SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 48
Descargar para leer sin conexión
sebuahcatatan
menaklukkangadget,waktu,
dandirisendiri
Gede Manggala
Pengarang: Gede Manggala
Book Concept & Design: Rudi Adriyanto Kadarman
Ilustrasi Sampul: Ngurah Nala
Penerbit: Edraflo (www.edraflo.com)
2
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
3
daftar isi
Pendahuluan | 4
1: Memecat iPad & Mengatur Waktu Tepat | 5
2: Berkenalan dengan Metode GTD (GTD 101) | 9
3: Produktif dengan Smartphone | 14
4: Ingin Produktif?
Selalu Memaafkan Kesalahan dan Rajin-rajin Piknik | 20
5: Mengatasi Marah, Takut, dan
“Amygdala Hijack”Lainnya | 23
6: Menangkap Momen“In The Zone”,
Meraih“Taksu”| 28
7: Menulis Obituari Saya Sendiri | 35
Penutup: Tentang Bahagia | 39
Daftar Pustaka | 44
Tentang Penulis | 45
Tentang Tim Buku | 45
Pendahuluan
Sejak memutuskan keluar dari pekerjaan kantoran yang normal, ternyata saya
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan waktu dan cara bekerja. Produktivitas yang
saya pikir akan naik signifikan karena menghilangkan waktu terbuang karena macet
di jalan, setelah bekerja independen malah cenderung sama atau kadang-kadang lebih
jelek dibanding waktu kerja kantoran.
Bekerja di kantor dengan ritme yang konstan antara jam 9 pagi sampai jam 6 sore
ternyata masih bisa lebih produktif jika dibandingkan bekerja di rumah 24 jam tanpa
perlu kemana-mana.
Apa?!?
Teorinya sih kerja dari rumah pasti lebih produktif. Tidak perlu menghabiskan waktu
yang tidak penting seperti macet atau hal-hal lain. Kenyataannya, di akhir hari saya
sering melihat hasil kerja saya hari itu nol besar!
Sejak tiga tahun terakhir saya mulai lebih serius untuk mencari metode produktivitas
yang sistematis. Setelah mencoba-coba beberapa sistem, akhirnya saya menggunakan
metode Get Things Done (GTD) dari David Allen sebagai referensi utama, ditambah
poin-poin pikiran Tim Ferriss dalam bukunya The 4-Hour Workweek. Dari situs blog
Lifehack dan diskusi dengan teman-teman (khususnya Arthur Panggabean) saya
mendapatkan tips dan aplikasi yang bisa saya gunakan mendukung metode GTD. Pada
akhirnya sampai saat ini saya menggunakan tiga aplikasi ini untuk menudukung saya
setiap hari: Trello, Dropbox dan Evernote.
Catatan ini saya buat sebagai dokumentasi pribadi dan mengundang pengalaman
dan kolaborasi dari teman-teman yang mempunyai struggle yang sama. Ini bukanlah
buku tentang kisah sukses atau atau tips menjadi sukses atau kaya. Ini adalah catatatn
perjalanan memahami apa yang dekat dengan saya (terutama smartphone), mencoba
memahami waktu, dan juga akhirnya pergulatan memahami apa yang ingin saya
lakukan dalam hidup ini.
Teman-teman, terima kasih sudah membaca catatan kecil saya.
4
1: Memecat iPad & Mengatur Waktu Tepat
Memecat iPad
Kenapa? Karena tablet ini terlalu bagus.
Penuh godaan untuk menjadi tidak produktif! Alat ini begitu bagus sehingga ibaratnya
Arjuna bertapa digoda bidadari-bidadari, maka saya bekerja digoda iPad.
Hasil observasi saya terhadap “alat-alat produksi” yang saya gunakan dalam bekerja
sehari-hari (laptop, tablet, dan handphone) tampak jelas bahwa iPad salah satu sebab
produktivitas saya yang menurun. Bukan karena alat ini lemot atau usability-nya
rendah, justru sebaliknya. Karena sangat nyaman digunakan untuk menikmati online
content dengan speed yang sangat bagus.
Masalah utamanya adalah produktivitas bagi saya adalah ada tangible output yang
terukur. Karena perkerjaan utama saya adalah trainer/konsultan yang mulai menjajaki
karir sebagai penulis, hasil yang penting bagi saya adalah presentasi/report untuk klien,
materi training baru atau 1–2 halaman tulisan untuk buku atau blog. Itu baru artinya
saya “menghasilkan”.
Tablet tidak banyak membantu dalam menghasilkan output.
iPad mempunyai tampilan visual yang sangat cantik sehingga godaan untuk
mengkonsumsi input jauh lebih besar daripada kemampuan saya untuk
menghasilkansebuah karya. Membaca timeline di Twitter atau Facebook terasa enak
dan nyaman. Tanpa terasa sudah 2 jam hanya menelusuri berbagai komentar dan
link. Di tablet, Youtube menyajikan kemampuan terbaiknya untuk menikmati banyak
sekali content, dari yang bagus banget sampai sampah-sampah digital. Ini belum
memasukkan aplikasi dengan desain keren seperti Flipboard dan Zite yang membuat
saya menghabiskan waktu berjam-jam bersama tablet.
Sungguh bagi saya, tablet adalah alat pemuas nafsu konsumtif untuk informasi.
Sewajarnya saya harus memecatnya.
Tentu saja keputusan ini bersifat pribadi, karena saya tahu banyak teman saya sangat
produktif dalam menggunakan tablet. Ia bisa menggambar doodle atau sketsa untuk
pekerjaan atau memberikan perintah kerja melalui Whatsapp atau email. Untuk saya,
kombinasi yang pas adalah laptop dan handphone.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
5
Mengatur Waktu yang Tepat
Selama bertahun-tahun saya mempunyai kebiasaan untuk memulai hari dengan
membaca email. Sejak mulai bekerja di sebuah perusahaan minyak di Riau, dan email
digunakan sebagai alat komunikasi utama di kantor, setiap pagi saya memulai hari
dengan membaca email begitu sampai di kantor. Setelah itu baru memprioritaskan
hal-hal yang harus di follow up segera dan membalas email-email penting. Saat email
kantor bisa diakses dari laptop atau device yang bisa dibawa pulang, saya membaca
email begitu bangun dari tempat tidur. Rasanya selalu ada urgency untuk cepat
mendapat informasi dan membalas setiap email yang masuk.
Saat saya bekerja di sebuah perusahaan multi nasional di Jakarta, kebiasaan itu semakin
menjadi-jadi karena saya sering berhubungan dengan kantor yang berada di berbagai
belahan dunia. Puncaknya saat saya mulai menjadi konsultan, saya menjadi parnter
sebuah perusahaan yang time zone-nya tepat berbeda 12 jam, sehingga membaca dan
membalas email hanya bersaing dengan bernafas saja. Lebih parah lagi, sejak dunia
social media marak, selain membaca-membalas email, setiap saat kegiatan itu juga
diselingi membaca celotehan teman-sahabat-idola di linimasa. Kadang-kadang pagi-
pagi langsung hati menjadi panas atau pikiran kalut karena membaca berita korupsi
atau posting yang ditulis oleh orang-orang yang suka menjadikan linimasa untuk
memprovokasi ke arah negatif.
Menurut Tim Ferris dan banyak artikel di Lifehack, kebiasaan di atas adalah cara
sempurna untuk menghabiskan waktu dan energi kita! Menurut orang-orang
produktif, waktu paling berharga setiap manusia adalah dalam 2 jam saat kita bangun
tidur, karena otak kita masih sangat segar. Bagi yang terbiasa bangun pagi, momen
setelah bangun pagi adalah waktu yang sangat penting. Menggunakan untuk membaca
email dimana ada isu besar kecil disana-sini yang membawa energi negatif akan
merusak mood kita, karena langsung kita masuk dalam suasana serba cepat dan serba
rusuh. Tidak sempat berpikir tenang, seperti yang saya selalu rasakan.
Bagaimana bagusnya?
Di pagi hari (tepatnya subuh), umat Muslim melakukan shalat. Ini contoh memulai hari
dengan cemerlang. Umat Hindu di Bali melakukan Tri Sandhya sebelum hari terang.
Dalai Lama melakukan meditasi disusul lari di treadmill dan ritual berdoa sesuai tradisi
Buddha Tibet. Tim Ferris memulai hari dengan meditasi. Kalau saya lihat dari semua
habit diatas, terlepas dari agama atau apa yang kita percaya, bangun tidur harus saya
mulai dengan keheningan dan waktu intim dengan diri sendiri.
6
Setelah itu baru mulai menjawab pertanyaan penting ini:
Apa hal yang harus saya lakukan pertama pagi ini?
Sekali lagi Tim Ferris memberikan tips yang menjadi pegangan saya saat ini. Setelah
waktu yang sangat personal beberapa menit dengan memanjatkan doa, meditasi atau
hanya berdiam diri, kita mulai hari dengan mengajukan satu pertanyaan penting ini:
“Aktivitas apa yang kalau saya lakukan pagi ini sampai selesai, itu akan membuat sisa
hari saya akan jauh lebih ringan?”
Ibaratnya, kalau kita terpaksa ngga ngapa-ngapain setelah yang kita kerjakan pagi ini,
setoran hari ini udah beres! Tidak ada hal penting yang mengganjal pikiran.
Pertanyaan ini membantu saya untuk selalu membuat prioritas di pagi hari diantara
jam 5 sampai jam 7 pagi, untuk memanfaatkan waktu saya yang paling produktif.
Setelah jam 7 pagi tentu saja masih banyak yang harus dilakukan. Namun buat saya,
sebelum jam 7 pagi, pekerjaan terpenting hari ini harus sudah saya lakukan. Pekerjaan
atau ide yang ada di kepala. Invoice yang harus segera dikirim. Laporan selesai proyek.
Atau draft buku yang belum sempat dilanjutkan. Semua dibuat dalam rencana yang
harus dilakukan tiap pagi. Itulah hal yang harus saya lakukan setiap pagi; bukannya
membaca timeline di media sosial ataupun membaca email.
Sampai detik saya menulis ini, saya masih struggling menjadikan ini sebagai kebiasaan.
Walaupun demikian, manfaatnya sudah mulai terasa. Tidak ada lagi perasaan terburu-
buru karena banyak masalah yang harus diselesaikan gara-gara saya membaca email
dari handphone begitu bangun tidur. Membaca email saya lakukan secara sepintas
setelah jam 7 pagi, dan baru mulai lebih detail diatas jam 9 pagi. Antara jam 7 sampai
jam 9 saya coba untuk olahraga misalnya jalan kaki atau hanya exercise ringan di rumah
atau mengantar anak-anak sekolah.
Media sosial saya berikan waktu sebagai pengisi waktu. Menunggu mandi, saat lagi
bengong di perjalanan (di mobil, kereta), atau saat santai setelah makan siang dan
terutama di sore dan malam hari. Untuk sosial media, saya mengikuti petunjuk untuk
mengambil jarak. Don’t keep up, just catching up later.
Jika ingin saya simpulkan, untuk bisa produktif saya harus bisa menggunakan energi
saat masih segar untuk pekerjaan paling penting di hari itu. Sebuah aktivitas yang
menghasilkan output yang sesuai dengan profesi dan kebutuhan saya.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
7
Sampai sekarang email dan media sosial adalah hal yang menjadi detractor utama saya.
Selalu ada keinginan untuk mengintip sedikit, tapi lalu terjebak untuk berlama-lama.
Walaupun penting untuk diakses, tapi tidak perlu dilakukan sebagai hal pertama di saat
kita masih segar. Banyak juga teman saya tidak terlalu terganggu oleh email atau media
sosial namun menghabiskan waktu terlalu banyak di depan tv atau bermain game. Jika
tidak ada output yang jelas, berarti itu adalah gangguan terhadap produktivitas. Segera
atur waktu anda.
Catatan:
1.	Mengakses sosial media sambil menunggu mandi bisa berakibat pada waktu mandi
	 yang semakin tertunda… :)
2.	Waktu produktif setiap orang berbeda-beda, karena ada orang yang lebih produktif
	 pagi hari (contohnya saya) dan sudah kelelahan di sore hari. Ada yang baru bangun
	 jam 10 pagi setiap hari, bersantai-santai di siang hari, namun bisa sangat produktif di
	 malam hari. Intinya adalah gunakan energi terbaik di waktu terbaik kita untuk hal
	 yang paling penting dan menghaslkan output nyata.
3.	Mayoritas orang kemungkinan mempunyai ritme yang mirip dimana pagi hari
	 digunakan untuk persiapan dan perjalanan ke kantor; namun, tetap prinsipnya
	 sama, hal pertama yang perlu dilakukan di kantor adalah bukan membaca email, tapi
	 mengerjakan prioritas terpenting di hari itu
8
2: Berkenalan dengan Metode GTD (GTD 101)
Seperti yang dikisahkan sebelumnya, melompat dari pekerjaan kantoran ke pekerjaan
independen ternyata membawa konsekuensi pada produktivitas yang cukup rendah
karena berbagai godaan dan keteteran mengelola waktu.
Kerja independen membuat saya harus mengerjakan atau terlibat langsung dengan
berbagai aspek dalam mendapatkan pekerjaan karena tim tidak selengkap seperti
kantor pada umumnya. Mulai dari proposal, kontrak, eksekusi, invoicing, keuangan
sampai pajak, dan banyak hal lain harus dilakaukan dimana setiap aspek mempunyai
pernak-pernik sendiri-sendiri. Belum ditambah dengan kesibukan sebagai orang tua
dari anak-anak yang masih balita, urusan keluarga besar, sampai isu harian seperti
macet. Tanpa disadari, beberapa pekerjaan mulai ada yang terselip, appointment yang
terlewatdanotakyangsetiapsaatberusahamengingatsemuahalyangharussayatangani.
Cognitive Overload, begitu para ahli menyebutnya.
Terlalu banyak yang harus dihandle oleh pikiran kita dalam satu periode. Kelelahan,
dan kekhawatiran ada yang missed membuat saya terjebak dalam ritme yang rusuh dan
gila. Crazy busy life.
Untunglah dengan bantuan internet terutama situsLifehack, saya bisa berkenalan
dengan sebuah metode yang disebut Getting Things Done.
David Allen:”From Crazy Busy to Mind Like Water”
Tentu saja saya termasuk sangat terlambat mengenal metode GTD karya David Allen
ini (bukunya terbit tahun 2001). Bahkan untuk saat ini masih taraf mencoba sambil
dipelajari. Coba bayangkan orang yang sedang belajar nyetir mobil…nah kurang lebih
itu level saya untuk metode ini. Kebetulan minggu lalu saya bertemu dengan teman
saya, Adhy Hosen, dan karena membaca tulisan saya tentang GTD, ia bercerita bahwa
ia pernah mengikuti seminar GTD langsung dari pemegang lisensinya di Asia Pasifik.
Minimum saya tahu ada tempat bertanya.
Ketertarikan saya terhadap GTD terutama karena pandangan David Allen tentang
bagaimana otak bekerja. Menurutnya, kebanyakan orang menggunakan otaknya untuk
memproses,mengingat,menganalisasegalahalyangperlukitapikirkandankitalakukan.
Juga memproses semua informasi yang memnorbardir otak kita. Akibatnya pikiran kita
menjadi“penuh”aliascrazy busy.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
9
10
Ideal-nya,kataPakDavidini,pikiranharussepertiair:Tenang, jernih, mengalir. Hanya
memikirkan hal yang perlu kita pikirkan di saat ini.
Mind like water.
Oleh karenannya ia merekomendasikan kita untuk membuat sebuah proses yang
sistematis yang menjadi external brain kita. Bayangkan seperti mempunyai semacam
external card untuk smartphone kita yang memori-nya sudah pas-pasan dan mulai
tidak smart :)
Inti dari metode GTD adalah saya harus bisa meng-capture dan menuangkan semua
yang ada di pikiran kita ke dalam bentuk tertulis (manual atau digital) dan mempunyai
struktur untuk menghandle itu. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan otak kita
tidak terbeban oleh terlalu banyak pikiran.
Dari buku Getting Things Done, saya menggambarkan ulang diagram berpikir metode
GTD ini:
Gambar 1 – Diagram Alir Get Things Done
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
11
Step 1: Capture
Manfaat terbesar setelah saya mulai mengikuti kerangka pikir GTD ini adalah sebuah
kebiasaan untuk “menangkap” dan menulis APAPUN yang ada di pikiran saya. Itulah
yang disebut sebagai “stuff” dalam diagram diatas.
APAPUN yang muncul di kepala, TANGKAP dan TULIS.
Awalnya saya menggunakan sticky notes/post it untuk menuliskan. Anggaplah dalam
pikiran saya sedang kepikiran beberapa hal misalnya:
Proposal yang harus dibuat untuk Clien Ao	
Invoice yang harus dikirim untuk Client Bo	
Rencana mengisi/furnishing apartment untuk disewakano	
Teman kantor lama ngajak buka barengo	
Anak-anak ingin berliburo	
Semuanya saya tangkap dalam post it, dan saya masukkan ke dalam sebuah kerangka di
atas kertas seperti Gambar 2:
Gambar 2 – Contoh aplikasi GTD dengan post-it
Tanpa kita tulis, pikiran-pikiran itu akan berputar-putar terus di kepala saya, dan akan
bertambah banyak dengan ide-ide lain yang muncul. Inbox ini akan terus bertambah
banyak, oleh karena itu saatnya masuk ke Step 2.
12
Step 2: Clarify
Selain pikiran terkait pekerjaan atau urusan rumah tangga, banyak sekali pikiran-
pikiran atau ide-ide yang bermunculan. Baca buku inovasi, muncul ide. Lihat orang
sukses, jadi ingin ikut. Liat orang kaya karena korupsi, ingin ikut nabokin!
Yang dulu belum saya jadikan kebiasaan adalah melakukan klarifikasi terhadap ide-ide
dan pikiran saya, untuk melihat apakah ada ACTION yang bisa kita lakukan? Sekarang
dengan GTD, ide-ide yang TIDAK ADA ACTION, langsung Buang, atau kita simpan di
dalam folder Wishlist, alias kapan-kapan dilihat lagi. Bisa juga saya simpan di folder
Referensi kalau berupa informasi/dokumen/brosur yang menarik. Intinya buang atau
taruh di tempat yang gampang. Terus LUPAKAN.
Untuk “stuff” yang perlu ACTION, pertanyaan pertama:
Apakah bisa dilakukan dalam 2 menit atau kurang? Kalau YA, just Do it.
Dalam contoh diatas, misalnya mengirim Invoice ke Client B.
Jika perlu lebih banyak waktu, pertanyaannya apakah perlu kita delegasikan ke orang
yang lebih tepat (Delegate) oleh karena itu masuk kategori untuk kita cek dari waktu ke
waktu (contoh dalam aktivitas saya adalah Furnishing Apartment). Ada juga aktivitas
yang tidak perlu kita lakukan saat ini (Defer) karena memang saatnya belum perlu (kita
catat dalam Calendar) contohnya Buka Bareng, atau kita tunda untuk menjadi Next
Action setelah yang bagian Do It selesai.
Jika action itu perlu persiapan dan beberapa langkah, maka saya akan masukkan dalam
kategori Proyek. Dalam GTD, definisi proyek adalah apapun aktivitas kita jika tidak bisa
dilakukan dalam sekali action. Dalam contoh saya, saya memasukkan aktivitas Proposal
ke Client A dan Kids Holiday Trip dalam kategori Proyek. Kenapa? Karena dua-duanya
perlu planning yang perlu beberapa kali diskusi, telepon dan merangkumnya. Nah,
sekarangkerangkarencanaaktivitassayasetelahdiklarifikasimenjadisepertiGambar3.
Setiap hari saya akan memprioritaskan melihat “Calendar” hari itu, dan
memprioritaskan bagian “Do it”. Setelah itu baru “Next Action” dan “Waiting For”.
Step 3 (Organize), Step 4 (Reflect), Step 5 (Engage) dalam metode GTD bisa dilakukan
sambil saya melatih dan memperdalam metode ini.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
13
The External Brain
Sampai saat ini saya masih terus berusaha menerapkan GTD. Namun sejak mulai
membiasakan diri dalam pola berpikir dan bertindak seperti diagram alir diatas, saya
mendapatkan manfaat yakni pikiran saya menjadi jauh lebih tenang.
Kepala yang dulu sering penuh, mumet dan mulai memperlihatkan tanda-tanda pikun
(lupa appointment, ketinggalan handphone saat melewati scanner di tiga bandara yang
berbeda, selalu lupa tempat parkir, dan sebagainya) lambat laun mulai menunjukkan
tanda yang lebih baik dan bisa diandalkan!
Sekarang saya mengandalkan otak “kedua” saya (yakni GTD) untuk menyimpan dan
mengelola banyak hal, dan otak utama di kepala saya untuk hanya memikirkan hal
terpenting di saat ini.
Gambar 3 – Contoh GTD setelah Clarify
14
3: Produktif dengan Smartphone (GTD 201)
Salah satu keinginan terbesar saya adalah bisa menggunakan handphone pintar
yang saat ini “setia setiap saat” bersama saya dan bisa menjadi external brain untuk
meringankan beban otak beneran yang ada di kepala saya. Selain itu saya selalu
berkeinginan menggunakan smartphone untuk menjadi alat produksi dalam pekerjaan
(ini justifikasi untuk punya smartphone yang mahal…).
Secara teori sangat memungkinkan. Kenapa?
Smartphone yang kita gunakan saat ini mempunyai kapasitas dan computing power1
yang lebih besar dibanding komputer yang digunakan oleh NASA meluncurkan
manusia ke bulan di tahun 1969. Intinya, selain kita bisa memakai smartphone untuk
email, messenger, facebook, path dan instagram, si telepon pintar ini berpotensi
tinggi menjadi alat untuk produktif, karena ini adalah sebuah komputer yang bisa kita
masukkan ke dalam kantong. Kita semua yang sedang membaca tulisan ini adalah
James Bond atau Ethan Hunt dengan alat super canggih di kantong, hanya saja misi kita
lebihmuliayaknimencarisesuapnasiuntukkeluargadirumah,bukanmeledakkanmusuh.
Dari pencarian saya untuk bisa menggunakan smartphone untuk produktif bekerja,
saya akhirnya mengkombinasikan metode Getting Things Done (GTD) dengan
3 aplikasi andalan yakni: Trello, Evernote, dan Dropbox. Aplikasi ini saya pilih
berdasarkan referensi, diskusi dan mencoba-coba. Yang jelas kriteria saya memilih
adalah aplikasi yang berkualitas bagus, gratis, dan berbasis cloud agar bisa digunakan di
laptop dan handphone (baik yang berbasis Android maupun iOS).
Digitized — Getting Things Done (GTD 201)
Jika dilihat skema GTD 101 dari cerita minggu lalu, Gambar 4 menunjukkan
diagram GTD jika semua flow yang secara manual dengan post-it, sekarang saya
transformasikan untuk menggunakan smartphone dan komputer. Saya menyebut ini
sebagai versi GTD 201.
Bagaimana cara kerjanya?
1 - http://knopfdoubleday.com/2011/03/14/your-cell-phone/
Step 1: Capture
Pada dasarnya saya menggunakan Trello untuk menjadi papan “post-it digital” saya.
Aplikasi ini diperkenalkan oleh sahabat saya Arthur Panggabean saat dia menerangkan
ide-ide kreatif yang sedang dia kerjakan.
Gambar 4 – Diagram alir GTD dengan menggunakan aplikasi digital
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
15
16
Papan post-it manual untuk inbox dari cerita minggu lalu, secara digital akan menjadi
seperti Gambar 5 jika menggunakan Trello.
Ingat, “inbox” dalam GTD adalah tempat kita menuangkan APAPUN yang ada atau
melintas otak kita. Tujuannya, agar otak kita tidak overload karena terlalu banyak
memikirkan berbagai hal dari yang penting, yang urgent, keluarga, ide bisnis baru,
politik, sampai memikirkan siapa nama calon anak-nya Kim Kardashian.
Step 2: Clarify
Nah, setelah kita filter dan tanyakan, apa action yang diperlukan (atau jika tidak ada
action), papan Trello saya sekarang menjadi seperti Gambar 6. Kita membagi setiap hal
yang ada dalam pikiran kita sesuai tahapan dan kebutuhan.
Gambar 5 – Menggunakan Trello untuk GTD 201
Gambar 6 – Menggunakan Trello untuk GTD 201, setelah tahap Clarify
Step 3: Organize
Kini saatnya kita melakukan organisasi rencana dengan melakukan sinkronisasi
dengan aplikasi lain:
Untuk Bagian Calendar saya mengatur otomisasi untuk langsung masuk
Google Calendar. Ini dengan pertimbangan kalendar di Google secara
seamless bisa dilihat di berbagai device yang saya gunakan.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
17
Gambar 7 – Menggunakan Trello untuk GTD 201, setelah tahap Organize
Untuk Wishlist/Maybe dan Referensi saya mengatur untuk secara otomatis
masuk ke Evernote. Untuk melakukan otomatisasi saya menggunakan aplikasi
Zapier; alternatif lain adalah dengan apps bernama ifttt alias membuat “resep”
if this than that. Misalnya, saat saya menemukan online training bagus dari
Stanford University yang berjudul How to Create Online Course, dengan
membuat sebuah “kartu” di bagian Referensi di Trello, secara otomatis (oleh
Zapier) catatan saya itu akan disimpan di Evernote seperti pada Gambar 8.
Gambar 8– Sinkronisasi Trello dan Evernote
18
Untuk aktivitas yang masuk kategori Projects, ada dua langkah yang saya lakukan:
Pertama, membuat Checklist di dalam proyek seperti berikut ini:
Gambar 9 – Checklist untuk Proyek
Kedua, membuat direktori folder proyek di Dropbox, sesuai dengan nama proyek untuk
menyimpan semua file proyek di dalam folder itu seperti pada Gambar 10.
Gambar 10 – Folder Proyek di Dropbox
Inti dari semua hal yang saya lakukan ini adalah saya mencoba untuk membuat sebuah
proses mengikuti alur GTD menggunakan aplikasi yang bisa diakses baik dengan
smartphone ataupun laptop.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
19
Mind Like Water…powered by a smartphone
Sekarang saya merasakan manfaat besar dengan mengabungkan metode GTD dengan
kecanggihan telepon genggam, dan sampai sekarang masih terheran-heran bagaimana
barang di tangan saya ini benar-benar bisa menjadi “otak kedua”.
Tujuan dari semua exercise saya diatas bukanlah untuk bikin hidup saya rumit. Kalau
bikin susah, saya akan segera tinggalkan.
And this is not to impress anyone, walaupun mungkin saya sangat sering
merekomendasikan cara ini kepada sahabat dan rekan kerja saya termasuk menulis
buku ini.
Tujuan saya adalah agar saya bisa memastikan semua yang terlintas di kepala saya
terorganisir dengan baik, sehingga kepala saya bisa fokus pada hal yang penting untuk
saat ini.
Being present and mindful. Live in the moment.
Catatan:
Setelah merasakan manfaatnya, sekarang ini saya menggunakan layanan Dropbox dan
Evernote premium (alias bayar). Biaya per bulan kira-kira secangkir kopi Starbuck, jadi
menurut saya OK-lah.
		
Ada yang bertanya: “bagaimana kalau handphone kita hilang? Hilang dong otak kedua
kita?” Jawaban: “the beauty of cloud, datanya tersimpan di server dan di semua device
kita.” Tapi ini juga berarti kita HARUS memastikan security setiap aplikasi dan device
kita mengingat banyak data pribadi kita ada di dalam smartphone.
20
4:	Ingin produktif? Selalu memaafkan kesalahan
	 dan rajin-rajin piknik
Setelah bagian 2 dan 3 sangat berbau teknis, maka kali ini kita mulai memasuki bagian
yang non teknis.
Adalah benar kata orang-orang tua yang mengatakan bahwa manusia pada umumnya
menghabiskan waktu dan energi untuk masa lalu dan masa depan. Lupa bahwa hidup
itu terjadi saat ini. Nostalgia masa lalu, kenangan indah, dendam pada seseorang,
sampai penyesalan pada perbuatan yang kita lakukan (atau justru perbuatan yang tidak
kita lakukan) sering mengisi hari-hari kita. Masalahnya, hidup terjadi saat ini, bukan di
masa lalu.
Untuk bisa produktif, kita harus hidup di saat ini. At the present moment.
Saya pribadi sebenarnya tidak terlalu banyak memikirkan sesuatu yang telah terjadi.
Saya bisa move on dengan cepat. Namun saya termasuk orang yang banyak memikirkan
masa depan. Sering takut akan hal-hal yang belum terjadi. Ketakutan terhadap
kegagalan karir, bisnis atau takut akan kematian. Saya punya kebiasaan untuk membuat
rencana. Planning. Membuat antisipasi. Strategi. Risk Analysis.
Eksekusi? Mendekati nol.
Masalahnya, untuk bisa menghasilkan sesuatu, kita harus lakukan sesuatu saat ini. Just
do it, NOW!
Brain is an excellent visualization and planning machine, but…
…it could lead us to be unporductive.
Otak manusia adalah salah satu instrumen yang bertugas memastikan kelangsungan
hidup ras manusia. Menurut pakar neuroscience (antara lain John Medina), tugas
utama otak manusia bukanlah untuk berpikir melainkan untuk memastikan survival
kita sebagai mahluk hidup.
Sakit hati dan dendam kepada seseorang bisa menyebabkan otak kita tanpa diperintah
mengalokasikan energi untuk merencanakan apa yang harus kita lakukan kepada orang
itu. Fight or Flight?
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
21
Itu yang akan ada di benak kita. Otak kita akan memvisualisasikan semua hal yang nyata
pernah terjadi, dan lebih banyak lagi hal-hal tidak nyata yang menghabiskan energi.
Kita seringkali sering terjebak dalam visualisasi doom scenario yang membuat mood
kerja kita hilang atau malah membuat hati bertambah sakit. Membuat fisik lemah dan
depresi. Tidak produktif!
Ketakutanakanmasadepanjugasalahsatutriggerotakuntukmembuatdoomscenario.
Bagaimana kalau saya dipecat? Bagaimana saya akan menghidupi anak-istri saya.
Bagaimana kalau saya meninggal saat anak saya masih kecil-kecil? Strategi apa yang
harusdisiapkansejaksaatini?Bagaimanacaranyamenyiapkansemuahalagarjikaterjadi
apa-apa,everythinghasbeenprepared?Persiapanuntukmasadepansangatbagus,tapi
menghabiskan banyak waktu untuk khawatir akan masa depan? Tidak Produktif!
Memaafkan, memutus doom scenario di otak kita
Dengan memaafkan orang lain kita akan bisa memutus lingkaran pikiran yang
sebenarnya tidak perlu. Bagus untuk kita mengingat sebuah kesalahan dan mengambil
pelajaran agar tidak terjadi lagi. Namun cukup sampai disitu dan tidak perlu
memperpanjang hal-hal yang hanya membuat kita lelah sendiri. Forgive, but keep the
lesson.
Kalau bisa, ciptakan sebuah karya, musik, buku atau bahkan bisnis yang terinspirasi
dari sakit hati atau dendam itu. Ini baru produktif.
Memaafkan diri sendiri juga perlu untuk memutus doom scenario. Menyiapkan masa
depan seperti asuransi dan investasi sangatlah penting. Namun menyadari bahwa saya
sebagai manusia mempunyai kekurangan dan mungkin tidak bisa kontrol semua hal
di dalam hidup kita dan hidup orang lain, akan membantu kita untuk mengantisipasi
masa depan dengan fokus pada hal-hal produktif yang bisa kita lakukan saat ini.
Piknik, menikmati udara segar dengan keluarga, sangat baik untuk produktif
Pernah ada periode dimana saya merasa piknik akan merampas waktu produktif saya.
Ada juga ketakutan kehilangan opportunity bisnis saat saya sedang tidak bekerja. Dulu,
bagi saya setiap waktu di luar tempat kerja adalah sebuah kerugian.
Belakangan saya mulai melihat bahwa produktivitas saya justru naik setiap kali saya
pulang jalan-jalan. Kadang-kadang hanya pergi menginap di tempat yang sejuk di Bogor
atau Bandung. Atau pulang kampung ke Bali atau Riau.
22
Saya sering mendapatkan inspirasi bagus saat berada di luar ruangan. Memandang
gunung di kejauhan. Ke taman bermain anak-anak. Melihat daun yang basah. Melihat
seorang kakek menggendong cucunya dengan bahagia. Memandangi anak-anak saya
kegirangan main di kolam renang. Saya bisa menikmati saat itu.
At that kind of time, I could live at the present moment. I was content.
Your life is never off-track…
Dulu saya sering menyalahkan orang lain yang menyebabkan hidup atau karir saya tidak
berjalan sesuai rencana. Saya sering menyalahkan diri sendiri karena tidak melakukan
hal-hal yang menurut saya harus dilakukan. Sekarang ini saya mulai memahami bahwa
hidup ini sering tidak berjalan sesuai rencana kita. Yang saya harus cari adalah the
meaning of it. What lesson could I take from that?
Ada orang yang berbuat salah atau menyakiti saya. Ya saya maafkan. Manusia tidak
sempurna. Saya juga sering berbuat salah. Selain itu, banyak juga malah ribuan kebaikan
oranglainyangtidakpernahsayahitung-hitung,kenapakitamalahmenghabiskanenergi
pada satu atau dua kesalahan? Memaafkan membantu meringankan beban otak saya!
Piknik di alam terbuka bersama keluarga membantu saya untuk menghentikan otak
yang selalu berlari cepat. Membantu saya untuk menghargai setiap detik berharga yang
hadir saat ini. Bahwa penting menikmati hidup saat ini.
Menyadari semua yang berharga di menit ini, membantu saya untuk fokus pada apa
yang bisa saya kerjakan sekarang.
To work and live in the here in the now.
Mind like water.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
23
5:	Mengatasi marah, takut, dan
	 “amygdala hijack”lainnya
Kali ini adalah catatan tentang usaha saya memahami dan mengurangi kemarahan
yang datang tiba-tiba, rasa takut dan khawatir yang berlebihan. Kenapa penting buat
saya? Betul, karena perasaan seperti itu bikin saya tidak produktif. Malah sering
“menghancurkan satu hari” karena gara-gara marah-marah di pagi hari, saya kehilangan
mood untuk bekerja.
Malah ada yang lebih “parah” dalam hal menghancurkan hidup gara-gara emosi yang
tidak terkendali. Pernah lihat anggota DPR yang adu pukul di Senayan? Ingat Zinedine
Zidane menghantamkan kepalanya ke pemain Italia, yang menyebabkan ia dikeluarkan
dari lapangan dan akhirnya Perancis kalah di Final Piala Dunia 2006?
Nothing as it seems
Beberapa orang yang mengenal saya terutama lima tahun ini pada umumnya mengenal
saya sebagai orang yang cukup sabar (hahaha…). Tapi bagi yang sudah mengenal saya
cukup lama, sering bekerja bareng ataupun berada di sekitar saya cukup rutin (misalnya
istri dan keluarga saya), mungkin akan punya pendapat bahwa kadang-kadang saya
termasuk kategori pria “darah tinggi” :)
Dalam pekerjaan, saya pernah berdebat sampai pada titik dimana saya sangat
defensif dan mengucapkan berbagai pernyataan “tidak pas” untuk membela diri atau
menyerang lawan. Jika melihat sebuah pekerjaan tidak diselesaikan dengan baik oleh
tim saya, “bakat terpendam” sering muncul; rekan saya ada yang memberikan feedback,
bahwa kadang-kadang saya bisa menjadi sangat sinis.
Di lapangan basket, saya pernah hampir berkelahi secara fisik! Mungkin kejadian ini
banyak dialami teman-teman lain, cuma untuk kasus saya yang jadi lucu adalah lawan
saya masih SMA dan waktu itu saya sudah bekerja di sebuah perusahaan. Sungguh
memalukan…(untung ada yang lebih epic kayak tragedi Zidane di atas).
Saat menyetir, seringkali kendaraan saya diserobot oleh kendaraan lain dalam sebuah
kemacetan yang sangat panjang dan saya menjadi sangat agresif mulai dari klakson
sampai tindakan-tindakan nekat yang membuat istri saya sangat marah.
What was I thinking?!
24
Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti itu? Apa yang ada di pikiran saat itu?
Sekali lagi hal ini penting buat saya karena setelah mengalami kejadian seperti di atas
butuh waktu yang lama untuk mengembalikan mood agar bisa bekerja produktif. Itu
belum termasuk “damage control” untuk meminta maaf, menghilangkan rasa malu dan
mengembalikan kredibilitas. Hahaha!
Nah, ini yang menarik…
Marah hanya satu dari sekian banyak emosi kita.
Siapa yang pernah mengalami hal-hal yang juga dulu mengganggu saya:
Kita diminta untuk melakukan presentasi ke Board of Director minggu depan, dan
selama 7 hari 7 malam perut kita mules setiap kali membayangkan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan atau membayangkan kita akan melakukan ketololan.
Tapi saat ingin mempersiapkan diri malah tidak bisa konsentrasi, karena otak tidak bisa
diajak kerjasama lagi…
Saat kita membaca berita-berita tentang resesi, inflasi dan pemutusan hubungan
kerja besar-besaran, tanpa disadari, bayangan itu menghantui dan menyebabkan rasa
khawatir berkepanjangan yang menyebabkan susah tidur. Akibatnya? Di saat jam kerja
kita malah mengantuk dan tidak bersemangat! Keinginan sih bisa tidur di malam hari
dan tidak terlalu khawatir. Namun yang terjadi sebaliknya…kenapa jadi seperti itu?
Ada opportunity yang ditawarkan seorang rekan, namun dalam pikiran kita rasanya
tidak mampu. Takut gagal. Malas juga rasanya untuk harus bertemu orang di industri
yang tidak kita kenal dengan baik. Ada keinginan untuk mencoba, ada juga rasa takut.
Akhirnya galau!
Mengenal Amygdala Hijack
Istilah Amygdala Hijack diciptakan oleh Daniel Goleman, sang Bapak Emotional
Intelligence. Namun istilah dan inspirasi tentang cara menghandle ini saya dapatkan
dari buku berjudul Search Inside Yourself, sebuah buku yang ditulis Chade Meng Tan,
seorang engineer Google, berdasarkan training di perusahaan itu.
Amygdala adalah bagian otak yang salah satu fungsinya menyimpan memori terkait
emosi. Jika di awal evolusi-nya manusia menyentuh api dan terbakar, maka amygdala
menyimpan memori ketakutan dan rasa sakit terbakar itu. Jika dulu nenek moyang kita
kesakitan karena digigit ular beracun, amygdala menyimpan memori abadi tentang ular
dan bahayanya.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
25
Otak manusia berfungsi memastikan survival ras-nya dan amygdala memegang peran
besar dalam tugas itu.
Nah, di saat otak melihat ada “ancaman” terhadap kita, amygdala akan membajak
mekanisme berpikir rasional dan menyiapkan respon super cepat yang hanya terdiri
dari tiga pilihan: Flight, Fight, Freeze.
Moto dari amygdala adalah “it’s better safe than sorry”.
Misalnya kita melihat ular, dan tanpa pikir panjang kita lari terbirit-birit, maka itu
termasuk amygdala hijack. Otak rasional kita di by-pass dan memerintahkan tubuh
kita langsung lari. Tanpa berpikir, seluruh tubuh kita sudah lari secepat kilat. Otot
menegang, jantung memompa lebih kencang, dan kaki terasa sangat ringan. Itu contoh
flight response.
Dalam keadaan terdesak, seorang ibu menyelamatkan anaknya dari serangan
perampok. Tanpa diperintah, sang ibu mengeluarkan semua tenaga dan jurus untuk
melindungi anaknya. Fight response.
Saat mendapatkan berita yang mengagetkan, tubuh kita kaku tidak bergerak. Pikiran
kosong, tidak tahu harus berbuat apa. Freeze response.
Lalu apa hubungannya dengan produktivitas kita?
Karena amygdala hijack juga bisa memberikan sinyal palsu.
Kekhawatiran kita akan presentasi di depan Board of Director, bagi amygdala
diasosiasikan sebagai “ancaman” terhadap diri kita. Otak rasional kita langsung dibajak
dan secepat kilat menyiapkan flight response. Jantung berdegup keras, tubuh dan otot
menegang. Perut mules. Pengennya, kita tidak usah presentasi.
Kekhawatiran kita akan ekonomi yan memburuk, membuat amygdala membajak
pikiran jernih kita. Langsung freeze mode. Bengong, bingung dan tidak tahu harus
berbuat apa.
Intinya, saat kita melakukan sesuatu tanpa disadari, itu adalah bagian dari amygdala
hijack. Ada yang bagus dan tepat (misalnya lari saat melihat ular), ada yang tidak tepat
(misalnya “lari” saat diberikan tanggung jawab pekerjaan baru).
Yang kita perlu lakukan adalah mengenal mana stimulus yang benar, mana yang palsu.
26
Karena jika rasional kita terlalu sering dibajak oleh amygdala, saat itulah produktivitas
kita hilang!
Menyelamatkan otak rasional dari pembajakan
Berita bagusnya adalah kita bisa melatih diri kita untuk memahami dan menangani
amygdala hijack.
Berita buruknya, perlu waktu dan latihan.
Terus terang saja, saya termasuk murid yang lambat dalam hal ini. Dan ini sebabnya
saya menulis hal ini panjang lebar, sebagai sebuah catatan untuk diri sendiri, serta
membuat diri saya accountable di depan orang banyak yang membaca buku ini!
Karena saya menulis ini dalam konteks produktivitas bekerja, maka sebenarnya
kejadian kita akan mendapat ancaman nyata (seperti nyawa terancam oleh binatang
berbahaya) sangat kecil terjadi.
Oleh karenanya, ini langkah yang saya sedang lakukan setiap kali saya mulai merasa
emosi saya ke arah negative:
1. Wait, sit and just breath
Victor Frankl pernah menuliskan bahwa “antara stimulus dan respon, ada sebuah
ruang. Dalam ruang itu terletak kebebasan dan kekuatan kita untuk memilih respon apa
yang ingin kita keluarkan. Dalam respom itu terletak kebahagiaan dan perkembangan
kita sebagai manusia”2
Setiap saya mulai merasakan emosi seperti marah, malu, takut, atau khawatir, yang
pertama kali saya lakukan adalah memberikan waktu paling tidak 15 detik untuk
memahami “apa yang saya pikirkan?”. Sebelum saya mengeluarkan kata apapun
atau melakukan tindakan apapun (misalnya menulis komentar di facebook!), saya
memberikan kesempatan frontal neo cortex saya (alias si pikiran rasional) untuk
memahami kenapa saya ingin melakukan hal itu?
Sambil duduk saya akan memusatkan pikiran pada nafas saya. Breath in; breath out.
Just breath, like your life depends on it.
Pada intinya, berikan jarak, waktu, dan ruang, antara apa yang kita lihat/pikir, dan apa
yang kita katakan/lakukan.
2 - Frankl, Victor. Man’s Search of Meaning.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
27
2. Perhatikan perubahan pada tubuh
Menurut para pakar emosi, lebih mudah mengamati perubahan emosi dari perubahan
pada tubuh kita. Jantung yang mulai berdegup lebih kencang; rahang menegang, tangan
mengepal, keringat mengalir atau bulu kuduk berdiri (ini kalau lewat tempat gelap
hahaha). Selain fisik luar, kita juga bisa merasakan perut yang mules, persendian lemas
ataupun pikiran yang terasa penuh dan kalut.
Pada intinya, kita harus selalu awas dan menyadari perubahan yang ada. Kita tahu,
amygdala sedang membajak pikiran kita…
3. Tandai dan sebutkan emosi yang kita rasakan
Cara yang ketiga dianjurkan oleh Matthew Lieberman, seorang pakar dari UCLA. Ia
menyebutnya sebagai affect labelling.3
Jika saya merasa sangat marah, setelah step 1 dan 2 diatas, saya harus mengatakan “Saya
sangat marah!”. Kalau saya takut, saya mengucapkan “saya takut.”
Menurut penelitian ilmiah, dengan menandai (labelling) dan mengatakan apa yang kita
rasakan, peran amygdala akan berangsur di ambil alih oleh Medial Pre Frontal Cortex
(MPFC)yangmerupakanpusatkeputusandiotakkita.Inibagianrasionaldalamotakkita.
Permasalahan terbesar dari usaha diatas adalah menyadari bahwa kecepatan amygdala
membajak pikiran kita adalah dalam kecepatan nano-detik, sehingga mengatasi emosi
bukanlah hal yang mudah. Mau rasional, tapi omongan kasar udah keburu keluar :)
Namun mengingat emosi-emosi negatif yang tidak terkontrol bisa menyebabkan
kinerja kita menurun dan tidak produktif, saya mendorong diri saya untuk berusaha
melakukan tiga hal diatas. Sangat layak untuk kita perjuangkan.
3 - Tan, Chade-Meng. Search Inside Yourself.
28
6:	Menangkap momen“in the zone”,
	 meraih“taksu”
Dari semua bab yang ada dalam buku ini, jika ada tulisan yang saya ingin orang dekat
(teman kerja, klien, bos, keluarga dan sahabat) benar-benar membaca adalah Bab ke 6
dan ke 7.
Dalam usaha mencari cara kerja lebih produktif, akhirnya pencarian saya sekarang
sampai pada pencarian tentang apa makna hidup, the things I really enjoy, what I stand
for, serta kembali kepada sebuah percakapan kecil dengan bapak di teras rumah sekitar
tigapuluh tahun silam. Kali pertama saya mendengar sebuah kosa kata baru: taksu.
In the zone: dari basket, six sigma sampai book publishing
Saya pemain basket pas-pasan, tapi ternyata saya belajar banyak tentang berkarya dari
olahraga ini. Alkisah, dua puluh tahun yang lalu di sebuah kampus di jalan Ganesha
Bandung, saya sering mengisi waktu luang saya di kantin GKU dan lapangan basket
bersama teman-teman satu jurusan. Di pinggir lapangan basket, awalnya saya hanya
duduk-duduk menonton teman-teman saya bermain basket. Karena mereka sering
kurang pemain, maka seringkali saya diajak sebagai pelengkap penderita. Dan kami
melakukan itu hampir setiap hari, berebutan dengan begitu banyak mahasiswa
pencinta basket di kampus, anak basket beneran, dan aktivis kampus yang ingin
menggunakan lapangan untuk demonstrasi.
Walaupun bermain hampir tiap hari, saya tetaplah pemain basket yang payah. Namun
ada sesuatu saat bermain basket yang membuat saya kecanduan.
Ada saatnya saat bermain saya merasa begitu tenang. Saat memegang bola saya rasanya
seperti melihat teman dan lawan dalam gerakan slow-motion. Waktu seakan bergerak
sangat lambat namun berlalu sangat cepat. Saat kami tertawa senang, tawa itu seakan-
akan terpatri dalam keabadian. Beku dalam rasa bahagia.
Tapi momen-momen itu tidak datang setiap saat. Kadang-kadang permainan saya
benar-benar payah dan tidak bisa dinikmati. Namun adakalanya saya-saat tertentu
perasaan bahagia dalam bermain itu muncul lagi.
Saat itu saya tidak terlalu tahu fenomena itu, yang jelas saya punya motivasi besar
untuk tetap bermain basket saat sudah bekerja. Dan itu yang saya lakukan.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
29
Saya sangat beruntung akhirnya berteman dan bersahabat dengan teman sekerja di
sebuah camp di Duri (Riau) yang menjadi teman bermain basket. Awalnya tiap sabtu
pagi, sekali seminggu. Lalu bertambah menjadi dua kali seminggu, tiga kali seminggu
dan akhirnya membentuk liga basket.
Dan momen itu hadir lebih sering. Kebahagiaan dalam bermain dan tertawa bersama
sahabat. Matahari bersinar lebih cerah tapi tidak terasa menyengat. Dan melihat lawan
seperti bergerak dalam slow-motion. Kembali, beku dalam rasa bahagia.
Tak heran bagi saya semua teman bermain basket dari jaman di kampus, di Duri, dan di
Jakarta adalah sahabat saya.
Setelah mengalami fenomena slow-motion dalam bermain basket cukup sering, saya
mulai bisa menandai momen yang sama itu kadang-kadang muncul juga saat saya
bekerja. Saat bekerja di Caltex dulu, seorang engineer senior meminta saya untuk
melakukan time-motion-study untuk sebuah proses. Data dan mapping yang kami
dapatkan lalu kami gunakan dalam melakukan re-engineering proses. Menganalisis
data dan membedah prosesnya. Rasa nyaman dan tenang itu muncul lagi. Slow-motion.
Whoa, I like this job.
Perasaan yang sama muncul setiap kali saya diminta untuk bekerja mengolah dan
mengerti data. Dan lalu saya dikirim untuk training Six Sigma (dan belakangan Lean
Thinking). Ada hal-hal di dalamnya yang saya bisa nikmati dalam suasana yang smooth
dan effortless. Mengerjakan beberapa improvement bersama cross-functional team…
betapa saya menikmati bekerja dengan data, menganalisis, mengerti dan menerapkan
sebuah aksi bersama sebuah kelompok kerja.
I could still see it vividly in slow-motion. Menyetir ke steam station 5. Berdebat seru
dengan para operator. Menyerap ilmu dari pengalaman lapangan; menunjukkan data
dan grafik kepada mereka. Fine-tuning steam generator. Mengamati asap pembakaran.
Menikmati pesta durian saat improvement berhasil.
Di perusahaan berikutnya, GE, saya mendapatkan sensasi yang sama setelah
dikenalkan dengan konsep rapid improvement workshop, yang di perusahaan itu diberi
nama Action Work Out.
Di hampir setiap Work Out Di Jakarta, di Bangkok, perasaan damai yang tenang di
tengah keriuhan debat yang sering berakhir setelah hari gelap. Whoa, I love this job.
30
Ketika saya ditugaskan ke bagian CRM (Customer Relationship Management) bagi saya
layaknya seperti pencinta surfing dikirim ke Bali atau Nias. CRM adalah surganya data;
dan saya sangat menyukai menganalisa data dan membuat langkah strategis dari hasil
analisa itu
Mengenal in the zone atau flow
Saat saya membaca beberapa buku Malcom Gladwell bertahun-tahun setelah saya
mengalami slow-motion pertama di lapangan basket, saya akhirnya tahu bahwa saya
mengalami momen yang disebut in the zone; atau dalam bahasa teknis disebut sebagai
Flow oleh Mihaly Csikszentmihalyi.4
Setiap atlet hebat akan (berusaha) menangkap
momen in dalam performa-nya. Tapi kenapa saya, yang bahkan dalam seleksi pemain
basket tingkatkelurahan pasti tidak terpilih, bisa memasuki momen itu?
Saat seseorang sangat menikmati yang ia lakukan, seluruh energi dan pikirannya
akan terserap ke dalam yang ia lakukan. Konsep waktu akan hilang. Our body would
disappear. Problems…identity..disappear. Saat momen inilah tubuh kita seakan-akan
punya pikiran sendiri yang secara otomatis mengikuti apa yang kita inginkan.
BagiparaatlethebatsepertiMichaelJordanatauLebronJames,inilahsaatmerekabergerak
sepertimenari,effortlesstapimematikan!Beradadalamkondisiinthezoneakanmembuat
setiap orang sangat produktif karena seluruh kemampuan keluar maksimum tanpa
usaha yang sangat harus dipaksa. Bagi orang seperti saya, paling tidak perasaan “penuh”
dan “kosong” di saat bersamaan menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri.
Gambar 11 – Penjelasan tentang flow bisa anda tonton di channel TED
(tautan bisa lihat di footnote)
4 - http://www.ted.com/talks/mihaly_csikszentmihalyi_on_flow/transcript?language=en
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
31
Tapi ada satu yang saya mengerti sekarang. When I really enjoy something, I can
move into the “flow”. Tak heran, saat pacaran dulu momen ini akan muncul dengan
rajin;begitu juga saat menimang anak-anak saya pertama kali.
It’s quiet..peace..timeless..freezing in the eternity.
Marking the joy or bad moment
Sejak mengerti itu, saya lalu memulai sebuah kebiasaan baru yakni menandai setiap
experience dan aktivitas dalam kategori joy or bad moment. Thumb up or thumb down.
Atau kalau meminjam istilah Steve Jobs, cool atau bozo.
Ini daftar joy/thumb up/cool saya:
	
	 • Waktu bersama keluarga, main bersama istri dan anak-anak saya
	 • Olahraga seperti basket, berenang, atau berjalan santai di pagi hari
	 • Memahami data dan mengerti implikasinya terhadap proses atau bisnis
	 • Action work out atau rapid improvement workshop; pada dasarnya saya
	 menikmati setiap kerja kelompok yang berorientasi pada action
	 • Membaca apa saja
	 • Menulis apa saja…that’s why you read this :) Thank you!
	 • Berdiskusi tentang menerbitkan buku/book publishing (yes, I enjoy even just by
	 talking about the plan!!!)
	 • Bangun subuh, tapi kalau bisa habis makan siang tidur sebentar :)
	 • Nonton live concert (musik apa saja); kalau nonton musik, saya bisa sendirian
	 ngga pernah mati gaya :)
	 • Pearl Jam (mendengarkan, membaca tulisan, lirik, membolak-balik buku
	 fotonya, ngobrol, baca tulisan dan komentar fans).
	 • Bengong di alam terbuka
	 • Memberi pelatihan/menjadi trainer
	 • Nyanyi (peringatan: kualitasnya termasuk kategori toxic buat mahluk hidup
	 hahahaha!)
Dan ini daftar bad moment/thumb down/bozo versi saya (ini selera pribadi, bukan
bersifat universal ke setiap orang):
	
	 • Menyetir mobil di jalanan yang macet, atau di jalanan yang rusak, atau di jalanan
		 yang banyak bis/truk nyetir ugal-ugalan (dalam ukuran Indonesia, mungkin ini 	
		 bisa ditulis lebih singkat “tidak suka nyetir” :) Tapi sejujurnya, saya menikmati
		 nyetir di Bali, terutama antara Singaraja — desa Kalianget, kampung saya. Lurus,
		 mulus dan di pinggir pantai
32
	 • Meeting yang tak berkesudahan dengan agenda yang tak jelas
	 • Ceremonial event; bisa dibilang hampir semua acara seremoni …mulai dari gala
		 dinner, acara kantor resmi, acara keluarga, acara adat, acara agama…I am just
		 not into it…terutama kalau seremoni yang pakem-nya sangat ketat dan harus 	
		 formal. Semakin formal, semakin mati gaya.
	 • Ke disko/clubbing: selalu merasa mati gaya di tempat-tempat clubbing. Mungkin
		 karena selera saya ngga ke techno/hip-hop atau mungkin karena minder aja.
	 • Ngobrol dengan orang yang pikirannya duit terus; saya sangat mengagumi banyak
		 pebisnis, terutama karena cara berpikir mereka yang umumnya sangat pragmatis
		 dan action oriented. Ini tipe yang saya suka. Tapi yang suka bikin mood saya jelek
		 adalah orang yang dari awal sampai akhir, pikiran dan omongannya urusan
		 kekayaan terus atau yang semua hal dinilai dari uang.
	 •	Buku-buku motivasi “cara singkat jadi kaya”, “jadi milyuner tanpa modal”,
		 “revolusi uang”, “berkebun emas’, dll,
Mencari titik optimum buat produktivitas
Mengetahui apa yang saya suka dan nikmati menjadi penting karena ternyata bisa
membantu lebih produktif. Di sisi lain, saya menghindari aktivitas yang tidak saya suka.
Tentu saja selain karena enjoy, ada hal lain yang perlu dipertimbangkan agar menjadi
produktif. Misalnya, kesukaan saya main basket. Walaupun saya suka, tapi saya pemain
yang payah alias tidak kompeten. Selain itu orang lain tidak menilai aktivitas saya itu
bermanfaat, jadi tidak ada orang yang membayar saya untuk main basket:)
Oleh karenanya, saya menggunakan lingkaran di Gambar 12 sebagai panduan berkarya.
Untuk saya, saat ini titik optimum saya adalah di area business process management
dan continuous improvement. Saya sangat menyukai bidangnya, cukup mempunyai
pengalaman dan dasar, serta (mungkin) berguna buat orang lain. Paling tidak, ada
yang mau membayar untuk apa yang saya lakukan. Titik optimum itu menyebabkan
dorongan untuk selalu menggali pengalaman dan ilmu baru di sekitar area itu tidak
pernah membosankan. Selain itu makin lama dipelajari, baru mulai terasa bahwa apa
yang saya tahu masih jauh sekali dibawah profesional yang bergerak di bidang yang
sama di luar negeri.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
33
Gambar 12 – Titik optimum untuk berkarya
Meraih taksu
Sebagai layaknya orang Bali yang tinggal dan dibesarkan di pulau yang dulu dijuluki
Nusa Damai ini, masa kecil saya sering diajak ke kampung untuk mengikuti upacara
agama. Saya mempunyai kesenangan menonton orang memainkan gamelan di pura.
Yang membuat saya tertarik adalah tingkah-laku para penabuh yang memainkan
gamelan. Tubuh mereka seakan ikut menari, senyum merekah lebar di bibir mereka.
Kadang kala mereka akan saling melakukan kontak mata, saling melirik, memberi tanda
dan lalu tertawa terbahak-bahak sambil menggebuk kendang atau memacu gangsa. Yes,
they are having so much fun! Di kali lain saya melihat seseorang menarikan tari Topeng
Tua, yang benar-benar seperti orang tua; padahal saya tahu ia seorang guru olahraga
yang kadang-kadang menjadi Arjuna di sendratari. Ia bukan layaknya orang muda yang
memakai topeng tua, tapi ia bagaikan orang tua yang dipaksa menari!
34
5 - Untuk trailer Jiro Dreams of Sushi, silahkan kunjung tautan ini https://www.youtube.com/
watch?v=I1UDS2kgqY8
Dalam sebuah obrolan di teras rumah, saya menanyakan itu kepada (alm) Bapak. Ia
berkata, “oh itu namanya taksu. Setiap orang harus menemukan taksu-nya agar apa
yang dilakukan punya jiwa.” Sesingkat itu penjelasan Bapak saya. Saat itu saya berpikir,
taksu adalah suatu ilmu untuk penari atau penabuh. Malah kebayang taksu adalah suatu
ilmu mistik.
Dalam perjalanan waktu, saya mulai melihat patung yang memiliki “jiwa”. Lukisan yang
memiliki “jiwa”. Dan mulai mendapatkan pengalaman memiliki guru sekolah yang
sangat menjiwai perannya. Bidan yang sangat dicintai tetangga-tetangganya. Ooh…
ternyata bukan hanya seniman. Bukan pula ilmu mistik.
Bertahun-tahun mencoba memberi makna pada kata taksu, akhirnya yang paling dekat
bagi saya penjelasannya adalah istilah shokunin dalam bahasa Jepang, seperti tema
utama film Jiro Dream of Sushi.5
That I must do what I love; Love what I do.
And never stop improving myself.
So I can give some value to my output,
and maybe I can help some other people along the way…
Tidak masalah apakah saya menjadi penjual sushi, direktur, guru, pengusaha, seniman,
investorataupemulung.Yangpenting,sayamemberikanjiwakepadaapayangsayakerjakan.
Bagi saya, itulah taksu.
Sebuah kata sederhana yang akan saya coba raih dalam sisa hidup saya.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
35
7:	Menulis Obituari Saya Sendiri
Obituari Gede Manggala
Pria ini menjalani hidup bahagia dalam masa hidupnya. Ia mengakui dan menerima
semua kekurangan, kegagalan, dan keterbatasannya sebagai pernak-pernik hidup
yang perlu untuk melengkapi semua kesenangan dan kenikmatan untuk menjadikan
hidupnya sebagai dongeng yang luar biasa.
Perbedaan adalah keindahan
Gede sangat mencintai dan dicintai keluarganya. Dalam keluarga yang layaknya versi
mini dari Bhinneka Tunggal Ika, ia dikenang sebagai orang yang melihat perbedaan dan
keberagaman sebagai warna-warni yang membuat keluarga lebih indah; bukan melihat
perbedaan sebagai hal yang memisahkan dan membuat retak. Pria ini selalu bersyukur
mempunyai keluarga besar yang menjadi sumber kekuatan hidupnya.
Learning is so much fun, so enjoy it and never give up in the journey!
Jika kita tanya putra-putrinya tentang sang ayah, semua kompak menjawab bahwa yang
mereka paling ingat tentang ayahnya adalah kata-kata, “learning is so much fun!” Sang
putri masih ingat bagaimana sang ayah selalu mendorongnya untuk menikmati segala
hal sebagai pembelajaran. Hal-hal yang diajarkan di sekolah, dan semua fenomena
yang ditemui di sekitar rumah. Matematika, bahasa, fisika, biologi, kimia. Menikmati
melukis dan menyanyi. Belajar tentang rumah semut di pekarangan dan asal-usul
hujan.
Kalau menurut sang putra, hal yang paling ia ingat adalah menyanyikan bersama-sama
lagu “kebangsaan” sang ayah yang liriknya:
I get knocked down
But I get up again
You’re never going to keep me down…
Warisan terbesar ayahnya menurut sang anak adalah bagaimana arti sukses.
SUKSES adalah saat kita jatuh sepuluh kali, lalu kita bisa bangun sebelas kali dan tidak
pernah berhenti mengambil hikmah dari setiap kejadian itu.
36
Knowledge based society
Bagi sahabat dan koleganya, Gede dikenal sebagai orang yang turut mempunyai peran
dalam menyebarluaskan knowledge based society, cara berpikir dan bertindak yang
menggunakan sistematika berpikir berdasarkan data dan fakta untuk memperbaiki
keadaan sekitar. Bersama teman dan koleganya, ia menulis, memberikan training,
memberikan konsultasi dalam menerapkan prinsip itu di berbagai organisasi.
If you don’t like what you see, create your own. Simplify and make it fun!
Pria yang lahir dan dibesarkan di Singaraja (Bali) ini juga sejak masa mudanya dikenal
gemar berkolaborasi dengan orang dari berbagai latar belakang keahlian seperti
praktisi perbaikan proses, desainer grafis, penulis, kartunis, pelukis, pembuat video,
ataupun musisi untuk mencoba berbagai proyek yang bertujuan membuat eksperimen
berbagai hal penting yang sering tersembunyi, hal-hal yang dianggap membosankan,
atau “ditakuti” karena dianggap terlalu serius untuk menjadi lebih mudah dicerna
karena dibuat dengan lebih ringan, lebih simpel dan lebih enak dinikmati panca indra.
Bermula dari ketidaksukaannya melihat toko buku didominasi buku-buku tentang
“revolusi uang”, “pensiun muda kaya raya”, sampai “cara instan jadi milyuner”…
bersama teman-temannya yang satu ide, Gede terlibat dalam berbagai proyek.
Awalnya ia dan rekan-rekannya menulis beberapa buku dan perlahan-lahan menjadi
multi-media contents dari video, musik, sampai e-learning/online course. Content
yang digarap mulai dari topik problem solving, musik non-mainstream, SOP (standard
operating procedures), tentang tempat-tempat indah di Bali yang belum populer
(Bali Utara, Timur, Barat), tentang berbagai kopi asli Indonesia, ikut membuat “syarat
& ketentuan” berbagai produk asuransi dan kartu kredit menjadi mudah dipahami
dengan bahasa visual, sampai terlibat dalam penyederhanaan proses dan peraturan
di rumah sakit, birokrasi pemerintahan dan juga proses penyederhanaan pembuatan
undang-undang di Indonesia.
Apa yang ia dan beberapa orang mulai dengan gerakan #simplicity101 akhirnya menjadi
sebuah gerakan yang dilakukan banyak orang dan turut berkontribusi pada sistem
masyarakat dan birokrasi Indonesia yang sangat produktif dan efisien.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
37
The journey is the reward
Dalam mencoba berbagai hal itu, tidak sedikit akivitas itu yang tersendat atau sangat
struggling agar bisa selesai. Yang menarik adalah jawabannya ketika ditanya apakah ada
eksperimen yang ia pernah sesali?
“Semua aktivitas, kolaborasi, eksperimen dan struggle itu memberikan saya sahabat
dan pengalaman yang sangat berharga. Uang bisa habis digunakan atau diambil orang
lain. Harta tidak bisa saya bawa setiap saat. Berbeda dengan pengalaman; kenangan itu
tidak akan habis atau bisa direbut orang lain. Semua tersimpan di dalam pikiran, hati
dan jiwa saya…”
— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —— — — — — 
— — — — — — — — — 
Obituari ini saya tulis sebagai satu kesatuan dengan usaha saya menjadi lebih produktif.
Ada beberapa prinsip yang mendasari kenapa sebuah obituari bisa membantu saya:
		 Yang pertama adalah salah satu prinsip yang diperkenalkan oleh Stephen
		 Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People yakni Begin
		 with the End in Mind. Jadi kenapa tidak saya mulai dengan membayangkan
		 bagian “the end” saya?
		 Yang kedua adalah Victor Frankl dalam bukunya Man’s Search for Meaning
		 salah satunya mengulas bahwa setiap orang akan jauh lebih memahami makna
		 hidupnya dengan “looking back from the deathbed”. Membayangkan kilas
		 balik hidup kita saat kita berbaring menunggu ajal. Apa yang kita syukuri? Apa
		 yang akan membuat kita berbaring tenang, tersenyum, dan “siap”?
		 How do you want to be remembered?
38
		 Yang ketiga, adalah kisah Alfred Nobel. Di tahun 1888, Ludvig Nobel
		 meninggal di Perancis. Salah satu koran lokal di sana salah persepsi mengira
		 yang meninggal adalah saudaranya, Alfred Nobel, sang penemu dinamit.
		 Koran di Perancis itu membuat sebuah obituari yang antara lain menuliskan:
		 “Sang saudagar kematian telah meninggal. Dr. Alfred Nobel, orang yang
		 menjadi kaya karena menemukan cara membunuh manusia jauh lebih cepat,
		 telah meninggal kemarin”. Terkejut dan tidak terima dengan berita itu, Alfred
		 Nobel bertekad untuk mengubah jalan hidupnya, lalu menyumbangkan
		 sebagian besar kekayaannya untuk orang-orang yang telah berjasa
		 memberikan kemajuan untuk berbagai bidang seperti fisika, kedokeran
		 ataupun perdamaian. Hari ini sebagian besar orang mengenang Nobel karena
		 sumbangannya pada kemajuan ilmu dan perdamaian dunia, bukan sebagai
		 saudagar kematian akibat dinamit ciptaannya. Buat saya, pertanyaan ini
		 menarik: kita ingin dikenang seperti apa? Apa yang bisa saya lakukan mulai
		 dari sekarang?
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
39
Penutup: Tentang Bahagia
Adakah kamu yang pernah dikhianati seseorang yang sangat kamu cintai? Dan sampai
saat ini , hal itu membuat kamu menderita ? Dikhianati memang sakit, namun tahukah
kamu bahwa rasa takut akan dikhianati itulah sebenarnya yang membuat kamu
menderita? Karena seperti memar di kaki saat jatuh, rasa sakit itu sebenarnya sudah
sembuh. Yang membekas dan membuat kita menderita sebenarnya ketakutan hal
buruk itu akan terjadi lagi.
Rasa takut adalah penghalang terbesar kita untuk bahagia.
Dan bagi kamu yang sedang berbahagia karena cinta. Apakah di saat yang bersamaan
(di lubuk terdalam hatimu) kamu takut bahwa momen indah ini akan berlalu? Diam-
diam ketakutan menelisik di dalam hatimu, khawatir kebahagiaan ini akan berlalu.
Dan perasaan ini membuat kamu tidak berani terlalu bahagia. Terlalu takut bahwa
kebahagiaan ini pada akhirnya akan menyakiti?
Rasa takut adalah penghalang terbesar kita untuk bahagia.
Mengapa mengerti tentang rasa takut ini penting buat saya? Betul sekali, rasa takut dan
perasaan tidak bahagia membuat kita tidak produktif.
Sumber ketidakbahagiaan: Aversion dan Grasping
Ketakutan akan sesuatu yang jelek menimpa kita bukanlah hanya masalah cinta, seperti
dikihianati pacar atau suami. Nyatanya, ini salah satu sumber terbesar dari rasa tidak
bahagia yang menimpa kebanyakan manusia. Takut kehilangan pekerjaan, takut tidak
punya uang, takut terjadi hal yang buruk terhadap anak-anak atau orang yang kita
cintai. Takut dengan pendapat orang lain atau takut dianggap miskin.
Semua ketakutan ini disebut Aversion.
Ada kondisi sebaliknya, namun juga merupakan sumber rasa tidak bahagia. Tidak ingin
kehilangan hal yang berharga dalam hidup kita. Anda punya harta melimpah, dan tidak
ingin harta itu berkurang. Anda mempunyai karir cemerlang dan ingin memastikan
agar itu melekat seumur hidup anda. Anda mempunyai keluarga yang bahagia, dan anda
takut akan kehilangan mereka. Setiap malam anda menyimpan kekuatiran bahwa apa
yang anda punya saat ini akan hilang. Dan anda menjadi tidak bahagia.
Semua ketakutan ini disebut Grasping.
40
Let it be. Let it go.
Jika ada dua lagu yang bisa kita jadikan pedoman hidup untuk bahagia, maka itu adalah
lagu dari band legendaris The Beatles dan lagu dari film Frozen.
Cara terbaik menghindari aversion dan grasping adalah Let it be; Let it go.
Mengikhlaskan bahwa sesuatu yang buruk mungkin terjadi di luar kuasa kita. Bahwa
kita sudah berusaha tapi hasilnya masih tidak baik. Let it be.
Merelakan dan memaafkan jika ada sesuatu yang jelek menimpa kita. Kesalahan yang
orang lakukan terhadap kita. Dan juga kesalahan yang kita lakukan terhadap orang lain.
Maafkan. Minta maaflah. Let it go.
Walaupun cukup mudah dituliskan dan dikatakan, kenyataannya saya belum mampu
melakukan hal itu dengan baik.
Like writing on the water
Jika masih susah juga let it go, sebuah pepatah kuno menganjurkan kita untuk
menuliskan setiap ketakutan, kekuatiran, dan rasa amarah muncul. Namun kali ini
tuliskan semua emosi itu di atas air…
Berbahagia DAN makin produktif
Kalau kita pahami diatas, apakah cara terbaik untuk hidup dan berbahagia adalah
dengan duduk diam tanpa menginginkan apa-apa? Tidak melakukan apa-apa? Tidak
mempunyai apa-apa?
Karena saya belum berencana menjadi seorang pertapa atau yogi, maka yang saya tiru
adalah apa yang menjadi cara berpikir Tony Hsieh. Menurut pendiri Zappos ini, ada tiga
jenis kebahagiaan yang dialami manusia:
1. Pleasure: rasa bahagia yang muncul saat kita menikmati sesuatu. Makanan enak,
pakaianyangindah,mobil,berlibur,dansemuahalyangkitanikmati.Berkumpuldengan
orangyangkitasayangi.Mendapatkanhadiahataumenontonacarafavoritkita.Dalam
pleasure, kesenangan sangat terkait dengan panca indra kita. Kesenangan duniawi.
2. Passion: rasa senang saat kita sangat menikmati sebuah proses. Mencintai pekerjaan,
menikmati hobi seperti marathon, diving, basket, berkebun atau melukis. Kebahagiaan
dalam passion ini lekat hubungannya dengan istilah Flow atau in the zone.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
41
3. Higher Purpose: rasa senang yang dalam karena hidup kita mempunyai sebuah misi
besar yang ingin kita capai. Mahatma Gandhi yang ingin memerdekakan India dengan
prinsip ahimsa dan satyagraha. Bung Karno, Bung Hatta dan para pendiri bangsa
Indonesia yang mengabadikan hampir seluruh hidupnya untuk Indonesia Merdeka.
Dalai Lama yang ingin melihat manusia di Planet Bumi saling mengasihi. Orang-orang
yang mempunyai tujuan yang lebih tinggi dari sekadar menjalani hidup adalah orang-
orang yang digambarkan mempunyai kebahagiaan yang dalam. Mereka mungkin
pernah bersedih, tapi ada sebuah kekuatan yang selalu membuat mereka tegak dan
bergerak lagi. Ini sumber kebahagiaan terbaik.
Menurut Tony Hsieh, sebagian besar orang tidak berbahagia, atau tidak bisa berbahagia
dalam waktu lama karena terlalu mengejar pleasure, kadang-kadang mencoba
menikmati passion, namun sedikit sekali meluangkan waktu untuk higher purpose. Ia
menggambarkan pola pikir kebanyakan manusia adalah seperti piramida di Gambar 13:
Gambar 13 – Piramida kebahagiaan manusia pada umumnya
Kelemahan dari piramida diatas adalah bahwa jika kita terlalu banyak mengejar
kesenangan duniawi, rasa bahagia itu tidak bertahan lama. Bekerja dengan passion
akan memberikan kita kebahagiaan yang lebih lama, namun kebahagiaan tertinggi dan
terdalam adalah jika kita mempunyai tujuan yang lebih besar dari hidup kita sendiri.
42
Membalikkan piramida kebahagiaan
Oleh karena itu, Tony Hsieh menganjurkan agar kita membalikkan piramida
kebahagiaan menjadi seperti Gambar 14.
Membuat sebuah tujuan yang menjadi Higher Purpose untuk menggerakkan hidup
kita, meraih setiap aktivitas agar kita nikmati dalam Passion yang bergairah dan sekali-
sekali menikmati Pleasure. Salah satu cara mengetahui tujuan hidup kita adalah dengan
membayangkankitasedangberbaringdiranjangkematianataumenulisobituarikitasendiri.
Gambar 14 – Piramida kebahagiaan orang produktif dan bahagia
Jika kita tahu apa yang ingin kita lakukan dalam hidup ini, saya yakin kita bisa
melakukan berbagai hal setiap hari dengan wajah tersenyum. Produktif dan berbahagia.
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
43
Wisma Tamu
(karya Jalaluddin Rumi)
Menjadi manusia adalah menjadi wisma tamu
Setiap saat ada yang datang
Kegembiraan, kesedihan, keburukan
Terkadang kesadaran singgah sebentar
Sebagai tamu tak diundang
Sambut dan jamu mereka semua!
Bahkan jika mereka adalah rombongan nestapa
Yang tanpa belas mengosongkan rumahmu
Mengangkut semua isinya
Tetap perlakukan setiap tamu dengan hormat
Ia mungkin membersihkanmu
Membawa kebahagiaan baru
Pikiran buruk, rasa malu, niat jahat
Temui mereka semua di depan pintu dengan tertawa
Dan ajak mereka masuk
Bersyukurlah atas siapun yang datang
Karena setiap tamu telah diutus
Sebagai pemandu dari alam sana
44
Daftar Pustaka
Allen, David. Getting Things Done: The Art of Stress-Free Productivity. Penguin Books,
2015 (Revised edition).
Ferriss, Timothy. The 4-Hour Workweek: Escape 9-5, Live Anywhere and Join
the New Rich. Harmony, 2009.
Frankl, Victor. Man’s Search for Meaning. Pocket Book, 1997.
Koch, Richard. The 80/20 Principle: The Secret to Achieving More with Less.
Crown Business, 1999.
Tan, Chade-Meng. Search Inside Yourself: The Unexpected Path to Achieving Success,
Happiness (and World Peace). HarperOne, 2014.
www.lifehack.org/productivity
sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri
45
Tentang Penulis
Gede Manggala adalah praktisi di bidang continuous improvement. Sekarang ini
bekerja sebagai konsultan untuk Edraflo Consulting serta memegang titel Lean Six
Sigma Master Black Belt dan menjadi Lead Consultant di Indonesia untuk Variance
Reduction International (VRI) sebuah perusahaan konsultan yang bermarkas di
Houston, Amerika Serikat.
Dalam perjalanan karirnya, pria asal Bali ini sempat bekerja di PT. Caltex Pacific
Indonesia dan GE Money Indonesia untuk berbagai area mulai dari engineering, Lean
Six Sigm, CRM serta Marketing. Semua pengalaman itu menjadi latar belakangnya
menjadi konsultan untuk berbagai organisasi di Indonesia dan beberapa negara Asia.
Sebagai pengagum W. Edwards Deming, ia tergerak untuk ikut mewujudkan
knowledge based society, sebuah konsep tentang masyarakat yang aktif mencari solusi
berdasarkan metode ilmiah yang sistematis. Bersama kolega-kolega di Indonesia,
penggemar band Pearl Jam ini juga aktif menyebarkan semangat #simplicity101 untuk
membuat berbagai topik dan subyek yang penting agar bisa dimengerti dengan lebih
mudah oleh masyarakat luas. Ia memimpikan masyarakat yang semakin produktif
berkarya.BukupertamanyayangberjudulTheCoconutPrinciplesdanbukuyangsegera
terbit berjudul SOP-it! adalah salah satu usaha untuk mewujudkan keinginan itu.
Meski berusaha serius kala bekerja, Gede menempatkan prioritas tertinggi hidupnya
adalah untuk istri dan kedua anaknya.
• Tentang Tim Buku
Rudi Adriyanto Kadarman, Book Concept & Designer
Rudi adalah Chief Designer Edraflo Publishing yang memegang peran vital dalam
membuat beberapa buku menjadi sangat menarik, antara lain: The Coconut Principles,
Saya Ada Di Sana: Catatan Grunge Lokal, dan Dua Senja Pohon Tua. Sekarang ini ia
sedang menyibukkan diri mempersiapkan peluncuran buku Rock Memberontak dan
SOP-it.Priaberkacamatainisangatmenggemaribasket,danmusik(terutamaPearlJam).
Ngurah Nala, Ilustrasi Sampul
Nala adalah dosen di Undiksha (Universitas Pendidikan Ganesha) yang juga aktif di
Proyek Utara, sebuah proyek menggerakkan dunia kreatif Bali Utara. Pria ini dikenal
karena menuangkan makna yang dalam untuk karya yang tampak ringan dan lucu.
If your business needs simplicity, just call Edraflo!
• www.edraflo.com •
+62 815 8560 8650
Nantikan Buku:
Rock Memberontak! Karya
Eko “Wustuk” Prabowo
Mulai terbit di Gramedia
30 November 2015
Dua Senja Pohon Tua Saya Ada Di Sana!

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Iklim dan Budaya Organisasi
Iklim dan Budaya Organisasi Iklim dan Budaya Organisasi
Iklim dan Budaya Organisasi pjj_kemenkes
 
kepemimpinan .powerpoint
kepemimpinan .powerpointkepemimpinan .powerpoint
kepemimpinan .powerpointMalang
 
Materi Kepemimpinan (leadership)
Materi Kepemimpinan (leadership)Materi Kepemimpinan (leadership)
Materi Kepemimpinan (leadership)Dery Muhammad Yusuf
 
Tugas PowerPoint evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas PowerPoint evaluasi kinerja dan kompensasiTugas PowerPoint evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas PowerPoint evaluasi kinerja dan kompensasisristi95
 
Power point kepemimpinan
Power point kepemimpinanPower point kepemimpinan
Power point kepemimpinanEmelia Ginting
 
TIPS DAN TRIK MELAMAR KERJA.pptx
TIPS DAN TRIK MELAMAR KERJA.pptxTIPS DAN TRIK MELAMAR KERJA.pptx
TIPS DAN TRIK MELAMAR KERJA.pptxNurhafizoh1
 
Merawat Inovasi dan Membangun Budaya Inovasi
Merawat Inovasi dan Membangun Budaya InovasiMerawat Inovasi dan Membangun Budaya Inovasi
Merawat Inovasi dan Membangun Budaya InovasiTri Widodo W. UTOMO
 
Prinsip dasar manajemen
Prinsip dasar manajemenPrinsip dasar manajemen
Prinsip dasar manajemenSubhan Afifi
 
Makalah pengembangan karir pio
Makalah pengembangan karir pioMakalah pengembangan karir pio
Makalah pengembangan karir piopsepti22
 
Ppt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cippPpt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cippMahfudin Fc
 
Teori dan Pengembangan Organisasi - Siklus daur hidup & perubahan organisasi
Teori dan Pengembangan Organisasi - Siklus daur hidup & perubahan organisasiTeori dan Pengembangan Organisasi - Siklus daur hidup & perubahan organisasi
Teori dan Pengembangan Organisasi - Siklus daur hidup & perubahan organisasiDayana Florencia
 
Strategi Bekerja Efektif & Efesien
Strategi Bekerja Efektif & EfesienStrategi Bekerja Efektif & Efesien
Strategi Bekerja Efektif & EfesienVictor Novianto
 
Ruang lingkup disiplin ilmu kewirausahaan
Ruang lingkup disiplin ilmu kewirausahaanRuang lingkup disiplin ilmu kewirausahaan
Ruang lingkup disiplin ilmu kewirausahaanIzul chumzq
 
Materi Training Leadership Skills
Materi Training Leadership SkillsMateri Training Leadership Skills
Materi Training Leadership SkillsYodhia Antariksa
 
Sesi 6 perilaku kepemimpinan efektif
Sesi 6 perilaku kepemimpinan efektifSesi 6 perilaku kepemimpinan efektif
Sesi 6 perilaku kepemimpinan efektifbambangkardito23
 

La actualidad más candente (20)

Iklim dan Budaya Organisasi
Iklim dan Budaya Organisasi Iklim dan Budaya Organisasi
Iklim dan Budaya Organisasi
 
kepemimpinan .powerpoint
kepemimpinan .powerpointkepemimpinan .powerpoint
kepemimpinan .powerpoint
 
Materi Kepemimpinan (leadership)
Materi Kepemimpinan (leadership)Materi Kepemimpinan (leadership)
Materi Kepemimpinan (leadership)
 
Tugas PowerPoint evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas PowerPoint evaluasi kinerja dan kompensasiTugas PowerPoint evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas PowerPoint evaluasi kinerja dan kompensasi
 
Etika Sekretaris
Etika SekretarisEtika Sekretaris
Etika Sekretaris
 
Manajemen ppt
Manajemen pptManajemen ppt
Manajemen ppt
 
Power point kepemimpinan
Power point kepemimpinanPower point kepemimpinan
Power point kepemimpinan
 
Uts seminar msdm
Uts seminar msdmUts seminar msdm
Uts seminar msdm
 
TIPS DAN TRIK MELAMAR KERJA.pptx
TIPS DAN TRIK MELAMAR KERJA.pptxTIPS DAN TRIK MELAMAR KERJA.pptx
TIPS DAN TRIK MELAMAR KERJA.pptx
 
Merawat Inovasi dan Membangun Budaya Inovasi
Merawat Inovasi dan Membangun Budaya InovasiMerawat Inovasi dan Membangun Budaya Inovasi
Merawat Inovasi dan Membangun Budaya Inovasi
 
strategi induk
strategi indukstrategi induk
strategi induk
 
Prinsip dasar manajemen
Prinsip dasar manajemenPrinsip dasar manajemen
Prinsip dasar manajemen
 
Makalah pengembangan karir pio
Makalah pengembangan karir pioMakalah pengembangan karir pio
Makalah pengembangan karir pio
 
Ppt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cippPpt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cipp
 
Teori dan Pengembangan Organisasi - Siklus daur hidup & perubahan organisasi
Teori dan Pengembangan Organisasi - Siklus daur hidup & perubahan organisasiTeori dan Pengembangan Organisasi - Siklus daur hidup & perubahan organisasi
Teori dan Pengembangan Organisasi - Siklus daur hidup & perubahan organisasi
 
Strategi Bekerja Efektif & Efesien
Strategi Bekerja Efektif & EfesienStrategi Bekerja Efektif & Efesien
Strategi Bekerja Efektif & Efesien
 
Ruang lingkup disiplin ilmu kewirausahaan
Ruang lingkup disiplin ilmu kewirausahaanRuang lingkup disiplin ilmu kewirausahaan
Ruang lingkup disiplin ilmu kewirausahaan
 
Design Thinking
Design ThinkingDesign Thinking
Design Thinking
 
Materi Training Leadership Skills
Materi Training Leadership SkillsMateri Training Leadership Skills
Materi Training Leadership Skills
 
Sesi 6 perilaku kepemimpinan efektif
Sesi 6 perilaku kepemimpinan efektifSesi 6 perilaku kepemimpinan efektif
Sesi 6 perilaku kepemimpinan efektif
 

Destacado

Sibuk tapi tidak produktif
Sibuk tapi tidak produktif Sibuk tapi tidak produktif
Sibuk tapi tidak produktif Gede Manggala
 
Mengapa harga minyak rendah adalah momentum Lean Transformation di industri m...
Mengapa harga minyak rendah adalah momentum Lean Transformation di industri m...Mengapa harga minyak rendah adalah momentum Lean Transformation di industri m...
Mengapa harga minyak rendah adalah momentum Lean Transformation di industri m...Gede Manggala
 
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneur
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneurPanduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneur
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneurGede Manggala
 
The Coconut Principles Lite n FREE edition
The Coconut Principles Lite n FREE editionThe Coconut Principles Lite n FREE edition
The Coconut Principles Lite n FREE editionGede Manggala
 
Six Sigma Sederhana
Six Sigma Sederhana   Six Sigma Sederhana
Six Sigma Sederhana Gede Manggala
 
Knowledge Based Action
Knowledge Based ActionKnowledge Based Action
Knowledge Based ActionGede Manggala
 
5 Things Companies Should Do in a Slow Economy
5 Things Companies Should Do in a Slow Economy5 Things Companies Should Do in a Slow Economy
5 Things Companies Should Do in a Slow EconomyGede Manggala
 
The Coconut Principles: Prinsip sederhana menciptakan solusi di kantor kita (...
The Coconut Principles: Prinsip sederhana menciptakan solusi di kantor kita (...The Coconut Principles: Prinsip sederhana menciptakan solusi di kantor kita (...
The Coconut Principles: Prinsip sederhana menciptakan solusi di kantor kita (...Gede Manggala
 
3 Tips SOP untuk Startup dan Perusahaan Kecil
3 Tips SOP untuk Startup dan Perusahaan Kecil3 Tips SOP untuk Startup dan Perusahaan Kecil
3 Tips SOP untuk Startup dan Perusahaan KecilGede Manggala
 
100814 1 biografi ringkas mochtar naim
100814 1 biografi ringkas mochtar naim100814 1 biografi ringkas mochtar naim
100814 1 biografi ringkas mochtar naimIlham Kurniawan
 
Mitos atau fakta supervisor
Mitos atau fakta supervisorMitos atau fakta supervisor
Mitos atau fakta supervisorslamet soegiarto
 
Mulai journey anda dalam perbaikan proses bisnis
Mulai journey anda dalam perbaikan proses bisnisMulai journey anda dalam perbaikan proses bisnis
Mulai journey anda dalam perbaikan proses bisnisGede Manggala
 
Personal Branding
Personal BrandingPersonal Branding
Personal Brandingainul wafa
 

Destacado (20)

Sibuk tapi tidak produktif
Sibuk tapi tidak produktif Sibuk tapi tidak produktif
Sibuk tapi tidak produktif
 
Mengapa harga minyak rendah adalah momentum Lean Transformation di industri m...
Mengapa harga minyak rendah adalah momentum Lean Transformation di industri m...Mengapa harga minyak rendah adalah momentum Lean Transformation di industri m...
Mengapa harga minyak rendah adalah momentum Lean Transformation di industri m...
 
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneur
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneurPanduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneur
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneur
 
The Coconut Principles Lite n FREE edition
The Coconut Principles Lite n FREE editionThe Coconut Principles Lite n FREE edition
The Coconut Principles Lite n FREE edition
 
Six Sigma Sederhana
Six Sigma Sederhana   Six Sigma Sederhana
Six Sigma Sederhana
 
Knowledge Based Action
Knowledge Based ActionKnowledge Based Action
Knowledge Based Action
 
5 Things Companies Should Do in a Slow Economy
5 Things Companies Should Do in a Slow Economy5 Things Companies Should Do in a Slow Economy
5 Things Companies Should Do in a Slow Economy
 
The Coconut Principles: Prinsip sederhana menciptakan solusi di kantor kita (...
The Coconut Principles: Prinsip sederhana menciptakan solusi di kantor kita (...The Coconut Principles: Prinsip sederhana menciptakan solusi di kantor kita (...
The Coconut Principles: Prinsip sederhana menciptakan solusi di kantor kita (...
 
3 Tips SOP untuk Startup dan Perusahaan Kecil
3 Tips SOP untuk Startup dan Perusahaan Kecil3 Tips SOP untuk Startup dan Perusahaan Kecil
3 Tips SOP untuk Startup dan Perusahaan Kecil
 
100814 1 biografi ringkas mochtar naim
100814 1 biografi ringkas mochtar naim100814 1 biografi ringkas mochtar naim
100814 1 biografi ringkas mochtar naim
 
Mitos atau fakta supervisor
Mitos atau fakta supervisorMitos atau fakta supervisor
Mitos atau fakta supervisor
 
CV_Yusman Gustaman
CV_Yusman GustamanCV_Yusman Gustaman
CV_Yusman Gustaman
 
Kitsap intro tolss_trainingworkshop_10022015
Kitsap intro tolss_trainingworkshop_10022015Kitsap intro tolss_trainingworkshop_10022015
Kitsap intro tolss_trainingworkshop_10022015
 
Mulai journey anda dalam perbaikan proses bisnis
Mulai journey anda dalam perbaikan proses bisnisMulai journey anda dalam perbaikan proses bisnis
Mulai journey anda dalam perbaikan proses bisnis
 
Media Audiences
Media AudiencesMedia Audiences
Media Audiences
 
M ogun jit-lss-sample2015
M ogun jit-lss-sample2015M ogun jit-lss-sample2015
M ogun jit-lss-sample2015
 
Af06 ogun putontheoxygenmaskfirst_05162016
Af06 ogun putontheoxygenmaskfirst_05162016Af06 ogun putontheoxygenmaskfirst_05162016
Af06 ogun putontheoxygenmaskfirst_05162016
 
Personal branding
Personal brandingPersonal branding
Personal branding
 
Personal Branding
Personal BrandingPersonal Branding
Personal Branding
 
Personal branding
Personal brandingPersonal branding
Personal branding
 

Similar a Productivity Diary by Gede Manggala

ebook " apa yang kamu lakukan sebelum sarapan"
ebook " apa yang kamu lakukan sebelum sarapan"ebook " apa yang kamu lakukan sebelum sarapan"
ebook " apa yang kamu lakukan sebelum sarapan"P Wijayanto
 
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektifIdham Idham
 
Ebook soting rio-purboyo
Ebook soting rio-purboyoEbook soting rio-purboyo
Ebook soting rio-purboyoMasyrifah Jazm
 
Sukses berkat dunia maya oleh
Sukses berkat dunia maya olehSukses berkat dunia maya oleh
Sukses berkat dunia maya olehSuaidin -Dompu
 
Bagaimana menjual-produk-informasi
Bagaimana menjual-produk-informasiBagaimana menjual-produk-informasi
Bagaimana menjual-produk-informasiSejahtera Affif
 
Bagaimana mengatur waktu.pptx
Bagaimana mengatur waktu.pptxBagaimana mengatur waktu.pptx
Bagaimana mengatur waktu.pptxAyuDwiHapsari1
 
9 tips kembalikan semangat kerja setelah berlibur
9 tips kembalikan semangat kerja setelah berlibur9 tips kembalikan semangat kerja setelah berlibur
9 tips kembalikan semangat kerja setelah berliburJava Wisata Tours & Travel
 
Essay Sikap dan mental copy-paste
Essay Sikap dan mental copy-pasteEssay Sikap dan mental copy-paste
Essay Sikap dan mental copy-pasteArba Sudiatmika
 
Antara kreativitas, piknik dan ngopi bareng
Antara kreativitas, piknik dan ngopi barengAntara kreativitas, piknik dan ngopi bareng
Antara kreativitas, piknik dan ngopi barengLSP3I
 
14 tips menjadi blogger sukses
14 tips menjadi blogger sukses14 tips menjadi blogger sukses
14 tips menjadi blogger suksesDot Semarang
 
Apa itu sabotase dir ibbb
Apa itu sabotase dir ibbbApa itu sabotase dir ibbb
Apa itu sabotase dir ibbbLuth Anh
 
Gandakan produktivitas dengan membaca cepat
Gandakan produktivitas dengan membaca cepatGandakan produktivitas dengan membaca cepat
Gandakan produktivitas dengan membaca cepatPresentasi.net
 
21 Cara menghilangkan rasa malas belajar, bekerja, dan shalat
21 Cara menghilangkan rasa malas belajar, bekerja, dan shalat21 Cara menghilangkan rasa malas belajar, bekerja, dan shalat
21 Cara menghilangkan rasa malas belajar, bekerja, dan shalatDevi Sri Wahyuni
 

Similar a Productivity Diary by Gede Manggala (20)

ebook " apa yang kamu lakukan sebelum sarapan"
ebook " apa yang kamu lakukan sebelum sarapan"ebook " apa yang kamu lakukan sebelum sarapan"
ebook " apa yang kamu lakukan sebelum sarapan"
 
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
 
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
 
Ebook soting rio-purboyo
Ebook soting rio-purboyoEbook soting rio-purboyo
Ebook soting rio-purboyo
 
Desain grafis
Desain grafisDesain grafis
Desain grafis
 
Sukses berkat dunia maya oleh
Sukses berkat dunia maya olehSukses berkat dunia maya oleh
Sukses berkat dunia maya oleh
 
Bagaimana menjual-produk-informasi
Bagaimana menjual-produk-informasiBagaimana menjual-produk-informasi
Bagaimana menjual-produk-informasi
 
Bagaimana mengatur waktu.pptx
Bagaimana mengatur waktu.pptxBagaimana mengatur waktu.pptx
Bagaimana mengatur waktu.pptx
 
Menulis buku
Menulis bukuMenulis buku
Menulis buku
 
9 tips kembalikan semangat kerja setelah berlibur
9 tips kembalikan semangat kerja setelah berlibur9 tips kembalikan semangat kerja setelah berlibur
9 tips kembalikan semangat kerja setelah berlibur
 
Essay Sikap dan mental copy-paste
Essay Sikap dan mental copy-pasteEssay Sikap dan mental copy-paste
Essay Sikap dan mental copy-paste
 
Brush up yourself
Brush up yourselfBrush up yourself
Brush up yourself
 
Antara kreativitas, piknik dan ngopi bareng
Antara kreativitas, piknik dan ngopi barengAntara kreativitas, piknik dan ngopi bareng
Antara kreativitas, piknik dan ngopi bareng
 
Mulai jenuh di kantor
Mulai jenuh di kantorMulai jenuh di kantor
Mulai jenuh di kantor
 
14 tips menjadi blogger sukses
14 tips menjadi blogger sukses14 tips menjadi blogger sukses
14 tips menjadi blogger sukses
 
Apa itu sabotase dir ibbb
Apa itu sabotase dir ibbbApa itu sabotase dir ibbb
Apa itu sabotase dir ibbb
 
7 Kebiasaan Efektif
7 Kebiasaan Efektif7 Kebiasaan Efektif
7 Kebiasaan Efektif
 
Gandakan produktivitas dengan membaca cepat
Gandakan produktivitas dengan membaca cepatGandakan produktivitas dengan membaca cepat
Gandakan produktivitas dengan membaca cepat
 
Advance Copywriting
Advance CopywritingAdvance Copywriting
Advance Copywriting
 
21 Cara menghilangkan rasa malas belajar, bekerja, dan shalat
21 Cara menghilangkan rasa malas belajar, bekerja, dan shalat21 Cara menghilangkan rasa malas belajar, bekerja, dan shalat
21 Cara menghilangkan rasa malas belajar, bekerja, dan shalat
 

Más de Gede Manggala

SOP-it! by Gede Manggala
SOP-it! by Gede ManggalaSOP-it! by Gede Manggala
SOP-it! by Gede ManggalaGede Manggala
 
7 Reasons Why We Need to Use Solar Energy
7 Reasons Why We Need to Use Solar Energy7 Reasons Why We Need to Use Solar Energy
7 Reasons Why We Need to Use Solar EnergyGede Manggala
 
Oil Gas Companies in Indonesia: Ready for The New Normal?
Oil Gas Companies in Indonesia: Ready for The New Normal?Oil Gas Companies in Indonesia: Ready for The New Normal?
Oil Gas Companies in Indonesia: Ready for The New Normal?Gede Manggala
 
Statistik praktis: 3 kesalahan dalam menggunakan angka rata rata
Statistik praktis: 3 kesalahan dalam menggunakan angka rata rataStatistik praktis: 3 kesalahan dalam menggunakan angka rata rata
Statistik praktis: 3 kesalahan dalam menggunakan angka rata rataGede Manggala
 
Tips #2 The Coconut Principles
Tips #2 The Coconut PrinciplesTips #2 The Coconut Principles
Tips #2 The Coconut PrinciplesGede Manggala
 
10 quotes for every pioneer and problem solver
10 quotes for every pioneer and problem solver10 quotes for every pioneer and problem solver
10 quotes for every pioneer and problem solverGede Manggala
 
the coconut principles: tips#1
the coconut principles: tips#1the coconut principles: tips#1
the coconut principles: tips#1Gede Manggala
 

Más de Gede Manggala (7)

SOP-it! by Gede Manggala
SOP-it! by Gede ManggalaSOP-it! by Gede Manggala
SOP-it! by Gede Manggala
 
7 Reasons Why We Need to Use Solar Energy
7 Reasons Why We Need to Use Solar Energy7 Reasons Why We Need to Use Solar Energy
7 Reasons Why We Need to Use Solar Energy
 
Oil Gas Companies in Indonesia: Ready for The New Normal?
Oil Gas Companies in Indonesia: Ready for The New Normal?Oil Gas Companies in Indonesia: Ready for The New Normal?
Oil Gas Companies in Indonesia: Ready for The New Normal?
 
Statistik praktis: 3 kesalahan dalam menggunakan angka rata rata
Statistik praktis: 3 kesalahan dalam menggunakan angka rata rataStatistik praktis: 3 kesalahan dalam menggunakan angka rata rata
Statistik praktis: 3 kesalahan dalam menggunakan angka rata rata
 
Tips #2 The Coconut Principles
Tips #2 The Coconut PrinciplesTips #2 The Coconut Principles
Tips #2 The Coconut Principles
 
10 quotes for every pioneer and problem solver
10 quotes for every pioneer and problem solver10 quotes for every pioneer and problem solver
10 quotes for every pioneer and problem solver
 
the coconut principles: tips#1
the coconut principles: tips#1the coconut principles: tips#1
the coconut principles: tips#1
 

Productivity Diary by Gede Manggala

  • 2. Pengarang: Gede Manggala Book Concept & Design: Rudi Adriyanto Kadarman Ilustrasi Sampul: Ngurah Nala Penerbit: Edraflo (www.edraflo.com) 2
  • 3. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 3 daftar isi Pendahuluan | 4 1: Memecat iPad & Mengatur Waktu Tepat | 5 2: Berkenalan dengan Metode GTD (GTD 101) | 9 3: Produktif dengan Smartphone | 14 4: Ingin Produktif? Selalu Memaafkan Kesalahan dan Rajin-rajin Piknik | 20 5: Mengatasi Marah, Takut, dan “Amygdala Hijack”Lainnya | 23 6: Menangkap Momen“In The Zone”, Meraih“Taksu”| 28 7: Menulis Obituari Saya Sendiri | 35 Penutup: Tentang Bahagia | 39 Daftar Pustaka | 44 Tentang Penulis | 45 Tentang Tim Buku | 45
  • 4. Pendahuluan Sejak memutuskan keluar dari pekerjaan kantoran yang normal, ternyata saya mengalami kesulitan dalam menyesuaikan waktu dan cara bekerja. Produktivitas yang saya pikir akan naik signifikan karena menghilangkan waktu terbuang karena macet di jalan, setelah bekerja independen malah cenderung sama atau kadang-kadang lebih jelek dibanding waktu kerja kantoran. Bekerja di kantor dengan ritme yang konstan antara jam 9 pagi sampai jam 6 sore ternyata masih bisa lebih produktif jika dibandingkan bekerja di rumah 24 jam tanpa perlu kemana-mana. Apa?!? Teorinya sih kerja dari rumah pasti lebih produktif. Tidak perlu menghabiskan waktu yang tidak penting seperti macet atau hal-hal lain. Kenyataannya, di akhir hari saya sering melihat hasil kerja saya hari itu nol besar! Sejak tiga tahun terakhir saya mulai lebih serius untuk mencari metode produktivitas yang sistematis. Setelah mencoba-coba beberapa sistem, akhirnya saya menggunakan metode Get Things Done (GTD) dari David Allen sebagai referensi utama, ditambah poin-poin pikiran Tim Ferriss dalam bukunya The 4-Hour Workweek. Dari situs blog Lifehack dan diskusi dengan teman-teman (khususnya Arthur Panggabean) saya mendapatkan tips dan aplikasi yang bisa saya gunakan mendukung metode GTD. Pada akhirnya sampai saat ini saya menggunakan tiga aplikasi ini untuk menudukung saya setiap hari: Trello, Dropbox dan Evernote. Catatan ini saya buat sebagai dokumentasi pribadi dan mengundang pengalaman dan kolaborasi dari teman-teman yang mempunyai struggle yang sama. Ini bukanlah buku tentang kisah sukses atau atau tips menjadi sukses atau kaya. Ini adalah catatatn perjalanan memahami apa yang dekat dengan saya (terutama smartphone), mencoba memahami waktu, dan juga akhirnya pergulatan memahami apa yang ingin saya lakukan dalam hidup ini. Teman-teman, terima kasih sudah membaca catatan kecil saya. 4
  • 5. 1: Memecat iPad & Mengatur Waktu Tepat Memecat iPad Kenapa? Karena tablet ini terlalu bagus. Penuh godaan untuk menjadi tidak produktif! Alat ini begitu bagus sehingga ibaratnya Arjuna bertapa digoda bidadari-bidadari, maka saya bekerja digoda iPad. Hasil observasi saya terhadap “alat-alat produksi” yang saya gunakan dalam bekerja sehari-hari (laptop, tablet, dan handphone) tampak jelas bahwa iPad salah satu sebab produktivitas saya yang menurun. Bukan karena alat ini lemot atau usability-nya rendah, justru sebaliknya. Karena sangat nyaman digunakan untuk menikmati online content dengan speed yang sangat bagus. Masalah utamanya adalah produktivitas bagi saya adalah ada tangible output yang terukur. Karena perkerjaan utama saya adalah trainer/konsultan yang mulai menjajaki karir sebagai penulis, hasil yang penting bagi saya adalah presentasi/report untuk klien, materi training baru atau 1–2 halaman tulisan untuk buku atau blog. Itu baru artinya saya “menghasilkan”. Tablet tidak banyak membantu dalam menghasilkan output. iPad mempunyai tampilan visual yang sangat cantik sehingga godaan untuk mengkonsumsi input jauh lebih besar daripada kemampuan saya untuk menghasilkansebuah karya. Membaca timeline di Twitter atau Facebook terasa enak dan nyaman. Tanpa terasa sudah 2 jam hanya menelusuri berbagai komentar dan link. Di tablet, Youtube menyajikan kemampuan terbaiknya untuk menikmati banyak sekali content, dari yang bagus banget sampai sampah-sampah digital. Ini belum memasukkan aplikasi dengan desain keren seperti Flipboard dan Zite yang membuat saya menghabiskan waktu berjam-jam bersama tablet. Sungguh bagi saya, tablet adalah alat pemuas nafsu konsumtif untuk informasi. Sewajarnya saya harus memecatnya. Tentu saja keputusan ini bersifat pribadi, karena saya tahu banyak teman saya sangat produktif dalam menggunakan tablet. Ia bisa menggambar doodle atau sketsa untuk pekerjaan atau memberikan perintah kerja melalui Whatsapp atau email. Untuk saya, kombinasi yang pas adalah laptop dan handphone. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 5
  • 6. Mengatur Waktu yang Tepat Selama bertahun-tahun saya mempunyai kebiasaan untuk memulai hari dengan membaca email. Sejak mulai bekerja di sebuah perusahaan minyak di Riau, dan email digunakan sebagai alat komunikasi utama di kantor, setiap pagi saya memulai hari dengan membaca email begitu sampai di kantor. Setelah itu baru memprioritaskan hal-hal yang harus di follow up segera dan membalas email-email penting. Saat email kantor bisa diakses dari laptop atau device yang bisa dibawa pulang, saya membaca email begitu bangun dari tempat tidur. Rasanya selalu ada urgency untuk cepat mendapat informasi dan membalas setiap email yang masuk. Saat saya bekerja di sebuah perusahaan multi nasional di Jakarta, kebiasaan itu semakin menjadi-jadi karena saya sering berhubungan dengan kantor yang berada di berbagai belahan dunia. Puncaknya saat saya mulai menjadi konsultan, saya menjadi parnter sebuah perusahaan yang time zone-nya tepat berbeda 12 jam, sehingga membaca dan membalas email hanya bersaing dengan bernafas saja. Lebih parah lagi, sejak dunia social media marak, selain membaca-membalas email, setiap saat kegiatan itu juga diselingi membaca celotehan teman-sahabat-idola di linimasa. Kadang-kadang pagi- pagi langsung hati menjadi panas atau pikiran kalut karena membaca berita korupsi atau posting yang ditulis oleh orang-orang yang suka menjadikan linimasa untuk memprovokasi ke arah negatif. Menurut Tim Ferris dan banyak artikel di Lifehack, kebiasaan di atas adalah cara sempurna untuk menghabiskan waktu dan energi kita! Menurut orang-orang produktif, waktu paling berharga setiap manusia adalah dalam 2 jam saat kita bangun tidur, karena otak kita masih sangat segar. Bagi yang terbiasa bangun pagi, momen setelah bangun pagi adalah waktu yang sangat penting. Menggunakan untuk membaca email dimana ada isu besar kecil disana-sini yang membawa energi negatif akan merusak mood kita, karena langsung kita masuk dalam suasana serba cepat dan serba rusuh. Tidak sempat berpikir tenang, seperti yang saya selalu rasakan. Bagaimana bagusnya? Di pagi hari (tepatnya subuh), umat Muslim melakukan shalat. Ini contoh memulai hari dengan cemerlang. Umat Hindu di Bali melakukan Tri Sandhya sebelum hari terang. Dalai Lama melakukan meditasi disusul lari di treadmill dan ritual berdoa sesuai tradisi Buddha Tibet. Tim Ferris memulai hari dengan meditasi. Kalau saya lihat dari semua habit diatas, terlepas dari agama atau apa yang kita percaya, bangun tidur harus saya mulai dengan keheningan dan waktu intim dengan diri sendiri. 6
  • 7. Setelah itu baru mulai menjawab pertanyaan penting ini: Apa hal yang harus saya lakukan pertama pagi ini? Sekali lagi Tim Ferris memberikan tips yang menjadi pegangan saya saat ini. Setelah waktu yang sangat personal beberapa menit dengan memanjatkan doa, meditasi atau hanya berdiam diri, kita mulai hari dengan mengajukan satu pertanyaan penting ini: “Aktivitas apa yang kalau saya lakukan pagi ini sampai selesai, itu akan membuat sisa hari saya akan jauh lebih ringan?” Ibaratnya, kalau kita terpaksa ngga ngapa-ngapain setelah yang kita kerjakan pagi ini, setoran hari ini udah beres! Tidak ada hal penting yang mengganjal pikiran. Pertanyaan ini membantu saya untuk selalu membuat prioritas di pagi hari diantara jam 5 sampai jam 7 pagi, untuk memanfaatkan waktu saya yang paling produktif. Setelah jam 7 pagi tentu saja masih banyak yang harus dilakukan. Namun buat saya, sebelum jam 7 pagi, pekerjaan terpenting hari ini harus sudah saya lakukan. Pekerjaan atau ide yang ada di kepala. Invoice yang harus segera dikirim. Laporan selesai proyek. Atau draft buku yang belum sempat dilanjutkan. Semua dibuat dalam rencana yang harus dilakukan tiap pagi. Itulah hal yang harus saya lakukan setiap pagi; bukannya membaca timeline di media sosial ataupun membaca email. Sampai detik saya menulis ini, saya masih struggling menjadikan ini sebagai kebiasaan. Walaupun demikian, manfaatnya sudah mulai terasa. Tidak ada lagi perasaan terburu- buru karena banyak masalah yang harus diselesaikan gara-gara saya membaca email dari handphone begitu bangun tidur. Membaca email saya lakukan secara sepintas setelah jam 7 pagi, dan baru mulai lebih detail diatas jam 9 pagi. Antara jam 7 sampai jam 9 saya coba untuk olahraga misalnya jalan kaki atau hanya exercise ringan di rumah atau mengantar anak-anak sekolah. Media sosial saya berikan waktu sebagai pengisi waktu. Menunggu mandi, saat lagi bengong di perjalanan (di mobil, kereta), atau saat santai setelah makan siang dan terutama di sore dan malam hari. Untuk sosial media, saya mengikuti petunjuk untuk mengambil jarak. Don’t keep up, just catching up later. Jika ingin saya simpulkan, untuk bisa produktif saya harus bisa menggunakan energi saat masih segar untuk pekerjaan paling penting di hari itu. Sebuah aktivitas yang menghasilkan output yang sesuai dengan profesi dan kebutuhan saya. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 7
  • 8. Sampai sekarang email dan media sosial adalah hal yang menjadi detractor utama saya. Selalu ada keinginan untuk mengintip sedikit, tapi lalu terjebak untuk berlama-lama. Walaupun penting untuk diakses, tapi tidak perlu dilakukan sebagai hal pertama di saat kita masih segar. Banyak juga teman saya tidak terlalu terganggu oleh email atau media sosial namun menghabiskan waktu terlalu banyak di depan tv atau bermain game. Jika tidak ada output yang jelas, berarti itu adalah gangguan terhadap produktivitas. Segera atur waktu anda. Catatan: 1. Mengakses sosial media sambil menunggu mandi bisa berakibat pada waktu mandi yang semakin tertunda… :) 2. Waktu produktif setiap orang berbeda-beda, karena ada orang yang lebih produktif pagi hari (contohnya saya) dan sudah kelelahan di sore hari. Ada yang baru bangun jam 10 pagi setiap hari, bersantai-santai di siang hari, namun bisa sangat produktif di malam hari. Intinya adalah gunakan energi terbaik di waktu terbaik kita untuk hal yang paling penting dan menghaslkan output nyata. 3. Mayoritas orang kemungkinan mempunyai ritme yang mirip dimana pagi hari digunakan untuk persiapan dan perjalanan ke kantor; namun, tetap prinsipnya sama, hal pertama yang perlu dilakukan di kantor adalah bukan membaca email, tapi mengerjakan prioritas terpenting di hari itu 8
  • 9. 2: Berkenalan dengan Metode GTD (GTD 101) Seperti yang dikisahkan sebelumnya, melompat dari pekerjaan kantoran ke pekerjaan independen ternyata membawa konsekuensi pada produktivitas yang cukup rendah karena berbagai godaan dan keteteran mengelola waktu. Kerja independen membuat saya harus mengerjakan atau terlibat langsung dengan berbagai aspek dalam mendapatkan pekerjaan karena tim tidak selengkap seperti kantor pada umumnya. Mulai dari proposal, kontrak, eksekusi, invoicing, keuangan sampai pajak, dan banyak hal lain harus dilakaukan dimana setiap aspek mempunyai pernak-pernik sendiri-sendiri. Belum ditambah dengan kesibukan sebagai orang tua dari anak-anak yang masih balita, urusan keluarga besar, sampai isu harian seperti macet. Tanpa disadari, beberapa pekerjaan mulai ada yang terselip, appointment yang terlewatdanotakyangsetiapsaatberusahamengingatsemuahalyangharussayatangani. Cognitive Overload, begitu para ahli menyebutnya. Terlalu banyak yang harus dihandle oleh pikiran kita dalam satu periode. Kelelahan, dan kekhawatiran ada yang missed membuat saya terjebak dalam ritme yang rusuh dan gila. Crazy busy life. Untunglah dengan bantuan internet terutama situsLifehack, saya bisa berkenalan dengan sebuah metode yang disebut Getting Things Done. David Allen:”From Crazy Busy to Mind Like Water” Tentu saja saya termasuk sangat terlambat mengenal metode GTD karya David Allen ini (bukunya terbit tahun 2001). Bahkan untuk saat ini masih taraf mencoba sambil dipelajari. Coba bayangkan orang yang sedang belajar nyetir mobil…nah kurang lebih itu level saya untuk metode ini. Kebetulan minggu lalu saya bertemu dengan teman saya, Adhy Hosen, dan karena membaca tulisan saya tentang GTD, ia bercerita bahwa ia pernah mengikuti seminar GTD langsung dari pemegang lisensinya di Asia Pasifik. Minimum saya tahu ada tempat bertanya. Ketertarikan saya terhadap GTD terutama karena pandangan David Allen tentang bagaimana otak bekerja. Menurutnya, kebanyakan orang menggunakan otaknya untuk memproses,mengingat,menganalisasegalahalyangperlukitapikirkandankitalakukan. Juga memproses semua informasi yang memnorbardir otak kita. Akibatnya pikiran kita menjadi“penuh”aliascrazy busy. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 9
  • 10. 10 Ideal-nya,kataPakDavidini,pikiranharussepertiair:Tenang, jernih, mengalir. Hanya memikirkan hal yang perlu kita pikirkan di saat ini. Mind like water. Oleh karenannya ia merekomendasikan kita untuk membuat sebuah proses yang sistematis yang menjadi external brain kita. Bayangkan seperti mempunyai semacam external card untuk smartphone kita yang memori-nya sudah pas-pasan dan mulai tidak smart :) Inti dari metode GTD adalah saya harus bisa meng-capture dan menuangkan semua yang ada di pikiran kita ke dalam bentuk tertulis (manual atau digital) dan mempunyai struktur untuk menghandle itu. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan otak kita tidak terbeban oleh terlalu banyak pikiran. Dari buku Getting Things Done, saya menggambarkan ulang diagram berpikir metode GTD ini: Gambar 1 – Diagram Alir Get Things Done
  • 11. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 11 Step 1: Capture Manfaat terbesar setelah saya mulai mengikuti kerangka pikir GTD ini adalah sebuah kebiasaan untuk “menangkap” dan menulis APAPUN yang ada di pikiran saya. Itulah yang disebut sebagai “stuff” dalam diagram diatas. APAPUN yang muncul di kepala, TANGKAP dan TULIS. Awalnya saya menggunakan sticky notes/post it untuk menuliskan. Anggaplah dalam pikiran saya sedang kepikiran beberapa hal misalnya: Proposal yang harus dibuat untuk Clien Ao Invoice yang harus dikirim untuk Client Bo Rencana mengisi/furnishing apartment untuk disewakano Teman kantor lama ngajak buka barengo Anak-anak ingin berliburo Semuanya saya tangkap dalam post it, dan saya masukkan ke dalam sebuah kerangka di atas kertas seperti Gambar 2: Gambar 2 – Contoh aplikasi GTD dengan post-it Tanpa kita tulis, pikiran-pikiran itu akan berputar-putar terus di kepala saya, dan akan bertambah banyak dengan ide-ide lain yang muncul. Inbox ini akan terus bertambah banyak, oleh karena itu saatnya masuk ke Step 2.
  • 12. 12 Step 2: Clarify Selain pikiran terkait pekerjaan atau urusan rumah tangga, banyak sekali pikiran- pikiran atau ide-ide yang bermunculan. Baca buku inovasi, muncul ide. Lihat orang sukses, jadi ingin ikut. Liat orang kaya karena korupsi, ingin ikut nabokin! Yang dulu belum saya jadikan kebiasaan adalah melakukan klarifikasi terhadap ide-ide dan pikiran saya, untuk melihat apakah ada ACTION yang bisa kita lakukan? Sekarang dengan GTD, ide-ide yang TIDAK ADA ACTION, langsung Buang, atau kita simpan di dalam folder Wishlist, alias kapan-kapan dilihat lagi. Bisa juga saya simpan di folder Referensi kalau berupa informasi/dokumen/brosur yang menarik. Intinya buang atau taruh di tempat yang gampang. Terus LUPAKAN. Untuk “stuff” yang perlu ACTION, pertanyaan pertama: Apakah bisa dilakukan dalam 2 menit atau kurang? Kalau YA, just Do it. Dalam contoh diatas, misalnya mengirim Invoice ke Client B. Jika perlu lebih banyak waktu, pertanyaannya apakah perlu kita delegasikan ke orang yang lebih tepat (Delegate) oleh karena itu masuk kategori untuk kita cek dari waktu ke waktu (contoh dalam aktivitas saya adalah Furnishing Apartment). Ada juga aktivitas yang tidak perlu kita lakukan saat ini (Defer) karena memang saatnya belum perlu (kita catat dalam Calendar) contohnya Buka Bareng, atau kita tunda untuk menjadi Next Action setelah yang bagian Do It selesai. Jika action itu perlu persiapan dan beberapa langkah, maka saya akan masukkan dalam kategori Proyek. Dalam GTD, definisi proyek adalah apapun aktivitas kita jika tidak bisa dilakukan dalam sekali action. Dalam contoh saya, saya memasukkan aktivitas Proposal ke Client A dan Kids Holiday Trip dalam kategori Proyek. Kenapa? Karena dua-duanya perlu planning yang perlu beberapa kali diskusi, telepon dan merangkumnya. Nah, sekarangkerangkarencanaaktivitassayasetelahdiklarifikasimenjadisepertiGambar3. Setiap hari saya akan memprioritaskan melihat “Calendar” hari itu, dan memprioritaskan bagian “Do it”. Setelah itu baru “Next Action” dan “Waiting For”. Step 3 (Organize), Step 4 (Reflect), Step 5 (Engage) dalam metode GTD bisa dilakukan sambil saya melatih dan memperdalam metode ini.
  • 13. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 13 The External Brain Sampai saat ini saya masih terus berusaha menerapkan GTD. Namun sejak mulai membiasakan diri dalam pola berpikir dan bertindak seperti diagram alir diatas, saya mendapatkan manfaat yakni pikiran saya menjadi jauh lebih tenang. Kepala yang dulu sering penuh, mumet dan mulai memperlihatkan tanda-tanda pikun (lupa appointment, ketinggalan handphone saat melewati scanner di tiga bandara yang berbeda, selalu lupa tempat parkir, dan sebagainya) lambat laun mulai menunjukkan tanda yang lebih baik dan bisa diandalkan! Sekarang saya mengandalkan otak “kedua” saya (yakni GTD) untuk menyimpan dan mengelola banyak hal, dan otak utama di kepala saya untuk hanya memikirkan hal terpenting di saat ini. Gambar 3 – Contoh GTD setelah Clarify
  • 14. 14 3: Produktif dengan Smartphone (GTD 201) Salah satu keinginan terbesar saya adalah bisa menggunakan handphone pintar yang saat ini “setia setiap saat” bersama saya dan bisa menjadi external brain untuk meringankan beban otak beneran yang ada di kepala saya. Selain itu saya selalu berkeinginan menggunakan smartphone untuk menjadi alat produksi dalam pekerjaan (ini justifikasi untuk punya smartphone yang mahal…). Secara teori sangat memungkinkan. Kenapa? Smartphone yang kita gunakan saat ini mempunyai kapasitas dan computing power1 yang lebih besar dibanding komputer yang digunakan oleh NASA meluncurkan manusia ke bulan di tahun 1969. Intinya, selain kita bisa memakai smartphone untuk email, messenger, facebook, path dan instagram, si telepon pintar ini berpotensi tinggi menjadi alat untuk produktif, karena ini adalah sebuah komputer yang bisa kita masukkan ke dalam kantong. Kita semua yang sedang membaca tulisan ini adalah James Bond atau Ethan Hunt dengan alat super canggih di kantong, hanya saja misi kita lebihmuliayaknimencarisesuapnasiuntukkeluargadirumah,bukanmeledakkanmusuh. Dari pencarian saya untuk bisa menggunakan smartphone untuk produktif bekerja, saya akhirnya mengkombinasikan metode Getting Things Done (GTD) dengan 3 aplikasi andalan yakni: Trello, Evernote, dan Dropbox. Aplikasi ini saya pilih berdasarkan referensi, diskusi dan mencoba-coba. Yang jelas kriteria saya memilih adalah aplikasi yang berkualitas bagus, gratis, dan berbasis cloud agar bisa digunakan di laptop dan handphone (baik yang berbasis Android maupun iOS). Digitized — Getting Things Done (GTD 201) Jika dilihat skema GTD 101 dari cerita minggu lalu, Gambar 4 menunjukkan diagram GTD jika semua flow yang secara manual dengan post-it, sekarang saya transformasikan untuk menggunakan smartphone dan komputer. Saya menyebut ini sebagai versi GTD 201. Bagaimana cara kerjanya? 1 - http://knopfdoubleday.com/2011/03/14/your-cell-phone/
  • 15. Step 1: Capture Pada dasarnya saya menggunakan Trello untuk menjadi papan “post-it digital” saya. Aplikasi ini diperkenalkan oleh sahabat saya Arthur Panggabean saat dia menerangkan ide-ide kreatif yang sedang dia kerjakan. Gambar 4 – Diagram alir GTD dengan menggunakan aplikasi digital sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 15
  • 16. 16 Papan post-it manual untuk inbox dari cerita minggu lalu, secara digital akan menjadi seperti Gambar 5 jika menggunakan Trello. Ingat, “inbox” dalam GTD adalah tempat kita menuangkan APAPUN yang ada atau melintas otak kita. Tujuannya, agar otak kita tidak overload karena terlalu banyak memikirkan berbagai hal dari yang penting, yang urgent, keluarga, ide bisnis baru, politik, sampai memikirkan siapa nama calon anak-nya Kim Kardashian. Step 2: Clarify Nah, setelah kita filter dan tanyakan, apa action yang diperlukan (atau jika tidak ada action), papan Trello saya sekarang menjadi seperti Gambar 6. Kita membagi setiap hal yang ada dalam pikiran kita sesuai tahapan dan kebutuhan. Gambar 5 – Menggunakan Trello untuk GTD 201 Gambar 6 – Menggunakan Trello untuk GTD 201, setelah tahap Clarify Step 3: Organize Kini saatnya kita melakukan organisasi rencana dengan melakukan sinkronisasi dengan aplikasi lain: Untuk Bagian Calendar saya mengatur otomisasi untuk langsung masuk Google Calendar. Ini dengan pertimbangan kalendar di Google secara seamless bisa dilihat di berbagai device yang saya gunakan.
  • 17. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 17 Gambar 7 – Menggunakan Trello untuk GTD 201, setelah tahap Organize Untuk Wishlist/Maybe dan Referensi saya mengatur untuk secara otomatis masuk ke Evernote. Untuk melakukan otomatisasi saya menggunakan aplikasi Zapier; alternatif lain adalah dengan apps bernama ifttt alias membuat “resep” if this than that. Misalnya, saat saya menemukan online training bagus dari Stanford University yang berjudul How to Create Online Course, dengan membuat sebuah “kartu” di bagian Referensi di Trello, secara otomatis (oleh Zapier) catatan saya itu akan disimpan di Evernote seperti pada Gambar 8. Gambar 8– Sinkronisasi Trello dan Evernote
  • 18. 18 Untuk aktivitas yang masuk kategori Projects, ada dua langkah yang saya lakukan: Pertama, membuat Checklist di dalam proyek seperti berikut ini: Gambar 9 – Checklist untuk Proyek Kedua, membuat direktori folder proyek di Dropbox, sesuai dengan nama proyek untuk menyimpan semua file proyek di dalam folder itu seperti pada Gambar 10. Gambar 10 – Folder Proyek di Dropbox Inti dari semua hal yang saya lakukan ini adalah saya mencoba untuk membuat sebuah proses mengikuti alur GTD menggunakan aplikasi yang bisa diakses baik dengan smartphone ataupun laptop.
  • 19. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 19 Mind Like Water…powered by a smartphone Sekarang saya merasakan manfaat besar dengan mengabungkan metode GTD dengan kecanggihan telepon genggam, dan sampai sekarang masih terheran-heran bagaimana barang di tangan saya ini benar-benar bisa menjadi “otak kedua”. Tujuan dari semua exercise saya diatas bukanlah untuk bikin hidup saya rumit. Kalau bikin susah, saya akan segera tinggalkan. And this is not to impress anyone, walaupun mungkin saya sangat sering merekomendasikan cara ini kepada sahabat dan rekan kerja saya termasuk menulis buku ini. Tujuan saya adalah agar saya bisa memastikan semua yang terlintas di kepala saya terorganisir dengan baik, sehingga kepala saya bisa fokus pada hal yang penting untuk saat ini. Being present and mindful. Live in the moment. Catatan: Setelah merasakan manfaatnya, sekarang ini saya menggunakan layanan Dropbox dan Evernote premium (alias bayar). Biaya per bulan kira-kira secangkir kopi Starbuck, jadi menurut saya OK-lah. Ada yang bertanya: “bagaimana kalau handphone kita hilang? Hilang dong otak kedua kita?” Jawaban: “the beauty of cloud, datanya tersimpan di server dan di semua device kita.” Tapi ini juga berarti kita HARUS memastikan security setiap aplikasi dan device kita mengingat banyak data pribadi kita ada di dalam smartphone.
  • 20. 20 4: Ingin produktif? Selalu memaafkan kesalahan dan rajin-rajin piknik Setelah bagian 2 dan 3 sangat berbau teknis, maka kali ini kita mulai memasuki bagian yang non teknis. Adalah benar kata orang-orang tua yang mengatakan bahwa manusia pada umumnya menghabiskan waktu dan energi untuk masa lalu dan masa depan. Lupa bahwa hidup itu terjadi saat ini. Nostalgia masa lalu, kenangan indah, dendam pada seseorang, sampai penyesalan pada perbuatan yang kita lakukan (atau justru perbuatan yang tidak kita lakukan) sering mengisi hari-hari kita. Masalahnya, hidup terjadi saat ini, bukan di masa lalu. Untuk bisa produktif, kita harus hidup di saat ini. At the present moment. Saya pribadi sebenarnya tidak terlalu banyak memikirkan sesuatu yang telah terjadi. Saya bisa move on dengan cepat. Namun saya termasuk orang yang banyak memikirkan masa depan. Sering takut akan hal-hal yang belum terjadi. Ketakutan terhadap kegagalan karir, bisnis atau takut akan kematian. Saya punya kebiasaan untuk membuat rencana. Planning. Membuat antisipasi. Strategi. Risk Analysis. Eksekusi? Mendekati nol. Masalahnya, untuk bisa menghasilkan sesuatu, kita harus lakukan sesuatu saat ini. Just do it, NOW! Brain is an excellent visualization and planning machine, but… …it could lead us to be unporductive. Otak manusia adalah salah satu instrumen yang bertugas memastikan kelangsungan hidup ras manusia. Menurut pakar neuroscience (antara lain John Medina), tugas utama otak manusia bukanlah untuk berpikir melainkan untuk memastikan survival kita sebagai mahluk hidup. Sakit hati dan dendam kepada seseorang bisa menyebabkan otak kita tanpa diperintah mengalokasikan energi untuk merencanakan apa yang harus kita lakukan kepada orang itu. Fight or Flight?
  • 21. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 21 Itu yang akan ada di benak kita. Otak kita akan memvisualisasikan semua hal yang nyata pernah terjadi, dan lebih banyak lagi hal-hal tidak nyata yang menghabiskan energi. Kita seringkali sering terjebak dalam visualisasi doom scenario yang membuat mood kerja kita hilang atau malah membuat hati bertambah sakit. Membuat fisik lemah dan depresi. Tidak produktif! Ketakutanakanmasadepanjugasalahsatutriggerotakuntukmembuatdoomscenario. Bagaimana kalau saya dipecat? Bagaimana saya akan menghidupi anak-istri saya. Bagaimana kalau saya meninggal saat anak saya masih kecil-kecil? Strategi apa yang harusdisiapkansejaksaatini?Bagaimanacaranyamenyiapkansemuahalagarjikaterjadi apa-apa,everythinghasbeenprepared?Persiapanuntukmasadepansangatbagus,tapi menghabiskan banyak waktu untuk khawatir akan masa depan? Tidak Produktif! Memaafkan, memutus doom scenario di otak kita Dengan memaafkan orang lain kita akan bisa memutus lingkaran pikiran yang sebenarnya tidak perlu. Bagus untuk kita mengingat sebuah kesalahan dan mengambil pelajaran agar tidak terjadi lagi. Namun cukup sampai disitu dan tidak perlu memperpanjang hal-hal yang hanya membuat kita lelah sendiri. Forgive, but keep the lesson. Kalau bisa, ciptakan sebuah karya, musik, buku atau bahkan bisnis yang terinspirasi dari sakit hati atau dendam itu. Ini baru produktif. Memaafkan diri sendiri juga perlu untuk memutus doom scenario. Menyiapkan masa depan seperti asuransi dan investasi sangatlah penting. Namun menyadari bahwa saya sebagai manusia mempunyai kekurangan dan mungkin tidak bisa kontrol semua hal di dalam hidup kita dan hidup orang lain, akan membantu kita untuk mengantisipasi masa depan dengan fokus pada hal-hal produktif yang bisa kita lakukan saat ini. Piknik, menikmati udara segar dengan keluarga, sangat baik untuk produktif Pernah ada periode dimana saya merasa piknik akan merampas waktu produktif saya. Ada juga ketakutan kehilangan opportunity bisnis saat saya sedang tidak bekerja. Dulu, bagi saya setiap waktu di luar tempat kerja adalah sebuah kerugian. Belakangan saya mulai melihat bahwa produktivitas saya justru naik setiap kali saya pulang jalan-jalan. Kadang-kadang hanya pergi menginap di tempat yang sejuk di Bogor atau Bandung. Atau pulang kampung ke Bali atau Riau.
  • 22. 22 Saya sering mendapatkan inspirasi bagus saat berada di luar ruangan. Memandang gunung di kejauhan. Ke taman bermain anak-anak. Melihat daun yang basah. Melihat seorang kakek menggendong cucunya dengan bahagia. Memandangi anak-anak saya kegirangan main di kolam renang. Saya bisa menikmati saat itu. At that kind of time, I could live at the present moment. I was content. Your life is never off-track… Dulu saya sering menyalahkan orang lain yang menyebabkan hidup atau karir saya tidak berjalan sesuai rencana. Saya sering menyalahkan diri sendiri karena tidak melakukan hal-hal yang menurut saya harus dilakukan. Sekarang ini saya mulai memahami bahwa hidup ini sering tidak berjalan sesuai rencana kita. Yang saya harus cari adalah the meaning of it. What lesson could I take from that? Ada orang yang berbuat salah atau menyakiti saya. Ya saya maafkan. Manusia tidak sempurna. Saya juga sering berbuat salah. Selain itu, banyak juga malah ribuan kebaikan oranglainyangtidakpernahsayahitung-hitung,kenapakitamalahmenghabiskanenergi pada satu atau dua kesalahan? Memaafkan membantu meringankan beban otak saya! Piknik di alam terbuka bersama keluarga membantu saya untuk menghentikan otak yang selalu berlari cepat. Membantu saya untuk menghargai setiap detik berharga yang hadir saat ini. Bahwa penting menikmati hidup saat ini. Menyadari semua yang berharga di menit ini, membantu saya untuk fokus pada apa yang bisa saya kerjakan sekarang. To work and live in the here in the now. Mind like water.
  • 23. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 23 5: Mengatasi marah, takut, dan “amygdala hijack”lainnya Kali ini adalah catatan tentang usaha saya memahami dan mengurangi kemarahan yang datang tiba-tiba, rasa takut dan khawatir yang berlebihan. Kenapa penting buat saya? Betul, karena perasaan seperti itu bikin saya tidak produktif. Malah sering “menghancurkan satu hari” karena gara-gara marah-marah di pagi hari, saya kehilangan mood untuk bekerja. Malah ada yang lebih “parah” dalam hal menghancurkan hidup gara-gara emosi yang tidak terkendali. Pernah lihat anggota DPR yang adu pukul di Senayan? Ingat Zinedine Zidane menghantamkan kepalanya ke pemain Italia, yang menyebabkan ia dikeluarkan dari lapangan dan akhirnya Perancis kalah di Final Piala Dunia 2006? Nothing as it seems Beberapa orang yang mengenal saya terutama lima tahun ini pada umumnya mengenal saya sebagai orang yang cukup sabar (hahaha…). Tapi bagi yang sudah mengenal saya cukup lama, sering bekerja bareng ataupun berada di sekitar saya cukup rutin (misalnya istri dan keluarga saya), mungkin akan punya pendapat bahwa kadang-kadang saya termasuk kategori pria “darah tinggi” :) Dalam pekerjaan, saya pernah berdebat sampai pada titik dimana saya sangat defensif dan mengucapkan berbagai pernyataan “tidak pas” untuk membela diri atau menyerang lawan. Jika melihat sebuah pekerjaan tidak diselesaikan dengan baik oleh tim saya, “bakat terpendam” sering muncul; rekan saya ada yang memberikan feedback, bahwa kadang-kadang saya bisa menjadi sangat sinis. Di lapangan basket, saya pernah hampir berkelahi secara fisik! Mungkin kejadian ini banyak dialami teman-teman lain, cuma untuk kasus saya yang jadi lucu adalah lawan saya masih SMA dan waktu itu saya sudah bekerja di sebuah perusahaan. Sungguh memalukan…(untung ada yang lebih epic kayak tragedi Zidane di atas). Saat menyetir, seringkali kendaraan saya diserobot oleh kendaraan lain dalam sebuah kemacetan yang sangat panjang dan saya menjadi sangat agresif mulai dari klakson sampai tindakan-tindakan nekat yang membuat istri saya sangat marah. What was I thinking?!
  • 24. 24 Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti itu? Apa yang ada di pikiran saat itu? Sekali lagi hal ini penting buat saya karena setelah mengalami kejadian seperti di atas butuh waktu yang lama untuk mengembalikan mood agar bisa bekerja produktif. Itu belum termasuk “damage control” untuk meminta maaf, menghilangkan rasa malu dan mengembalikan kredibilitas. Hahaha! Nah, ini yang menarik… Marah hanya satu dari sekian banyak emosi kita. Siapa yang pernah mengalami hal-hal yang juga dulu mengganggu saya: Kita diminta untuk melakukan presentasi ke Board of Director minggu depan, dan selama 7 hari 7 malam perut kita mules setiap kali membayangkan pertanyaan- pertanyaan yang akan diajukan atau membayangkan kita akan melakukan ketololan. Tapi saat ingin mempersiapkan diri malah tidak bisa konsentrasi, karena otak tidak bisa diajak kerjasama lagi… Saat kita membaca berita-berita tentang resesi, inflasi dan pemutusan hubungan kerja besar-besaran, tanpa disadari, bayangan itu menghantui dan menyebabkan rasa khawatir berkepanjangan yang menyebabkan susah tidur. Akibatnya? Di saat jam kerja kita malah mengantuk dan tidak bersemangat! Keinginan sih bisa tidur di malam hari dan tidak terlalu khawatir. Namun yang terjadi sebaliknya…kenapa jadi seperti itu? Ada opportunity yang ditawarkan seorang rekan, namun dalam pikiran kita rasanya tidak mampu. Takut gagal. Malas juga rasanya untuk harus bertemu orang di industri yang tidak kita kenal dengan baik. Ada keinginan untuk mencoba, ada juga rasa takut. Akhirnya galau! Mengenal Amygdala Hijack Istilah Amygdala Hijack diciptakan oleh Daniel Goleman, sang Bapak Emotional Intelligence. Namun istilah dan inspirasi tentang cara menghandle ini saya dapatkan dari buku berjudul Search Inside Yourself, sebuah buku yang ditulis Chade Meng Tan, seorang engineer Google, berdasarkan training di perusahaan itu. Amygdala adalah bagian otak yang salah satu fungsinya menyimpan memori terkait emosi. Jika di awal evolusi-nya manusia menyentuh api dan terbakar, maka amygdala menyimpan memori ketakutan dan rasa sakit terbakar itu. Jika dulu nenek moyang kita kesakitan karena digigit ular beracun, amygdala menyimpan memori abadi tentang ular dan bahayanya.
  • 25. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 25 Otak manusia berfungsi memastikan survival ras-nya dan amygdala memegang peran besar dalam tugas itu. Nah, di saat otak melihat ada “ancaman” terhadap kita, amygdala akan membajak mekanisme berpikir rasional dan menyiapkan respon super cepat yang hanya terdiri dari tiga pilihan: Flight, Fight, Freeze. Moto dari amygdala adalah “it’s better safe than sorry”. Misalnya kita melihat ular, dan tanpa pikir panjang kita lari terbirit-birit, maka itu termasuk amygdala hijack. Otak rasional kita di by-pass dan memerintahkan tubuh kita langsung lari. Tanpa berpikir, seluruh tubuh kita sudah lari secepat kilat. Otot menegang, jantung memompa lebih kencang, dan kaki terasa sangat ringan. Itu contoh flight response. Dalam keadaan terdesak, seorang ibu menyelamatkan anaknya dari serangan perampok. Tanpa diperintah, sang ibu mengeluarkan semua tenaga dan jurus untuk melindungi anaknya. Fight response. Saat mendapatkan berita yang mengagetkan, tubuh kita kaku tidak bergerak. Pikiran kosong, tidak tahu harus berbuat apa. Freeze response. Lalu apa hubungannya dengan produktivitas kita? Karena amygdala hijack juga bisa memberikan sinyal palsu. Kekhawatiran kita akan presentasi di depan Board of Director, bagi amygdala diasosiasikan sebagai “ancaman” terhadap diri kita. Otak rasional kita langsung dibajak dan secepat kilat menyiapkan flight response. Jantung berdegup keras, tubuh dan otot menegang. Perut mules. Pengennya, kita tidak usah presentasi. Kekhawatiran kita akan ekonomi yan memburuk, membuat amygdala membajak pikiran jernih kita. Langsung freeze mode. Bengong, bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Intinya, saat kita melakukan sesuatu tanpa disadari, itu adalah bagian dari amygdala hijack. Ada yang bagus dan tepat (misalnya lari saat melihat ular), ada yang tidak tepat (misalnya “lari” saat diberikan tanggung jawab pekerjaan baru). Yang kita perlu lakukan adalah mengenal mana stimulus yang benar, mana yang palsu.
  • 26. 26 Karena jika rasional kita terlalu sering dibajak oleh amygdala, saat itulah produktivitas kita hilang! Menyelamatkan otak rasional dari pembajakan Berita bagusnya adalah kita bisa melatih diri kita untuk memahami dan menangani amygdala hijack. Berita buruknya, perlu waktu dan latihan. Terus terang saja, saya termasuk murid yang lambat dalam hal ini. Dan ini sebabnya saya menulis hal ini panjang lebar, sebagai sebuah catatan untuk diri sendiri, serta membuat diri saya accountable di depan orang banyak yang membaca buku ini! Karena saya menulis ini dalam konteks produktivitas bekerja, maka sebenarnya kejadian kita akan mendapat ancaman nyata (seperti nyawa terancam oleh binatang berbahaya) sangat kecil terjadi. Oleh karenanya, ini langkah yang saya sedang lakukan setiap kali saya mulai merasa emosi saya ke arah negative: 1. Wait, sit and just breath Victor Frankl pernah menuliskan bahwa “antara stimulus dan respon, ada sebuah ruang. Dalam ruang itu terletak kebebasan dan kekuatan kita untuk memilih respon apa yang ingin kita keluarkan. Dalam respom itu terletak kebahagiaan dan perkembangan kita sebagai manusia”2 Setiap saya mulai merasakan emosi seperti marah, malu, takut, atau khawatir, yang pertama kali saya lakukan adalah memberikan waktu paling tidak 15 detik untuk memahami “apa yang saya pikirkan?”. Sebelum saya mengeluarkan kata apapun atau melakukan tindakan apapun (misalnya menulis komentar di facebook!), saya memberikan kesempatan frontal neo cortex saya (alias si pikiran rasional) untuk memahami kenapa saya ingin melakukan hal itu? Sambil duduk saya akan memusatkan pikiran pada nafas saya. Breath in; breath out. Just breath, like your life depends on it. Pada intinya, berikan jarak, waktu, dan ruang, antara apa yang kita lihat/pikir, dan apa yang kita katakan/lakukan. 2 - Frankl, Victor. Man’s Search of Meaning.
  • 27. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 27 2. Perhatikan perubahan pada tubuh Menurut para pakar emosi, lebih mudah mengamati perubahan emosi dari perubahan pada tubuh kita. Jantung yang mulai berdegup lebih kencang; rahang menegang, tangan mengepal, keringat mengalir atau bulu kuduk berdiri (ini kalau lewat tempat gelap hahaha). Selain fisik luar, kita juga bisa merasakan perut yang mules, persendian lemas ataupun pikiran yang terasa penuh dan kalut. Pada intinya, kita harus selalu awas dan menyadari perubahan yang ada. Kita tahu, amygdala sedang membajak pikiran kita… 3. Tandai dan sebutkan emosi yang kita rasakan Cara yang ketiga dianjurkan oleh Matthew Lieberman, seorang pakar dari UCLA. Ia menyebutnya sebagai affect labelling.3 Jika saya merasa sangat marah, setelah step 1 dan 2 diatas, saya harus mengatakan “Saya sangat marah!”. Kalau saya takut, saya mengucapkan “saya takut.” Menurut penelitian ilmiah, dengan menandai (labelling) dan mengatakan apa yang kita rasakan, peran amygdala akan berangsur di ambil alih oleh Medial Pre Frontal Cortex (MPFC)yangmerupakanpusatkeputusandiotakkita.Inibagianrasionaldalamotakkita. Permasalahan terbesar dari usaha diatas adalah menyadari bahwa kecepatan amygdala membajak pikiran kita adalah dalam kecepatan nano-detik, sehingga mengatasi emosi bukanlah hal yang mudah. Mau rasional, tapi omongan kasar udah keburu keluar :) Namun mengingat emosi-emosi negatif yang tidak terkontrol bisa menyebabkan kinerja kita menurun dan tidak produktif, saya mendorong diri saya untuk berusaha melakukan tiga hal diatas. Sangat layak untuk kita perjuangkan. 3 - Tan, Chade-Meng. Search Inside Yourself.
  • 28. 28 6: Menangkap momen“in the zone”, meraih“taksu” Dari semua bab yang ada dalam buku ini, jika ada tulisan yang saya ingin orang dekat (teman kerja, klien, bos, keluarga dan sahabat) benar-benar membaca adalah Bab ke 6 dan ke 7. Dalam usaha mencari cara kerja lebih produktif, akhirnya pencarian saya sekarang sampai pada pencarian tentang apa makna hidup, the things I really enjoy, what I stand for, serta kembali kepada sebuah percakapan kecil dengan bapak di teras rumah sekitar tigapuluh tahun silam. Kali pertama saya mendengar sebuah kosa kata baru: taksu. In the zone: dari basket, six sigma sampai book publishing Saya pemain basket pas-pasan, tapi ternyata saya belajar banyak tentang berkarya dari olahraga ini. Alkisah, dua puluh tahun yang lalu di sebuah kampus di jalan Ganesha Bandung, saya sering mengisi waktu luang saya di kantin GKU dan lapangan basket bersama teman-teman satu jurusan. Di pinggir lapangan basket, awalnya saya hanya duduk-duduk menonton teman-teman saya bermain basket. Karena mereka sering kurang pemain, maka seringkali saya diajak sebagai pelengkap penderita. Dan kami melakukan itu hampir setiap hari, berebutan dengan begitu banyak mahasiswa pencinta basket di kampus, anak basket beneran, dan aktivis kampus yang ingin menggunakan lapangan untuk demonstrasi. Walaupun bermain hampir tiap hari, saya tetaplah pemain basket yang payah. Namun ada sesuatu saat bermain basket yang membuat saya kecanduan. Ada saatnya saat bermain saya merasa begitu tenang. Saat memegang bola saya rasanya seperti melihat teman dan lawan dalam gerakan slow-motion. Waktu seakan bergerak sangat lambat namun berlalu sangat cepat. Saat kami tertawa senang, tawa itu seakan- akan terpatri dalam keabadian. Beku dalam rasa bahagia. Tapi momen-momen itu tidak datang setiap saat. Kadang-kadang permainan saya benar-benar payah dan tidak bisa dinikmati. Namun adakalanya saya-saat tertentu perasaan bahagia dalam bermain itu muncul lagi. Saat itu saya tidak terlalu tahu fenomena itu, yang jelas saya punya motivasi besar untuk tetap bermain basket saat sudah bekerja. Dan itu yang saya lakukan.
  • 29. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 29 Saya sangat beruntung akhirnya berteman dan bersahabat dengan teman sekerja di sebuah camp di Duri (Riau) yang menjadi teman bermain basket. Awalnya tiap sabtu pagi, sekali seminggu. Lalu bertambah menjadi dua kali seminggu, tiga kali seminggu dan akhirnya membentuk liga basket. Dan momen itu hadir lebih sering. Kebahagiaan dalam bermain dan tertawa bersama sahabat. Matahari bersinar lebih cerah tapi tidak terasa menyengat. Dan melihat lawan seperti bergerak dalam slow-motion. Kembali, beku dalam rasa bahagia. Tak heran bagi saya semua teman bermain basket dari jaman di kampus, di Duri, dan di Jakarta adalah sahabat saya. Setelah mengalami fenomena slow-motion dalam bermain basket cukup sering, saya mulai bisa menandai momen yang sama itu kadang-kadang muncul juga saat saya bekerja. Saat bekerja di Caltex dulu, seorang engineer senior meminta saya untuk melakukan time-motion-study untuk sebuah proses. Data dan mapping yang kami dapatkan lalu kami gunakan dalam melakukan re-engineering proses. Menganalisis data dan membedah prosesnya. Rasa nyaman dan tenang itu muncul lagi. Slow-motion. Whoa, I like this job. Perasaan yang sama muncul setiap kali saya diminta untuk bekerja mengolah dan mengerti data. Dan lalu saya dikirim untuk training Six Sigma (dan belakangan Lean Thinking). Ada hal-hal di dalamnya yang saya bisa nikmati dalam suasana yang smooth dan effortless. Mengerjakan beberapa improvement bersama cross-functional team… betapa saya menikmati bekerja dengan data, menganalisis, mengerti dan menerapkan sebuah aksi bersama sebuah kelompok kerja. I could still see it vividly in slow-motion. Menyetir ke steam station 5. Berdebat seru dengan para operator. Menyerap ilmu dari pengalaman lapangan; menunjukkan data dan grafik kepada mereka. Fine-tuning steam generator. Mengamati asap pembakaran. Menikmati pesta durian saat improvement berhasil. Di perusahaan berikutnya, GE, saya mendapatkan sensasi yang sama setelah dikenalkan dengan konsep rapid improvement workshop, yang di perusahaan itu diberi nama Action Work Out. Di hampir setiap Work Out Di Jakarta, di Bangkok, perasaan damai yang tenang di tengah keriuhan debat yang sering berakhir setelah hari gelap. Whoa, I love this job.
  • 30. 30 Ketika saya ditugaskan ke bagian CRM (Customer Relationship Management) bagi saya layaknya seperti pencinta surfing dikirim ke Bali atau Nias. CRM adalah surganya data; dan saya sangat menyukai menganalisa data dan membuat langkah strategis dari hasil analisa itu Mengenal in the zone atau flow Saat saya membaca beberapa buku Malcom Gladwell bertahun-tahun setelah saya mengalami slow-motion pertama di lapangan basket, saya akhirnya tahu bahwa saya mengalami momen yang disebut in the zone; atau dalam bahasa teknis disebut sebagai Flow oleh Mihaly Csikszentmihalyi.4 Setiap atlet hebat akan (berusaha) menangkap momen in dalam performa-nya. Tapi kenapa saya, yang bahkan dalam seleksi pemain basket tingkatkelurahan pasti tidak terpilih, bisa memasuki momen itu? Saat seseorang sangat menikmati yang ia lakukan, seluruh energi dan pikirannya akan terserap ke dalam yang ia lakukan. Konsep waktu akan hilang. Our body would disappear. Problems…identity..disappear. Saat momen inilah tubuh kita seakan-akan punya pikiran sendiri yang secara otomatis mengikuti apa yang kita inginkan. BagiparaatlethebatsepertiMichaelJordanatauLebronJames,inilahsaatmerekabergerak sepertimenari,effortlesstapimematikan!Beradadalamkondisiinthezoneakanmembuat setiap orang sangat produktif karena seluruh kemampuan keluar maksimum tanpa usaha yang sangat harus dipaksa. Bagi orang seperti saya, paling tidak perasaan “penuh” dan “kosong” di saat bersamaan menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri. Gambar 11 – Penjelasan tentang flow bisa anda tonton di channel TED (tautan bisa lihat di footnote) 4 - http://www.ted.com/talks/mihaly_csikszentmihalyi_on_flow/transcript?language=en
  • 31. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 31 Tapi ada satu yang saya mengerti sekarang. When I really enjoy something, I can move into the “flow”. Tak heran, saat pacaran dulu momen ini akan muncul dengan rajin;begitu juga saat menimang anak-anak saya pertama kali. It’s quiet..peace..timeless..freezing in the eternity. Marking the joy or bad moment Sejak mengerti itu, saya lalu memulai sebuah kebiasaan baru yakni menandai setiap experience dan aktivitas dalam kategori joy or bad moment. Thumb up or thumb down. Atau kalau meminjam istilah Steve Jobs, cool atau bozo. Ini daftar joy/thumb up/cool saya: • Waktu bersama keluarga, main bersama istri dan anak-anak saya • Olahraga seperti basket, berenang, atau berjalan santai di pagi hari • Memahami data dan mengerti implikasinya terhadap proses atau bisnis • Action work out atau rapid improvement workshop; pada dasarnya saya menikmati setiap kerja kelompok yang berorientasi pada action • Membaca apa saja • Menulis apa saja…that’s why you read this :) Thank you! • Berdiskusi tentang menerbitkan buku/book publishing (yes, I enjoy even just by talking about the plan!!!) • Bangun subuh, tapi kalau bisa habis makan siang tidur sebentar :) • Nonton live concert (musik apa saja); kalau nonton musik, saya bisa sendirian ngga pernah mati gaya :) • Pearl Jam (mendengarkan, membaca tulisan, lirik, membolak-balik buku fotonya, ngobrol, baca tulisan dan komentar fans). • Bengong di alam terbuka • Memberi pelatihan/menjadi trainer • Nyanyi (peringatan: kualitasnya termasuk kategori toxic buat mahluk hidup hahahaha!) Dan ini daftar bad moment/thumb down/bozo versi saya (ini selera pribadi, bukan bersifat universal ke setiap orang): • Menyetir mobil di jalanan yang macet, atau di jalanan yang rusak, atau di jalanan yang banyak bis/truk nyetir ugal-ugalan (dalam ukuran Indonesia, mungkin ini bisa ditulis lebih singkat “tidak suka nyetir” :) Tapi sejujurnya, saya menikmati nyetir di Bali, terutama antara Singaraja — desa Kalianget, kampung saya. Lurus, mulus dan di pinggir pantai
  • 32. 32 • Meeting yang tak berkesudahan dengan agenda yang tak jelas • Ceremonial event; bisa dibilang hampir semua acara seremoni …mulai dari gala dinner, acara kantor resmi, acara keluarga, acara adat, acara agama…I am just not into it…terutama kalau seremoni yang pakem-nya sangat ketat dan harus formal. Semakin formal, semakin mati gaya. • Ke disko/clubbing: selalu merasa mati gaya di tempat-tempat clubbing. Mungkin karena selera saya ngga ke techno/hip-hop atau mungkin karena minder aja. • Ngobrol dengan orang yang pikirannya duit terus; saya sangat mengagumi banyak pebisnis, terutama karena cara berpikir mereka yang umumnya sangat pragmatis dan action oriented. Ini tipe yang saya suka. Tapi yang suka bikin mood saya jelek adalah orang yang dari awal sampai akhir, pikiran dan omongannya urusan kekayaan terus atau yang semua hal dinilai dari uang. • Buku-buku motivasi “cara singkat jadi kaya”, “jadi milyuner tanpa modal”, “revolusi uang”, “berkebun emas’, dll, Mencari titik optimum buat produktivitas Mengetahui apa yang saya suka dan nikmati menjadi penting karena ternyata bisa membantu lebih produktif. Di sisi lain, saya menghindari aktivitas yang tidak saya suka. Tentu saja selain karena enjoy, ada hal lain yang perlu dipertimbangkan agar menjadi produktif. Misalnya, kesukaan saya main basket. Walaupun saya suka, tapi saya pemain yang payah alias tidak kompeten. Selain itu orang lain tidak menilai aktivitas saya itu bermanfaat, jadi tidak ada orang yang membayar saya untuk main basket:) Oleh karenanya, saya menggunakan lingkaran di Gambar 12 sebagai panduan berkarya. Untuk saya, saat ini titik optimum saya adalah di area business process management dan continuous improvement. Saya sangat menyukai bidangnya, cukup mempunyai pengalaman dan dasar, serta (mungkin) berguna buat orang lain. Paling tidak, ada yang mau membayar untuk apa yang saya lakukan. Titik optimum itu menyebabkan dorongan untuk selalu menggali pengalaman dan ilmu baru di sekitar area itu tidak pernah membosankan. Selain itu makin lama dipelajari, baru mulai terasa bahwa apa yang saya tahu masih jauh sekali dibawah profesional yang bergerak di bidang yang sama di luar negeri.
  • 33. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 33 Gambar 12 – Titik optimum untuk berkarya Meraih taksu Sebagai layaknya orang Bali yang tinggal dan dibesarkan di pulau yang dulu dijuluki Nusa Damai ini, masa kecil saya sering diajak ke kampung untuk mengikuti upacara agama. Saya mempunyai kesenangan menonton orang memainkan gamelan di pura. Yang membuat saya tertarik adalah tingkah-laku para penabuh yang memainkan gamelan. Tubuh mereka seakan ikut menari, senyum merekah lebar di bibir mereka. Kadang kala mereka akan saling melakukan kontak mata, saling melirik, memberi tanda dan lalu tertawa terbahak-bahak sambil menggebuk kendang atau memacu gangsa. Yes, they are having so much fun! Di kali lain saya melihat seseorang menarikan tari Topeng Tua, yang benar-benar seperti orang tua; padahal saya tahu ia seorang guru olahraga yang kadang-kadang menjadi Arjuna di sendratari. Ia bukan layaknya orang muda yang memakai topeng tua, tapi ia bagaikan orang tua yang dipaksa menari!
  • 34. 34 5 - Untuk trailer Jiro Dreams of Sushi, silahkan kunjung tautan ini https://www.youtube.com/ watch?v=I1UDS2kgqY8 Dalam sebuah obrolan di teras rumah, saya menanyakan itu kepada (alm) Bapak. Ia berkata, “oh itu namanya taksu. Setiap orang harus menemukan taksu-nya agar apa yang dilakukan punya jiwa.” Sesingkat itu penjelasan Bapak saya. Saat itu saya berpikir, taksu adalah suatu ilmu untuk penari atau penabuh. Malah kebayang taksu adalah suatu ilmu mistik. Dalam perjalanan waktu, saya mulai melihat patung yang memiliki “jiwa”. Lukisan yang memiliki “jiwa”. Dan mulai mendapatkan pengalaman memiliki guru sekolah yang sangat menjiwai perannya. Bidan yang sangat dicintai tetangga-tetangganya. Ooh… ternyata bukan hanya seniman. Bukan pula ilmu mistik. Bertahun-tahun mencoba memberi makna pada kata taksu, akhirnya yang paling dekat bagi saya penjelasannya adalah istilah shokunin dalam bahasa Jepang, seperti tema utama film Jiro Dream of Sushi.5 That I must do what I love; Love what I do. And never stop improving myself. So I can give some value to my output, and maybe I can help some other people along the way… Tidak masalah apakah saya menjadi penjual sushi, direktur, guru, pengusaha, seniman, investorataupemulung.Yangpenting,sayamemberikanjiwakepadaapayangsayakerjakan. Bagi saya, itulah taksu. Sebuah kata sederhana yang akan saya coba raih dalam sisa hidup saya.
  • 35. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 35 7: Menulis Obituari Saya Sendiri Obituari Gede Manggala Pria ini menjalani hidup bahagia dalam masa hidupnya. Ia mengakui dan menerima semua kekurangan, kegagalan, dan keterbatasannya sebagai pernak-pernik hidup yang perlu untuk melengkapi semua kesenangan dan kenikmatan untuk menjadikan hidupnya sebagai dongeng yang luar biasa. Perbedaan adalah keindahan Gede sangat mencintai dan dicintai keluarganya. Dalam keluarga yang layaknya versi mini dari Bhinneka Tunggal Ika, ia dikenang sebagai orang yang melihat perbedaan dan keberagaman sebagai warna-warni yang membuat keluarga lebih indah; bukan melihat perbedaan sebagai hal yang memisahkan dan membuat retak. Pria ini selalu bersyukur mempunyai keluarga besar yang menjadi sumber kekuatan hidupnya. Learning is so much fun, so enjoy it and never give up in the journey! Jika kita tanya putra-putrinya tentang sang ayah, semua kompak menjawab bahwa yang mereka paling ingat tentang ayahnya adalah kata-kata, “learning is so much fun!” Sang putri masih ingat bagaimana sang ayah selalu mendorongnya untuk menikmati segala hal sebagai pembelajaran. Hal-hal yang diajarkan di sekolah, dan semua fenomena yang ditemui di sekitar rumah. Matematika, bahasa, fisika, biologi, kimia. Menikmati melukis dan menyanyi. Belajar tentang rumah semut di pekarangan dan asal-usul hujan. Kalau menurut sang putra, hal yang paling ia ingat adalah menyanyikan bersama-sama lagu “kebangsaan” sang ayah yang liriknya: I get knocked down But I get up again You’re never going to keep me down… Warisan terbesar ayahnya menurut sang anak adalah bagaimana arti sukses. SUKSES adalah saat kita jatuh sepuluh kali, lalu kita bisa bangun sebelas kali dan tidak pernah berhenti mengambil hikmah dari setiap kejadian itu.
  • 36. 36 Knowledge based society Bagi sahabat dan koleganya, Gede dikenal sebagai orang yang turut mempunyai peran dalam menyebarluaskan knowledge based society, cara berpikir dan bertindak yang menggunakan sistematika berpikir berdasarkan data dan fakta untuk memperbaiki keadaan sekitar. Bersama teman dan koleganya, ia menulis, memberikan training, memberikan konsultasi dalam menerapkan prinsip itu di berbagai organisasi. If you don’t like what you see, create your own. Simplify and make it fun! Pria yang lahir dan dibesarkan di Singaraja (Bali) ini juga sejak masa mudanya dikenal gemar berkolaborasi dengan orang dari berbagai latar belakang keahlian seperti praktisi perbaikan proses, desainer grafis, penulis, kartunis, pelukis, pembuat video, ataupun musisi untuk mencoba berbagai proyek yang bertujuan membuat eksperimen berbagai hal penting yang sering tersembunyi, hal-hal yang dianggap membosankan, atau “ditakuti” karena dianggap terlalu serius untuk menjadi lebih mudah dicerna karena dibuat dengan lebih ringan, lebih simpel dan lebih enak dinikmati panca indra. Bermula dari ketidaksukaannya melihat toko buku didominasi buku-buku tentang “revolusi uang”, “pensiun muda kaya raya”, sampai “cara instan jadi milyuner”… bersama teman-temannya yang satu ide, Gede terlibat dalam berbagai proyek. Awalnya ia dan rekan-rekannya menulis beberapa buku dan perlahan-lahan menjadi multi-media contents dari video, musik, sampai e-learning/online course. Content yang digarap mulai dari topik problem solving, musik non-mainstream, SOP (standard operating procedures), tentang tempat-tempat indah di Bali yang belum populer (Bali Utara, Timur, Barat), tentang berbagai kopi asli Indonesia, ikut membuat “syarat & ketentuan” berbagai produk asuransi dan kartu kredit menjadi mudah dipahami dengan bahasa visual, sampai terlibat dalam penyederhanaan proses dan peraturan di rumah sakit, birokrasi pemerintahan dan juga proses penyederhanaan pembuatan undang-undang di Indonesia. Apa yang ia dan beberapa orang mulai dengan gerakan #simplicity101 akhirnya menjadi sebuah gerakan yang dilakukan banyak orang dan turut berkontribusi pada sistem masyarakat dan birokrasi Indonesia yang sangat produktif dan efisien.
  • 37. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 37 The journey is the reward Dalam mencoba berbagai hal itu, tidak sedikit akivitas itu yang tersendat atau sangat struggling agar bisa selesai. Yang menarik adalah jawabannya ketika ditanya apakah ada eksperimen yang ia pernah sesali? “Semua aktivitas, kolaborasi, eksperimen dan struggle itu memberikan saya sahabat dan pengalaman yang sangat berharga. Uang bisa habis digunakan atau diambil orang lain. Harta tidak bisa saya bawa setiap saat. Berbeda dengan pengalaman; kenangan itu tidak akan habis atau bisa direbut orang lain. Semua tersimpan di dalam pikiran, hati dan jiwa saya…” — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —— — — — —  — — — — — — — — —  Obituari ini saya tulis sebagai satu kesatuan dengan usaha saya menjadi lebih produktif. Ada beberapa prinsip yang mendasari kenapa sebuah obituari bisa membantu saya: Yang pertama adalah salah satu prinsip yang diperkenalkan oleh Stephen Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People yakni Begin with the End in Mind. Jadi kenapa tidak saya mulai dengan membayangkan bagian “the end” saya? Yang kedua adalah Victor Frankl dalam bukunya Man’s Search for Meaning salah satunya mengulas bahwa setiap orang akan jauh lebih memahami makna hidupnya dengan “looking back from the deathbed”. Membayangkan kilas balik hidup kita saat kita berbaring menunggu ajal. Apa yang kita syukuri? Apa yang akan membuat kita berbaring tenang, tersenyum, dan “siap”? How do you want to be remembered?
  • 38. 38 Yang ketiga, adalah kisah Alfred Nobel. Di tahun 1888, Ludvig Nobel meninggal di Perancis. Salah satu koran lokal di sana salah persepsi mengira yang meninggal adalah saudaranya, Alfred Nobel, sang penemu dinamit. Koran di Perancis itu membuat sebuah obituari yang antara lain menuliskan: “Sang saudagar kematian telah meninggal. Dr. Alfred Nobel, orang yang menjadi kaya karena menemukan cara membunuh manusia jauh lebih cepat, telah meninggal kemarin”. Terkejut dan tidak terima dengan berita itu, Alfred Nobel bertekad untuk mengubah jalan hidupnya, lalu menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk orang-orang yang telah berjasa memberikan kemajuan untuk berbagai bidang seperti fisika, kedokeran ataupun perdamaian. Hari ini sebagian besar orang mengenang Nobel karena sumbangannya pada kemajuan ilmu dan perdamaian dunia, bukan sebagai saudagar kematian akibat dinamit ciptaannya. Buat saya, pertanyaan ini menarik: kita ingin dikenang seperti apa? Apa yang bisa saya lakukan mulai dari sekarang?
  • 39. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 39 Penutup: Tentang Bahagia Adakah kamu yang pernah dikhianati seseorang yang sangat kamu cintai? Dan sampai saat ini , hal itu membuat kamu menderita ? Dikhianati memang sakit, namun tahukah kamu bahwa rasa takut akan dikhianati itulah sebenarnya yang membuat kamu menderita? Karena seperti memar di kaki saat jatuh, rasa sakit itu sebenarnya sudah sembuh. Yang membekas dan membuat kita menderita sebenarnya ketakutan hal buruk itu akan terjadi lagi. Rasa takut adalah penghalang terbesar kita untuk bahagia. Dan bagi kamu yang sedang berbahagia karena cinta. Apakah di saat yang bersamaan (di lubuk terdalam hatimu) kamu takut bahwa momen indah ini akan berlalu? Diam- diam ketakutan menelisik di dalam hatimu, khawatir kebahagiaan ini akan berlalu. Dan perasaan ini membuat kamu tidak berani terlalu bahagia. Terlalu takut bahwa kebahagiaan ini pada akhirnya akan menyakiti? Rasa takut adalah penghalang terbesar kita untuk bahagia. Mengapa mengerti tentang rasa takut ini penting buat saya? Betul sekali, rasa takut dan perasaan tidak bahagia membuat kita tidak produktif. Sumber ketidakbahagiaan: Aversion dan Grasping Ketakutan akan sesuatu yang jelek menimpa kita bukanlah hanya masalah cinta, seperti dikihianati pacar atau suami. Nyatanya, ini salah satu sumber terbesar dari rasa tidak bahagia yang menimpa kebanyakan manusia. Takut kehilangan pekerjaan, takut tidak punya uang, takut terjadi hal yang buruk terhadap anak-anak atau orang yang kita cintai. Takut dengan pendapat orang lain atau takut dianggap miskin. Semua ketakutan ini disebut Aversion. Ada kondisi sebaliknya, namun juga merupakan sumber rasa tidak bahagia. Tidak ingin kehilangan hal yang berharga dalam hidup kita. Anda punya harta melimpah, dan tidak ingin harta itu berkurang. Anda mempunyai karir cemerlang dan ingin memastikan agar itu melekat seumur hidup anda. Anda mempunyai keluarga yang bahagia, dan anda takut akan kehilangan mereka. Setiap malam anda menyimpan kekuatiran bahwa apa yang anda punya saat ini akan hilang. Dan anda menjadi tidak bahagia. Semua ketakutan ini disebut Grasping.
  • 40. 40 Let it be. Let it go. Jika ada dua lagu yang bisa kita jadikan pedoman hidup untuk bahagia, maka itu adalah lagu dari band legendaris The Beatles dan lagu dari film Frozen. Cara terbaik menghindari aversion dan grasping adalah Let it be; Let it go. Mengikhlaskan bahwa sesuatu yang buruk mungkin terjadi di luar kuasa kita. Bahwa kita sudah berusaha tapi hasilnya masih tidak baik. Let it be. Merelakan dan memaafkan jika ada sesuatu yang jelek menimpa kita. Kesalahan yang orang lakukan terhadap kita. Dan juga kesalahan yang kita lakukan terhadap orang lain. Maafkan. Minta maaflah. Let it go. Walaupun cukup mudah dituliskan dan dikatakan, kenyataannya saya belum mampu melakukan hal itu dengan baik. Like writing on the water Jika masih susah juga let it go, sebuah pepatah kuno menganjurkan kita untuk menuliskan setiap ketakutan, kekuatiran, dan rasa amarah muncul. Namun kali ini tuliskan semua emosi itu di atas air… Berbahagia DAN makin produktif Kalau kita pahami diatas, apakah cara terbaik untuk hidup dan berbahagia adalah dengan duduk diam tanpa menginginkan apa-apa? Tidak melakukan apa-apa? Tidak mempunyai apa-apa? Karena saya belum berencana menjadi seorang pertapa atau yogi, maka yang saya tiru adalah apa yang menjadi cara berpikir Tony Hsieh. Menurut pendiri Zappos ini, ada tiga jenis kebahagiaan yang dialami manusia: 1. Pleasure: rasa bahagia yang muncul saat kita menikmati sesuatu. Makanan enak, pakaianyangindah,mobil,berlibur,dansemuahalyangkitanikmati.Berkumpuldengan orangyangkitasayangi.Mendapatkanhadiahataumenontonacarafavoritkita.Dalam pleasure, kesenangan sangat terkait dengan panca indra kita. Kesenangan duniawi. 2. Passion: rasa senang saat kita sangat menikmati sebuah proses. Mencintai pekerjaan, menikmati hobi seperti marathon, diving, basket, berkebun atau melukis. Kebahagiaan dalam passion ini lekat hubungannya dengan istilah Flow atau in the zone.
  • 41. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 41 3. Higher Purpose: rasa senang yang dalam karena hidup kita mempunyai sebuah misi besar yang ingin kita capai. Mahatma Gandhi yang ingin memerdekakan India dengan prinsip ahimsa dan satyagraha. Bung Karno, Bung Hatta dan para pendiri bangsa Indonesia yang mengabadikan hampir seluruh hidupnya untuk Indonesia Merdeka. Dalai Lama yang ingin melihat manusia di Planet Bumi saling mengasihi. Orang-orang yang mempunyai tujuan yang lebih tinggi dari sekadar menjalani hidup adalah orang- orang yang digambarkan mempunyai kebahagiaan yang dalam. Mereka mungkin pernah bersedih, tapi ada sebuah kekuatan yang selalu membuat mereka tegak dan bergerak lagi. Ini sumber kebahagiaan terbaik. Menurut Tony Hsieh, sebagian besar orang tidak berbahagia, atau tidak bisa berbahagia dalam waktu lama karena terlalu mengejar pleasure, kadang-kadang mencoba menikmati passion, namun sedikit sekali meluangkan waktu untuk higher purpose. Ia menggambarkan pola pikir kebanyakan manusia adalah seperti piramida di Gambar 13: Gambar 13 – Piramida kebahagiaan manusia pada umumnya Kelemahan dari piramida diatas adalah bahwa jika kita terlalu banyak mengejar kesenangan duniawi, rasa bahagia itu tidak bertahan lama. Bekerja dengan passion akan memberikan kita kebahagiaan yang lebih lama, namun kebahagiaan tertinggi dan terdalam adalah jika kita mempunyai tujuan yang lebih besar dari hidup kita sendiri.
  • 42. 42 Membalikkan piramida kebahagiaan Oleh karena itu, Tony Hsieh menganjurkan agar kita membalikkan piramida kebahagiaan menjadi seperti Gambar 14. Membuat sebuah tujuan yang menjadi Higher Purpose untuk menggerakkan hidup kita, meraih setiap aktivitas agar kita nikmati dalam Passion yang bergairah dan sekali- sekali menikmati Pleasure. Salah satu cara mengetahui tujuan hidup kita adalah dengan membayangkankitasedangberbaringdiranjangkematianataumenulisobituarikitasendiri. Gambar 14 – Piramida kebahagiaan orang produktif dan bahagia Jika kita tahu apa yang ingin kita lakukan dalam hidup ini, saya yakin kita bisa melakukan berbagai hal setiap hari dengan wajah tersenyum. Produktif dan berbahagia.
  • 43. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 43 Wisma Tamu (karya Jalaluddin Rumi) Menjadi manusia adalah menjadi wisma tamu Setiap saat ada yang datang Kegembiraan, kesedihan, keburukan Terkadang kesadaran singgah sebentar Sebagai tamu tak diundang Sambut dan jamu mereka semua! Bahkan jika mereka adalah rombongan nestapa Yang tanpa belas mengosongkan rumahmu Mengangkut semua isinya Tetap perlakukan setiap tamu dengan hormat Ia mungkin membersihkanmu Membawa kebahagiaan baru Pikiran buruk, rasa malu, niat jahat Temui mereka semua di depan pintu dengan tertawa Dan ajak mereka masuk Bersyukurlah atas siapun yang datang Karena setiap tamu telah diutus Sebagai pemandu dari alam sana
  • 44. 44 Daftar Pustaka Allen, David. Getting Things Done: The Art of Stress-Free Productivity. Penguin Books, 2015 (Revised edition). Ferriss, Timothy. The 4-Hour Workweek: Escape 9-5, Live Anywhere and Join the New Rich. Harmony, 2009. Frankl, Victor. Man’s Search for Meaning. Pocket Book, 1997. Koch, Richard. The 80/20 Principle: The Secret to Achieving More with Less. Crown Business, 1999. Tan, Chade-Meng. Search Inside Yourself: The Unexpected Path to Achieving Success, Happiness (and World Peace). HarperOne, 2014. www.lifehack.org/productivity
  • 45. sebuah catatan menaklukkan gadget,waktu,dan diri sendiri 45 Tentang Penulis Gede Manggala adalah praktisi di bidang continuous improvement. Sekarang ini bekerja sebagai konsultan untuk Edraflo Consulting serta memegang titel Lean Six Sigma Master Black Belt dan menjadi Lead Consultant di Indonesia untuk Variance Reduction International (VRI) sebuah perusahaan konsultan yang bermarkas di Houston, Amerika Serikat. Dalam perjalanan karirnya, pria asal Bali ini sempat bekerja di PT. Caltex Pacific Indonesia dan GE Money Indonesia untuk berbagai area mulai dari engineering, Lean Six Sigm, CRM serta Marketing. Semua pengalaman itu menjadi latar belakangnya menjadi konsultan untuk berbagai organisasi di Indonesia dan beberapa negara Asia. Sebagai pengagum W. Edwards Deming, ia tergerak untuk ikut mewujudkan knowledge based society, sebuah konsep tentang masyarakat yang aktif mencari solusi berdasarkan metode ilmiah yang sistematis. Bersama kolega-kolega di Indonesia, penggemar band Pearl Jam ini juga aktif menyebarkan semangat #simplicity101 untuk membuat berbagai topik dan subyek yang penting agar bisa dimengerti dengan lebih mudah oleh masyarakat luas. Ia memimpikan masyarakat yang semakin produktif berkarya.BukupertamanyayangberjudulTheCoconutPrinciplesdanbukuyangsegera terbit berjudul SOP-it! adalah salah satu usaha untuk mewujudkan keinginan itu. Meski berusaha serius kala bekerja, Gede menempatkan prioritas tertinggi hidupnya adalah untuk istri dan kedua anaknya. • Tentang Tim Buku Rudi Adriyanto Kadarman, Book Concept & Designer Rudi adalah Chief Designer Edraflo Publishing yang memegang peran vital dalam membuat beberapa buku menjadi sangat menarik, antara lain: The Coconut Principles, Saya Ada Di Sana: Catatan Grunge Lokal, dan Dua Senja Pohon Tua. Sekarang ini ia sedang menyibukkan diri mempersiapkan peluncuran buku Rock Memberontak dan SOP-it.Priaberkacamatainisangatmenggemaribasket,danmusik(terutamaPearlJam). Ngurah Nala, Ilustrasi Sampul Nala adalah dosen di Undiksha (Universitas Pendidikan Ganesha) yang juga aktif di Proyek Utara, sebuah proyek menggerakkan dunia kreatif Bali Utara. Pria ini dikenal karena menuangkan makna yang dalam untuk karya yang tampak ringan dan lucu.
  • 46.
  • 47.
  • 48. If your business needs simplicity, just call Edraflo! • www.edraflo.com • +62 815 8560 8650 Nantikan Buku: Rock Memberontak! Karya Eko “Wustuk” Prabowo Mulai terbit di Gramedia 30 November 2015 Dua Senja Pohon Tua Saya Ada Di Sana!