2. Judul Buku :
Diktat Rock Climbing (Panjat Tebing)
Edisi Beta Release, 2009
Bahasa Indonesia
Penulis :
Laili Aidi (A – 062 – Kabut Fajar)
Dokumen ini dikeluarkan Oleh :
BADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN
ASTACALA
Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam ITTelkom
Gd. Student Center, Lantai 1 Ruang 103
Kampus ITTelkom Jl. Telekomunikasi 1 Dayeuh Kolot 40257
Bandung, Jawa Barat
Telp (022) 7564108 ext 2021
Website http://www.astacala.org
2
3. Lucy Creamer on Flying Buttress Direct, (HVS 5b), Stanage Edge,
Peak District, UK. Photo: Simon Carter, wild country cam book
3
4. Ketentuan Penggunaan
Seluruh atau sebagian isi tulisan yang ada di dalam dokumen ini dapat digunakan,
disebarluaskan, dijadikan sebagai sumber acuan (referensi) secara bebas bagi
yang membutuhkan isi tulisan ini bukan untuk tujuan komersial (non profit),
dengan syarat tidak menghapus, merubah atau menghilangkan atribut atau
pernyataan penulis.
Seluruh materi dari tulisan dibuat untuk kalangan sendiri dengan skenario latihan
yang sesuai dengan kebutuhan. ASTACALA tidak bertanggung jawab apabila
terjadi kecelakaan pada kegiatan di lapangan yang mempergunakan tulisan ini
sebagai referensi dan atau tidak dikonsultasikan dahulu dengan Badan Pendidikan
dan Latihan ASTACALA.
Hak cipta dan intelektual terdapat pada penulis dan tidak diperbolehkan
melakukan penulisan ulang, kecuali melakukan konfirmasi dan mendapatkan izin
tertulis dari Penulis dan / atau Badan Pendidikan dan Latihan ASTACALA. Apabila
akan menggunakan dan / atau melakukan penulisan ulang ataupun memberikan
saran atas dokumen ini, dapat menghubungi ASTACALA dengan alamat :
ASTACALA PMPA ITTelkom
Gd. Student Center, Lantai 1 Ruang 103
Kampus ITTelkom Jl. Telekomunikasi 1 Dayeuh Kolot 40257
Bandung, Jawa Barat
Telp (022) 7564108 ext 2021
Website www.astacala.org
Bandung, Agustus 200
Badan Pendidikan dan Latihan
ASTACALA
xxxx
A – 0xx – xxxxx
4
5. Daftar Isi
KETENTUAN PENGGUNAAN ........................................................................................ 4
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 5
1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 6
.
2. KLASIFIKASI PANJAT TEBING ......................................................................... 17
2.1 KLASIFIKASI ............................................................................................................... 17
.
2.2 GRADING .................................................................................................................... 20
.
3. ALAT ............................................................................................................................. 24
3.1 ALAT ............................................................................................................................ 24
3.2 PENGGUNAAN DAN PERAWATAN ................................................................................ 37
.
4. ETIKA .......................................................................................................................... 40
.
5. PENGENALAN TEBING DAN TEKNIK DASAR ............................................... 42
5.1 KOMPONEN DASAR ..................................................................................................... 42
5.2 KARAKTERISTIK TEBING ............................................................................................. 43
5.3 TEKNIK PEMANJATAN .................................................................................................. 45
5.4 BOULDERING ............................................................................................................... 47
5.5 BUILDERING ................................................................................................................ 47
6. SIMPUL ........................................................................................................................ 48
.
6.1 JENIS SIMPUL ............................................................................................................. 48
6.2 PENGURANGAN KEKUATAN TALI ................................................................................ 52
7. TEKNIK LANJUT ........................................................................................................ 54
7.1 MANAJEMEN PEMANJATAN .......................................................................................... 54
7.2 ABA – ABA PEMANJATAN ........................................................................................... 54
.
7.3 PROSEDUR PEMANJATAN ............................................................................................ 55
7.4 LEADING ...................................................................................................................... 57
7.5 BELAYING .................................................................................................................... 61
7.6 RAPELLING / ABSEILING ............................................................................................ 62
8.LINTASAN..................................................................................................................... 65
8.1 PEMBUATAN LINTASAN ............................................................................................... 65
8.2 TOPO MAP ................................................................................................................... 66
9. VERTICAL RESCUE ................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 70
.
TENTANG PENULIS ....................................................................................................... 71
5
6. 3. Alat
Some day we climbers may wear special gloves
and shoes enabling us to scale blank walls like spiders.
Should we fall off, like spiders our body harnesses
may instantly attach safety lines to the rock.
Ray Jardine – 19 April, 1998
3.1 Alat
1. Tali (rope)
Fungsi utamanya sebagai pengaman apabila Climber terjatuh. Panjang
maksimal sebuah tali untuk memanjat adalah sekitar 50 meter, yang dipercaya
memungkinkan seorang Leader dan Belayer masih dapat saling berkomunikasi
secara alamiah. Beberapa jenis tali yang digunakan dalam pemanjatan yaitu :
a. Tali Serat Alam
Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan
mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan Climber.
b. Hawser Laid
Terdiri dari serat-serat sintetis halus yang dipilin menjadi tiga bagian.
Kelemahannya adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul,
mempunyai kelenturan rendah (40 %) serta berat.
c. Core dan Sheat Rope (Kermantel Rope)
Terdiri dari dua bagian, inti dan jaket dengan kelenturan
mencapai 20 %. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal
dan Mammut. Ukuran tali yang umum dipakai bergaris
tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk Pemanjatan yang
mudah, snow climbing, atau untuk menaikkan barang, tali
yang dipakai biasa berdiameter 9 mm atau 7 mm.
Kekuatan = A2 x 22 kg dan A = diameter tali (mm)
Tali karnmantel memiliki sifat-sifat :
• Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff).
Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang
bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis
ini.
• Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
• Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di
tempat teduh.
24
7. Berdasarkan kelenturannya, Tali Karnmantel terbagi 2 yaitu :
• Static, kelenturan 2-5 % pada berat max yang diberikan, kaku, umumnya
berwarna putih atau hijau, dan biasanya digunakan untuk rappelling atau
Singel Rope Technic
• Dynamic, kelenturan 5-20% pada berat max yang diberikan, lentur, dan
berwarna mencolok.
Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat
simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi
kekuatan tali sampai 10%. Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan
perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu
diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka
bila akan digunakan. Ada beberapa cara menggulung tali, antara lain :
• Mountaineers coil
• Skein coil
• Royal robin style
Aturan umum untuk memilih ukuran diameter Tali Karnmantel :
• Top Roping dan serbaguna : gunakan tali tunggal ukuran diameter 11
mm
• Sport Climbing : gunakan tali tunggal ukuran diameter 9.1 mm - 10.2 mm
Dalam memilih tali kernmantel juga dapat dilakukan dengan memperhatikan
detail tipe tali, yaitu jumlah dan cara pemakaian tertentu. Ada 3 tipe yang
dikenal dan untuk mengetahui tipe tali dapat dilihat pada ujung tali dimana
akan terdapat simbol seperti dibawah ini :
• SINGLE artinya tunggal, yaitu tali yang cukup satu saja
25
8. untuk digunakan memanjat.
• DOUBLE artinya dobel atau dua tali. Tali dobel ini harus
digunakan bersamaan dan masing-masing tali harus di klip ke
dalam kuikdraw yang berbeda.
• TWIN artinya kembar, dua tali yang sama persis seperti pada
tali dobel hanya saja pada saat mengklip serupa dengan
penggunaan pada tali tunggal. kedua tali tersebut di klip ke dalam satu
carabiner saja. Sehingga harus dianggap kedua tali kembar itu sebagai tali
tunggal.
2. Carabiner (snapring, snapling, cincin kait)
Digunakan sebagai pengaman untuk Pemanjatan artifisial. Sebaiknya terbuat
dari alumunium alloy yang ringan tapi mempunyai kekuatan tinggi. Berdasarkan
model pengamanannya, Carabiner dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Non screw gate Carabiner
Carabiner yang tidak memiliki kunci berulir, biasanya digunakan pada
Pemanjatan artifisial karena tidak perlu mengunci manual. Berdasarkan sistem
lock dibagi menjadi dua jenis yaitu:
• Auto lock Carabiner
• Non Auto lock Carabiner
b. Screw gate Carabiner
Carabiner dengan kunci berulir, biasa digunakan sebagai pengaman utama
dalam suatu Pemanjatan artifisial. Berdasarkan bentuknya, Carabiner dibagi
menjadi 4 jenis yaitu :
a. Oval Carabiner : berbentuk bulat, dalam Single Rope Technique dapat
dipergunakan hampir dalam berbagai kondisi.
b. Delta Carabiner : berbentuk huruf D, bermanfaat karena memungkinkan
pembagian beban, namun terkadang tidak disarankan digunakan untuk instalasi
tertentu.
c. Heart Carabiner: berbentuk segitiga sama kaki, baik untuk tambatan reacue
karena memungkinkan banyak tali ditambatkan
d. A Carabiner : berbentuk huruf A, fungsi hampir sama dengan Heart Carabiner
26
9. Oval Delta Heart A
3. Tabular Webbing
Biasanya digunakan untuk membuat slink atau sebagai pengganti harness.
4. Sling
Terbuat dari tabular webbing atau dari prusik yang berfungsi sebagai
penghubung, pengaman dan mengurangi gaya gesek dengan memperpanjang point
pada ancor, mengurangi gerakan yang akan menambah beban. Dalam
penggunaannya, sling biasa digabungkan dengan carabiner dengan menggunakan
simpul jangkar.
5. Harness
Adalah alat pengaman yang terikat pada pinggang Climber. Berfungsi menahan
beban tubuh Climber ketika terjatuh supaya beban terdistribusi ke tali dan tidak
mematahkan pinggang. Terdapat 3 jenis harness, yaitu : seat harness, chest
harness dan full body harness.
Sit Harness Chest Harness Full Body Harness
27
10. 6. Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala,
sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi
dari benturan tebing saat Climber terjatuh atau bila
ada batu yang berjatuhan. dapat menimbulkan efek
seperti peluru. Meskipun menggunakan helm agak
mengganggu, namun hal ini akan menghindarkan
Climber dari kemungkinan terluka atau keadaan fatal. Sebagai contoh, sebuah
benda padat tidak lebih besar dari kelereng yang jatuh dengan jarak ketinggian
yang cukup besar
7. Sepatu tebing
Sebagai pengaman kaki saat melakukan pemanjatan. Konstruksi sepatu terdiri
dari 2 macam yaitu : board-lasted dan slip-lasted. Model sepatu juga bermacam –
macam, antara lain:
• Lace-up yang menggunakan tali,
• slipper atau slip-on,
• velcro
• zipper yang menggunakan menggunakan ritsleting.
Bagian atas sepatu biasanya terbuat dari kulit, tujuannya untuk kenyamanan
setelah sepatu sering dipakai. Bahan lain yang digunakan dan makin populer untuk
bagian atas sepatu yaitu kulit palsu atau sintetis yang tidak akan terlalu melar
dibandingkan dengan kulit asli. Berikut beberapa analisa perbandingan jenis sepetu
ini :
a. Sepatu yang lentur dan fleksibel dalam hal ini menggunakan sol yang halus
• Setiap pijakan dapat dirasakan oleh Climber karena solnya tipis
• Ringan dan cocok untuk medan kering
• Menguntungkan pada rekahan kecil, permukaan tebing yang miring
(overhang), pijakan membulta (slob).
b. Sepatu yang solnya kaku
• Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan tajam.
• Tidak membuat mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri pada
pijakan kecil dan tajam.
• Berat dan cocok untuk medan basah atau kering.
28
11. 8. Palu tebing
Pada bagian ekornya berbentuk runcing untuk membersihkan
dinding dan mencongkel atau melepaskan piton. Fungsi utama dari
palu tebing adalah untuk memasang anchor.
9. Bor dan Driver. memiliki 2 bagian yaitu : peluru dan spit. Driver yang
digunakan dalam rock climbing adalah jenis Rubber Hand.
Berikut cara pemakaian bor :
10. Descender, merupakan alat digunakan untuk turun pada lintasan. Jenis
Ascender seperti :
a. Figure of Eight
29
12. b. Brake bar
c. Capstand : Maximal penggunaan sebaiknya pada jalur kurang dari 50 m
karena, semakin panjang lintasan, semakin besar tegangan pada tali yang
menyebabkan alat tidak bekerja maksimal. Terbagi atas :
Auto Stop Simple Stop
d. Rack : dapat digunakan karena pada lintasan lebih dari 50 m lebih stabil,
namun untuk beban terlalu ringan tidak akan bekerja maksimal. Terbagi 2 :
• Closed Rack,
• Open Rack
e. Whaletail
30
13. Climber juga dapat melakukan modifikasi terhadap alat sehingga fungsinya dapat
menyerupai descender seperti:
a. Modifikasi Carabiner : Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga
berfungsi semacam brake bar.
b. Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch
11. Ascender, merupakan alat digunakan untuk naik. Jenis ascender seperti:
a. Hand Ascender seperti : Jumar (produk Petzl). Terbagi 3 macam : Standard
jumar, Jumar, Jumar CMI 5000 / Colorado Mountains Industries. Jenis ini
mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung
disangkutkan pada kerangkanya.
b. Chest Ascender
Hand Ascender Chest Ascender
31
14. 12. Belay Device
Alat belay dari sudut pandang kepraktisan dalam menghentikan jatuhnya
Climber terbagi dalam 2 jenis yaitu :
a. Manual, yaitu alat belay yang digunakan untuk menghentikan jatuhnya Climber
dengan menarik dan menekan tali pada posisi tertentu sehingga terjadi friksi
atau tekanan jepit yang menahan tali yang terulur. Belay Device tipe ini antara
lain :
• Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch
• Belay Plate/ Spring Plate
• Figure Of Eight
• Tubular
Belay Plate Tubular
b. Otomatis, yaitu alat belay yang akan terkunci dengan sendirinya pada saat
climber jatuh atau saat tali terbebani. Fungsi alat ini menyerupai sabuk
pengaman yang biasa digunakan saat berkendaraan dimana, jika terjadi
hentakan keras sabuk tersebut akan menahan dan menghentikan hentakan
badan seperti Grigri, Trango cinch, dll
32
15. Beban maksimal yang ditanggung oleh beberapa belay device ketika
mendapatkan sentakan :
13. Pullay. Alat yang digunakan untuk membelokan arah gaya suatu beban.
Secara umum pullay terdiri dari Fix cheek Pullay dan Oscillante Cheek Pullay.
Bentuk – bentuk dasar pullay antara lain:
• Fixed
• Tandem
• Oscillante
• Ultragere
• Mini Tranxion : perpaduan pullay & descender
Fixe Tandem Oscillante Ultragere Mini Traxion
14. Sky hook
Merupakan perangkat Rock Climbing yang digunakan untuk
istirahat sementara saat melakukan Pemanjatan, terutama saat
melakukan pengeboran
33
16. 15. Runner
Adalah sling yang pada kedua ujungnya telah
diberi carabiner. Teknik pemasangan runner :
16. Stir up, merupakan tangga tebing, umumnya terbuat dari bahan yang sama
dengan bahan webbing.
17. Sarung tangan, digunakan untuk melindungi telapak tangan saat melakukan
Pemanjatan.
18. Prusik, sebagai pengaman yang biasanya dipasang pada lubang tembus.
19.Bubuk magnesium, digunakan agar saat melakukan Pemanjatan tidak licin.
20. Chalk bag, merupakan tempat bubuk magnesium.
21. Anchor, merupakan poin yang dipakai sebagai penahan beban. Berdasarkan
Jenisnya terdapat 2 macam anchor, yaitu :
a. Natural anchor, dapat berupa pohon besar, tonjolan, lubang-lubang ditebing
dan berbagai macam bentukan-bentukan di tebing.
34
17. b. Artificial anchor, yaitu anchor buatan yang ditempatkan atau dipasang pada
tebing seperti :
1) Piton, ada tiga macam : Horizontal, untuk celah horizontal; Vertical, untuk
celah vertikal; Angle, untuk lubang.
Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton,
adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara
yang nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh. Cara memasang
piton :
1. Periksa rekahan yang akan dipasang piton.
2. Pilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul
dengan hammer.
3. Dalam pemasangannya harus setengah lebih agar lebih safety sebagai
anchor.
Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang di pukulkan
pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat
ditarik
2) Hanger
Biasanya digunakan untuk tebing yang blank, artinya tebing yang akan
dipanjat sedikit memilki natural anchor. Jenis hanger berdasrkan bentuknya:
• Plate,
• clown,
• Azymetrique,
• Twist
Plate clown Azymetrique
35
18. 3) Cam. Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan
sistem friksi yang ditimbulkan ketika dikenai
beban. Memilki ukuran yang beragam untuk setiap
bentukan tebing, dan gagangnya ada yang lentur
atau yang fix. Biasa disebut dengan Friend
(produk petzl)
4) Chock
Chock jenis Stoper
Chock jenis Heksentrik
Berdasarkan posisi dan urutan mendapat beban, anchor dapat dibedakan
menjadi:
a. Main anchor, anchor utama yang secara langsung mendapatkan beban.
b. Back up anchor, berfungsi sebagai anchor cadangan apabila main anchor
jebol.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan atau membeli alat antara
lain dengan memperhatikan rekomendasi minimum terhadap kekuatan alat yang
telah ditetapkan oleh badan sertifikasi internasioanl (UIAA, CE, dll). Setiap alat
maupun pengaman memiliki breaking load maupun working load tertentu yang
harus diperhatikan oleh setiap climber ketika melakukan Pemanjatan. Beberapa
ketentuan batas minimum kekuatas alat yang ditetapkan oleh UIAA untuk alat
tertentu :
36
19. 3.2 Penggunaan dan Perawatan
Untuk menjaga agar alat yang digunakan tetap dapat bekerja maksimal serta
memperpanjang umur alat, maka setiap climber perlu mengetahui prinsip pemilihan
alat dan menjaga alat tersebut baik pada saat pemakaian, penyimpanan maupun
perawatan. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
1. Tali :
• Sebaiknya dalam membeli tali, belilah tali baru dan hindari membeli tali
yang bekas.
• Gunakan tali kernmantel jenis dinamik dan bukan statik untuk melakukan
pemanjatan. Tali panjat harus dinamik artinya tali tersebut lentur dan
meregang (stretch) sehingga dapat menahan impact pada tali dan tubuh
saat climber jatuh. Jika digunakan tali statis maka akan mempercepat
kerusakan tali (hilang sifat statisnya sehingga akan lebih mudah putus tali)
dan menyebabkan resiko cedera yang lebih besar. Tali statik hanya
digunakan instalasi jalur fix seperti untuk rapeling atau mengangkut
peralatan dan suplai (hauling) pada aid climbing,
• Pastikan ukuran tali kompatibel dengan belay device yang digunakan
sehingga alat dapat berfungsi maksimal, dan jangan menggunakan tali yang
basah karena tali yang basah menyebabkan tali tidak baik digunakan baik
dipegang maupun dipakai atau dibawa. Selain itu, elastisitas (daya lentur)
tali basah akan berkurang sehingga mudah terjadi friksi dan penelitian
menyatakan bahwa tali tersebut akan berkurang kekuatannya 30% jika
basah.
• Jangan menginjak tali dan berilah alas saat tali digunakan, hindari kontak
langsung tali dengan benda tajam, tanah atau pasir karena akan membuat
partikel kecil dari pasir masuk kedalam inti tali dan mempercepat
kerusakannya,
37
20. • Berilah perekat permanen pada setiap ujung tali untuk mencegah banyaknya
gelembung udara masuk ke dalam tali sehingga menyebabkan inti tali
regang dari mantelnya. Selain itu juga beri tanda permanen pada ujung tali
mengenai informasi tali tersebut (seperti panjang dan diameter tali),
• Segeralah mencuci tali setelah pemanjatan terutama jika dalam keadaan
kotor (lumpur atau pasir). Jangan menggosok tali dengan kuas yang kasar
karena akan merusak mantelnya, sebaiknya gunakan kuas yang sangat
lembut jika tali dalam keadaan sangat kotor, jika tidak maka cukup dengan
membilasnya saja. Selain itu juga dihindari merendam tali dengan alat
deterjen karena bahan kimianya akan merusak tali, gunakanlah cairan
pembersih khusus atau cukup dengan merendam tali dalam air bersih yang
sedikit hangat,
• Jangan menjemur tali dalam keadaan basah langsung dibawa terik matahari
atau panas yang berlebih,
• Selalu menyimpan tali dalam kondisi normal (tidak terlalu kering atau
lembab) dan dalam keadaan tidak tersimpul
2. Sepatu
• Pilih sepatu dengan ukuran yang sesuai dengan kaki, seketat mungkin dan
bentuknya mengerucuk di ujung, serta dengan jenis kelenturan yang cocok
(kulit atau sintetis)
• Jangan memakai sepatu panjat ketika tidak memanjat karena sepatu
tersebut dibuat untuk pemakaian climbing dan bukan untuk belaying,
spotting atau hiking.
• Jangan menyimpan sepatu setelah pemanjatan langsung kedalam ransel
karena sepatu masih dalam keadaan lembab / basah oleh keringat sehingga
merangsang jamur / bakteri tumbuh, yang akan membaut sepatu bau dan
benang jahitannya membusuk / rusak. Sebaiknya biarkan sedikit kering
dahulu atau cukup gantungkan sepatu dibagian luar ransel agar sepatu
terkena angin dan lebih cepat kering.
• Jagalah sol sepatu tetap bersih, gunakan sikat untuk keperluan
membersiahkan setiap saat dansetelah selesai memanjat.
• Untuk sepatu laces (tali), longgarkan tali pengikat sepatu setelah selesai
pemanjatan dan tarik lidah sepatu (bagian sepatu yang menutupi atas kaki)
keluar. Untuk sepatu velcro, periksa dan bersihkan velcronya, karena dalam
kondisi kotor sepatu ini lebih cepet rusak dan menyebakan bahan velcro-nya
berkurang daya lengketnya.
38
21. • Jika sepatu dalam keadaan sangat kotor, cuci menggunakan tangan dan
jangan menggunakan air panas, pemutih atau deterjen. Penggunaan mesin
cuci sangat TIDAK disarankan.
• Jangan menjemur sepatu yang agak basah, lembab langsung dibawah sinar
matahari. Simpan sepatu ditempat yang berangin, kering namun tidak
terlalu panas. Penyimpanan sepatu ditempat panas membuat perekatnya
menjadi meleleh dan tempelan antar karet juga kulitnya cepet lepas. Jika
sepatu terasa lembab disebabkan keringat, bisa digunakan butiran
pengering (silica gel).
• Jika sepatu bau, tuangkan baking soda kedalam sepatu dan diamkan selama
kurang lebih semalam. Penggunaan kaos kaki tipis juga dapat mengurangi
bau sepatu yang diakibatkan oleh keringat dan lembabnya udara.
• Saat sol bagian bawah sepatu telah tipis segera di resole / tambal ganti
karet baru. jangan menunggu hingga berlubang. Sepatu yang jarang
digunakan akan membuat sol nya menjadi keras untuk itu segera bersihkan
dengan kain dan air hangat kemudian gosok dengan sikat lembut hingga
terlihat karet lebih hitam dan segar. Penggunaan sikat ini jangan terlalu
sering, karena meskipun efektif namun membuat sol cepat tipis atau
gunakan kertas ampelas (sand paper) yang biasa digunakan untuk
menghaluskan kayu, penghapus pulpen yang sedikit lebih keras dari
penghapus pensil. Gosok di bagian depan sol sepatu dan bersihkan sebersih
mungkin debu / kotoran karet yang ada. Namun Cara paling mudah adalah
dengan saling menggosokan kedua sol sepatu yang kanan dan yang kiri
setiap selesai / akan melakukan pemanjatan dengan menggunakan air
ludah.
3. Secara umum perawatan alat yang lain adalah jangan diinjak, dibanting dan
segeralah membersihkan alat setelah pemakaian serta simpan ditempat yang
memiliki suhu normal.
39
22. Daftar Pustaka
Attaway, Stephen W. - . “Rope System Analysis”. New South Wales : Oberon
State Emergency Service
ASC. 2004. ”Diktat Pelatihan Dasar Susur Goa”. Jogjakarta : Acintyacunyata
Speleological Club (Tidak diterbitkan)
ASTACALA. 2002. “Diktat Pendidikan Dasar Astacala”. Bandung : Badan
Pendidikan dan Latihan ASTACALA (Tidak Diterbitkan)
CDEM. 2001. “General Rescue Manual”. New Zeland : New Zealand Civil Defence
Emergency Management
GEGAMA. 2004. ”Materi Dasar Kepecintaalaman”. Yogyakarta : mahasiswa
Pecinta Alam Fakultas Geografi (Tidak diterbitkan)
Laidlaw, Kenneth N. 2002. “Considerations For Rope Rescue in 2002”.
http://basarc.org/papers/roperescue/RopeRescue2002.pdf
PACI. 2005. ”Mechanical Advantage (hauling)”. Profesional Association
Climbing Instructur
Sheehan B.E, Alan. “Vector Analysis for Vertical Rescue”. URL
http://recycle.subterra.or.id (Arikel Terjemahan)
Rizaldi, Ahmad dan Setyo Ramadi. ”Panjat Tebing”. URL
http://www.mapalaui.com
Rescue 3 International. “Instruction Phylosophy”. URL http://www.rescue3.com
WANADRI. 1996. “Diktat Pendidikan Dasar Wanadri”. Bandung : Badan
Pendidikan dan Latihan WANADRI (Tidak Diterbitkan)
Warild, Allan. “Vertical”. URL http://www.caves.com
-. “5 Komponen Dasar Panjat Tebing”. URL http://www.tebingcadas.com
-. “Alat Belay dan Rapel”. URL http://www.tebingcadas.com
-. “Aneka Panjat Tebing”. URL http://www.tebingcadas.com
-. “Gerak, Gaya dan Tehnik memanjat”. URL http://www.tebingcadas.com
-. ”Perawatan Sepatu Panjat Tebing”. URL http://www.tebingcadas.com
-. ”Petzl Catalog 2006”. URL http://www.petzl.com
-. “Sejarah Dan Perjalanan Climbing”. http://www.majestic-55.or.id
-. “Simpul dan Tali-temali”. URL http://www.tebingcadas.com
-. “Sepatu Panjat Tebing”. URL http://www.tebingcadas.com
-. “Tali Kernmantel (Kernmantle)”. URL http://www.tebingcadas.com
-. ”The Cam Book”. URL http://www.wildcountry.com
-. “Yang harus diperhatikan oleh para Pemanjat Tebing “. URL
http://www.tebingcadas.com
-. -. URL http://www.rockclimbing.com
70
23. Tentang Penulis
Lahir sebagai anak kembar dari 6 bersaudara di Padang,
19 Mei 1984 dengan nama lengkap Laili Aidi. Adek
menyelesaikan pendidikan di banyak tempat : Dilli – Timor
Leste, Padang, Bukittinggi, Solok dan Bandung.
Menjadi Anggota ASTACALA melalui Pendidikan Dasar
ASTACALA XII tahun 2003 dengan nomor anggota AM –
018 – Kabut Fajar dan selanjutnya mengikuti seluruh
rangkaian Pendidikan Lanjut yang dilaksanakan Badan
Pendidikan dan Latihan ASTACALA tahun 2003 hingga
2004, Adek bersama 2 rekan lain menempuh perjalanan wajib Anggota Muda
dengan pendakian dan pendataan jalur gunung diatas 3000 mdpl di Gunung Slamet
– Jawa Tengah, Agustus 2004.
Sejak 2005, turut serta merintis cabang kegiatan dan Divisi penelusuran gua
(caving) ASTACALA. Resmi menjadi Anggota Penuh ASTACALA dengan nomor
anggota A - 062 – Kabut Fajar pada tahun 2006, dan bergabung dengan Dewan
Pengurus ASTACALA periode 2005 – 2007 sebagai Badan Pendidikan dan Latihan,
selanjutnya memegang amanah sebagai Ketua ASTACALA periode kepengurusan
2007 - 2009. Saat ini bekerja sebagai Software Developer, mengisi waktu dengan
menulis artikel sambil mencoba menyelesaikan buku ke - 3. Untuk kepentingan
korespondensi bagi perbaikan dokumen ini, Adek dapat dihubungi pada alamat
lailiaidi@gmail.com
71