahan (Arbitraty) Proyeksi Gubahan berarti proyeksi yang didasarkan pada teknik proyeksi tertentu ditambah beberapa kombinasi atau modifikasi, sesuai kebutuhan pemetaan. Sebagai contoh, proyeksi Lambert Conformal Conical, berarti medianya berbentuk kerucut (conic), dengan sumbu media proyeksinya berhimpit dengan sumbu bumi, serta mempertahankan bentuk-bentuk atau sudut peta sesuai dengan aslinya (conformal). Beberapa proyeksi gubahan yang terkenal akan dijelaskan berikut ini. 1.4.1 Berdasarkan Proyeksi Azimuthal Proyeksi Azhimuthal, berarti media proyeksinya berupa bidang datar 1.4.1.1 Azimuthal Equidistant Digunakan untuk peta skala besar dan biasa dipakai untuk menyajikan lintasan penerbangan atau jalur komunikasi radio. 19  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 20.   Proyeksi Azimuthal Equidistant. Sumebr gambar: http://www.usgs.gov. Hasil proyeksi . Sumebr gambar: http://www.colorado.edu Ciri-ciri: Jarak dan arah sudut di setiap tempat hanya benar jika diukur dari titik pusat proyeksi Jarak antar dua titik hanya benar sepanjang garis melewati titik pusat Distorsi bentuk dan luas semakin besar saat menjauhi titik pusat 20  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 21.   Garis lintang tergambar berupa lingkaran yang mengelilingi kutub. 1.4.1.2 Lambert Azimuthal Equal Area Digunakan untuk daerah yang besarnya cenderung sama dari suatu titik pusat, seperti benua Asia atau Samudera Pasifik. Diperkenalkan kali pertama oleh Lambert pada tahun 1772. Proyeksi Lambert Azimuthal Equal Area. Sumber gambar: http://www.usgs.gov dan http://www.colorado.edu Ciri-ciri: Luas area secara proporsional akan sama dengan luas area di bumi 21  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 22.   Daerah persegi empat pada garis lintang yang sama memiliki luas yang seragam Arah sudut hanya benar dari titik pusat saja Distorsi bentuk bertambah secara teratur saat menjauhi titik pusat Semua garis lintang akan tergambar berupa lingkaran Peta bersifat equal area, tapi bukan conformal, perspektif, atau equidistant. 1.4.1.3 Orthographic Digunakan untuk melihat secara perspektif bentuk bumi, bulan, atau bentuk benda langit lainnya. Sudah dikenal sejak 2.000 tahun silam di tengah kebudayaan Mesir dan Yunani. 22  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 23.   Proyeksi Orthografik. Sumber gambar: http://www.usgs.gov dan http://www.colorado.edu Ciri-ciri: Arah sudut hanya benar dari titik pusat saja Skala akan mengecil saat menjauh dari titik pusat lingkaran Semua garis lintang akan tergambar berupa lingkaran Distorsi bentuk dan luas bertambah semakin jauh dari titik pusat Peta bersifat perspektif, namun bukan conformal atau equal area 23  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 24.   1.4.1.4 Stereographic Digunakan untuk memetakan daerah atau benua yang luas dengan bentuk yang relatif serupa di segala arah. Juga digunakan untuk peta topografi bagi keperluan navigasi di kawasan di atas garis lintang 80o LU. Sudah dikenal sejak abad ke-2 SM seperti dituturkan oleh Hipparchus. Proyeksi Sereographic. Sumber gambar: http://www.usgs.gov dan http://www. colorado.edu Ciri: Arah sudut hanya benar dari titik pusat proyeksi Skala bertambah saat semakin jauh dari titik pusat Distorsi bentuk dan luas bertambah saat menjauh dari titik pusat 24  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 25.   Peta bersifat konfrm dan perspektif, namun tidak equal area atau ekuidistan. 1.4.2 Berdasarkan Proyeksi Kerucut (Conical) Proyeksi ini menggunakan kerucut sebagai bidang media proyeksinya 1.4.2.1 Proyeksi Albers Equal Area Conic Digunakan Diguankan untuk memetakan daerah yang orientasinya Timur- Barat dan membutuhkan penyajian equal area. Banyak dugunakan untuk peta tematik. Peta-peta yang dihasilkan bisa digabungkan hanya jika memiliki standar paralel yang sama dengan skala yang sama pula. Diperkenalkan kali pertama oleh HC Albers pada tahun 1805. Skema proyeksi Albers Equal Area Conic. Sumber gambar: http://www.usgs.gov Ciri-ciri: Semua luas di peta secara proporsional sama dengan luas di bumi. Arah sudut hanya benar di wilayah terbatas Jarak di peta hanya benar pada kedua garis standar paralel Peta tidak bersifat conformal, perspektif, ataupun equidistant 25  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 26.   1.4.2.2 Equidistant Conic Proyeksi ini, seperti halnya proyeksi kerucut lainnya, digunakan untuk memetakan wilayah lintang tengah (middle latitudes) atau wilayah antara khatulistiwa dan kutub. Digunakan untuk memetakan daerah lintang tengah, antara khatulistiwa dan kutub. Prototipe pertamanya dibuat oleh Ptolemy pada tahun 150 yang kemudian dikembangkan oleh De I'lsle sekitar tahun 1745. Proyeksi Equidistant Conic. Sumber gambar: http://www.usgs.gov Ciri-ciri: Jarak di peta hanya benar sepanjang meridian serta satu atau dua garis standar paralel Arah sudut, bentuk, dan luas cukup akurat, meskipun distorsi akan bertambah saat menjauhi standar paralel Peta tidak bersifat conformal, perspektif, ataupun equal area. Merupakan kompromi antara Lambert Conformal Conic dan Albers Equal Conic. 1.4.2.3 Lambert Conformal Conic Seperti proyeksi kerucut lainnya, proyeksi ini juga biasanya digunakan di area antara khatulistiwa dan kutub dengan orientasi Barat-Timur. Peta- peta yang dibuat menggunakan sistem proyeksi Lambert ini, saat ini banyak digunakan secara luas di Amerika Serikat. Proyeksi ini sebenarnya 26  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 27.   mirip seperti proyeksi Albers Equal Area Conic, namun ada perbedaan pada hasil spasi antar garisnya. Diperkenalkan pertama kali oleh pak Lambert pada tahun 1772. Proyeksi Lambert Conformal Conic. Sumber gambar: http://www.usgs.gov dan http://www.kartoweb.itc.nl Ciri-ciri: Jarak pada peta hanya benar sepanjang garis standar paralel Arah sudut peta akurat 27  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 28.   Distorsi bentuk dan luas tidak besar, namun bertambah saat menjauhi standar paralel Baik pada peta skala kecil maupun besar, bentuk yang dihasilkan tidak akan berbeda Peta bersifat conformal tapi tidak perspektif, equal area, maupun equidistant. 1.4.2.4 Polyconic Digunakan untuk memetakan daerah dengan orientasi Utara-Selatan. Banyak digunakan pada masa-masa awal peta USGS. Meridian tengah berupa garis lurus, meridian lainnya berupa kurva dengan bentuk kompleks. Konsepnya diperkenalkan kali pertama oleh pak Hassler pada tahun 1820. Proyeksi Polyconic. Sumber gambar: http://www.usgs.gov 28  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 29.   Proyeksi Polyconic. Sumber gambar: http://www.colorado.net Ciri-ciri: Arah sudut pada peta hanya benar pada sepanjang meridian tengah Jarak pada peta hanya benar pada meridian tengah dan garis paralel Bentuk dan luas hanya benar di sekitar meridian tengah Distorsi semakin bertambah saat menjauhi meridian pusat Peta tidak bersifat konformal, perspektif, maupun equal area Merupakan kompromi dari berbagai teknik proyeksi. 1.4.3 Berdasarkan Proyeksi Slinder 1.4.3.1 Mercator Proyeksi Mercator, kali pertama dikenalkan oleh Gerardus Mercator (1512- 1594). Merupakan proyeksi silinder normal conform (berarti: bidang proyeksinya berbentuk slinder, sumbu bidang proyeksinya berimpit dengan 29  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 30.   sumbu bumi, dan mempertahankan sudut-sudut atau arah peta sesuai aslinya). Proyeksi Mercator akan menghasilkan peta yang sangat representative di wilayah ekuator, namun menghasilkan distorsi yang besar di wilayah kutub bahkan tak bisa dipetakan karena kutub akan berada di titik tak berhingga. Karena itu, proyeksi mercator tidak memetakan wilayah kutub. Peta hasil proyeksi Mercator sering digunakan di bidang maritim, sebab garis-garis hasil pemetaannya memiliki azimuth yang konstan (arah garis sesuai dengan garis lintang dan bujur). Lihat gambar di bawah ini, Proyeksi Mercator. Sumber gambar: http://www.usgs.gov 1.4.3.2 Transverse Mercator Dilihat dari namanya, bisa disimpulkan bahwa proyeksi ini sama dengan proyeksi Mercator tetapi dengan sumbu yang tegak lurus dengan sumbu bumi. Proyeksi ini digunakan secara luas di dunia dalam berbagai skala. Peta-peta yang dihasilkan bisa digabungkan jika hanya berada pada zona yang sama dengan satu meridian tengah. Meskipun proyeksi Mercator diperkenalkan kali pertama oleh Gerardus Mercator pada tahun 1569, namun proyeksi Transverse Mercator dikembangkan oleh pak Lambert pada tahun 1772. Lihat gambar berikut, 30  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 31.   Proyeksi Transverse Mercator. Sumber gambar: http://www.usgs.gov Ciri-ciri: Jarak pada peta hanya benar sepanjang meridian tengah yang dipilih/ditentukan oleh pembuat peta, atau selama berada diantara dua garis paralel Secara umum, semua jarak di peta, arah sudut, bentuk, dan luas di peta hanya akurat dalam jarak sejauh 15o dari meridian pusat Distorsi jarak, arah sudut, bentuk, dan luas akan meningkat secara cepat di luar pita 15o tersebut Garis meridian pusat dan tiap meridian yang jaraknya 90o dari meridian pusat akan berupa garis lurus. 1.4.3.3 Universal Transverse Mercator Sebenarnya istilah UTM lebih mengacu kepada suatu system grid dan penomoran. Sebab pada dasarnya, UTM merupakan Proyeksi Transverse Mercator dengan beberapa ketentuan tambahan, yaitu: Merupakan sistem proyeksi cylindrical, conformal, secant, dan transversal 31  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 32.   Proyeksi UTM serta perpotongan slinder degan meridian. Sumber gambar: http://manifold.net Bidang silinder memotong bola bumi pada dua meridian yang disebut meridian standar dengan faktor skala 1 Lebar tiap zone 6° dan memiliki meridian tengah sendiri Tinggi tiap zone adalah 8°. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS Perbesaran di meridian tengah = 0.9996 (mendekati 1, karena bidang berimpit dengan bumi. 32  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 33.   Gambar zona ke-48 pada system grid UTM. Sumber gambar: http://www.colorado.edu Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) digunakan untuk mendefinisikan posisi seluruh dunia dengan membaginya menjadi area atau zona 6°. Masing-masing zona ini diproyeksikan dengan menggunakan proyeksi mercator. Dengan meridian pusat sebagai pusat zona. Sedangkan arah vertikalnya, UTM hanya memetakan area antara 80° LU dan 84° LU. Dengan demikian, zona UTM dibagi menjadi 60 zona horizontal x 20 zona vertical. Sistem penomoran diatur sebagai berikut: Untuk zona horizontal, ditandai dengan angka 1 sampai dengan 60. Dimulai dari 180° BB hingga 180° BT. Untuk zona vertical, ditandai dengan huruf dimulai dari C hingga X dengan menghilangkan huruf I dan O. 33  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 34.   Aturan ini sering membuat UTM disebut sebagai system Northing-Easting, karena system penomoranya bergerak ke arah utara dan ke arah timur. 34  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 35.   35  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 36.   1.4.3.4 Oblique Mercator Proyeksi ini diprioritaskan untuk memetakan daerah di luar khatulistiwa ataupun kutub, dan dikenal sebagai wilayah "Great Circle". Diperkenalkan kali pertama oleh Rosenmund, Laborde, Hotine dkk pada masa 1900— 1950. Proyeksi Oblique Mercator. Sumber gambar: http://www.usgs.gov Ciri-ciri: Jarak di peta hanya benar sepanjang "Great Circle" atau sepanjang garis singgung proyeksi dengan bumi Semua jarak, arah sudut, bentuk, dan luas di peta hanya akurat dalam jarak sejauh 15o dari meridian pusat Distorsi jarak, arah sudut, bentuk, dan luas secara cepat akan meningkat di luar pita 15o tersebut Digunakan untuk memetakan area berbentuk panjang dengan arah Utara - Selatan dan jauh dari ekuator, misalnya Cili atau Alaska. 36  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 37.   Proyeksi Alaska State Plane Zone 5001. Sumber gambar: http://www.kartoweb.itc.nl 1.4.3.5 Space Oblique Mercator Proyeksi ini dirancang untuk menunjukkan gambar hasil pencitraan lengkungan bumi oleh satelit Landsat. Ada sedikit distorsi sepanjang hasil penjejakan satelit, namun hanya dalam pita sempit, yaitu sekitar 15o. Dikembangkan kali pertamanya oleh by AP. Colvocoresses, JP. Snyder, and JL. Junkins pada tahun 1973–79. Proyeksi Space Oblique Mercator. Sumber gambar: http://www.usgs.gov 37  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 38.   Proyeksi Space Oblique Mercator. Sumber gambar: http://www.colorado.edu 1.4.3.6 Cylindrical Equal Area Proyeksi ini menghasilkan garis Lintang dan Bujur yang lurus dengan spasi antar garis lintang yang seragam namun spasi antara garis bujur tidak sama. Bisa dibagi menjadi Normal, Transversal, serta Oblique, sesuai dengan posisi sumbu proyeksinya. Peta yang dihasilkan akan memiliki skala yang benar pada garis tengah. Karena sifatnya pula, distorsi akan terjadi sesuai dengan bertambahnya jarak dari garis tengah peta. Beberapa jenis proyeksi ini antara lain: Behrmann Cylindrical Equal-Area Proyeksi ini menggunakan garis lintang 30o sebagai garis paralel yang bebas distorsi. Itu artinya, garis lintang 30o menjadi daerah "irisan" antara model bumi dan tabung proyeksi. 38  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 39.   Proyeksi Behrman's Cylindrical Equal Area. Sumber gambar: http://www.colorado.edu Gall's Stereographic Cylindrical Proyeksi ini merupakan hasil dari proyeksi permukaan bumi dari wilayah khatulistiwa pada media tabung (slinder) dengan metoda secant yang memotong bola bumi pada garis 45o LS dan 45o LU. Distorsi akan terjadi pada jarak, bentuk, dan luas area. 1.4.3.7 Miller Cylindrical Digunakan untuk memetakan seluruh bumi dalam suatu bingkai persegi panjang. Proyeksi ini menghasilkan peta dengan garis Lintang dan Bujur yang lurus. Tapi garis-garis ini tidak memiliki Azimuth yang konstan. Sekilas mirip hasil proyeksi Mercator, namun peta yang dihasilkan tidak bisa digunakan untuk navigasi. Diperkenalkan kali pertama oleh OM. Miller pada tahun 1942. Beberapa ciri proyeksi ini antara lain: Arah sudut peta, dan jarak di peta hanya benar sepanjang khatulistiwa. Distorsi jarak, luas, dan bentuk akan meningkat secara tajam pada wilayah lintang "tinggi" Daerah kutub digambarkan dalam bentuk lurus 39  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 40.   Peta tidak bersifat equal area, ekuidistan, konform, atau perspektif. Proyeksi Miller Cylindrical. Sumber gambar: http://www.usgs.gov 1.4.4 Proyeksi Pseudocylindrical (Slinder Semu) Proyeksi ini dibangun berdasarkan proyeksi slinder dengan pengaturan tambahan, yaitu: Garis-garis lintang (latitude) digambarkan sebagai garis lurus paralel Garis-garis bujur digambarkan sebagai garis kurva (kecuali meridian tengah yang berupa garis lurus) dengan spasi antar garis bujur yang seragam jaraknya. Beberapa proyeksi Pseudocylindrical akan dijelaskan di bawah ini. 1.4.4.1 Proyeksi Mollweide Proyeksi Mollweide digunakan untuk membuat peta-peta dunia secara global. Merupakan proyeksi pseudocylindrical dan equal area. Garis Bujur Pusat (central meridian) diproyeksikan lurus, sedang garis meridian ke-90 menjadi lengkungan lingkaran. 40  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 41.   Proyeksi Mollweide Equal Area. Sumber gambar: http://www.kartoweb.itc.nl 1.4.4.2 Proyeksi Sinusoidal Equal Area Biasanya digunakan untuk membuat peta menyajikan pola penyebaran parameter tertentu. Bisa memiliki satu meridian tengah atau lebih. Diperkenalkan kali pertama oleh Cossin-Honduins sejak tahun 1570 serta Sanson-Flamsteed. Ciri-ciri: Luas di peta secara proporsional sama dengan di bumi Jarak di peta hanya benar sepanjang semua garis paralel dan meridian tengah Distorsi bentuk di peta akan meningkat saat menjauhi meridian tengah dan di dekat kutub Peta tidak bersifat konformal, perspektif, atau equidistant. 41  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 42.   Proyeksi Sinusoidal. Sumber gambar: http://www.colorado.edu 1.4.4.3 Proyeksi Robinson Diperkenalkan kali pertama oleh Arthur H. Robinson pada 1963. Proyeksi ini menggunakan tabel koordinat dalam pembuatannya dan bukannya rumus matematika, sehingga dunia yang dipetakan seolah-olah benar. Tapi peta ini mengandung distorsi (cacat) dalam hal bentuk, luas, skala, serta jarak pada peta yang dihasilkan. Peta-peta dunia dari National Geographic banyak menggunakan proyeksi ini. Ciri-ciri: Sudut peta memiliki arah yang benar di semua garis paralel dan sepanjang garis meridian pusat. Jarak yang konstan sepanjang khatulistiwa dan garis lintang lainnya, tapi dengan skala yang variatif Skala yang benar dalam area antara 38o LS dan 38o LU, dan konstan sepanjang berada dalam garis lintang yang sama Distorsi yang besar akan terjadi di wilayah kutub. Peta tidak bersifat konformal, equal area, ekuidistan, ataupun perspektif. 42  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 43.   Proyeksi Robinson. Sumber gambar: http://www.kartoweb.itc.nl Masih ada beberapa proyeksi Pseudocylindrical yang lain, namun tidak akan dibahas di sini, seperti proyeksi Eckert yang terbagi menjadi Eckert IV Equal Area dan Eckert VI Equal Area. 1.5 Penggunaan Proyeksi Dengan beragamnya jenis proyeksi ini, maka banyak pula pilihan bagi pembuat peta. Masing-masing proyeksi ini punya kelebihan sesuai dengan sifatnya, dan hanya cocok bila digunakan untuk memetakan wilayah tertentu. Artikel yang terdapat di http://manifold.net memberi rekomendasi sebagai berikut: Area yang akan Dipetakan Proyeksi yang Dianjurkan Gunakan proyeksi Robinson atau Miller Cylindrical. Seluruh Dunia Proyeksi Robinson cukup sesuai untuk peta tematik. - Untuk wulayah Amerika Utara dan Eurasia, gunakan proyeksi Lambert Conformal Conical. - Untuk wilayah Amerika Selatan dan Afrika, Benua gunakan Lambert Azimuthal Equal Area atau Ortografik. - Untuk wilayah Australia dan Antartika, gunakan Ortografik. 43  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 44.   - Untuk wilayah semacam Amerika Serikat, Kanada, Rusia, atau RRCina, gunakan Lambert Conformal Conic. Daerah dengan orientasi - Untuk wilayah Eropa, baik Lambert Conformal Conic Timur - Barat atau Ortografik bisa digunakan. - Untuk wilayah lain yang daerahnya berorientasi Timur - Berat, gunakan Ortografik atau Lambert Azimuthal Equal Area Kutub Ortografik atau Lambert Azimuthal Equal Area Samudera Ortografik atau Lambert Azimuthal Equal Area Negara / Daerah Kecil Ortografik Daerah yang panjang, sempit, dan arahnya utara selatan Daerah dengan orientasi seperti negara Cili, sangat cocok menggunakan proyeksi Utara - Selatan Transvere Mercator. Daerah "oblique" seperti alaska, biasanya dipetakan dengan proyeksi Oblique Mercator 44  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM   
  • 45.   Maraji' Buku 1. Sandy, I Made, Esensi Kartografi, Jurusan Geografi FMIPA UI, Jakarta, 1987. 2. Prihandito, A., Proyeksi Peta, Kanisius, Yogyakarta, 1988. 3. Prijatna, Kosasih., Proyeksi Peta - Hand Out Kuliah, Fakultas Teknik Geodesi ITB, Bandung, 2005. 4. Sutama, Drs., Skala Dan Proyeksi - Modul Ajar SMA No. Geo.I.03, tanpa tempat terbit, tanpa tahun terbit. 5. Sosrodarsono, S. dan Takasaki, M. (Editor), Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1983. Situs 6. http://www.geodesi.info 7. http://www.colorado.edu 8. http://www.kartoweb.itc.nl 9. http://www.geomatika.its.ac.id 10. http://www.e-edukasi.net 11. http://agussupriyanto.blogspot.com *Anggota ASTACALA, Perhimpunan Mahasiswa Pencinta Alam ITTelkom Copyright : Diperbolehkan mengutip keseluruhan atau sebahagian dari isi dokumen ini dengan atau tanpa ijin penulis dengan tetap menyajikan kredit penulis. 45  SISTEM PROYEKSI PETA | ASTACALA PMPA ITTELKOM