Yesaya menyerukan umat Israel untuk kembali kepada Tuhan karena mereka telah kehilangan identitas dan meninggalkan Tuhan. Walaupun dosa mereka semerah darah, Tuhan menawarkan pengampunan jika mereka bertobat dengan tulus. Tuhan memberi pilihan kepada mereka untuk menerima rahmat-Nya atau menolaknya sampai titik tidak dapat dikembalikan.
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
PELAJARAN YESAYA
1. Pelajaran 1 Triwulan I 2021
Diadaptasi dari fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
“Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN --
Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan
menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna
merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih
seperti bulu domba.” (Yesaya 1:18).
2. Yesaya adalah anak dari Amos dan merupakan keturunan
bangsawan. Dia dipanggil untuk menjadi seorang nabi saat ia
masih muda pada akhir pemerintahan Raja Uzia (790-739
SM), selama pemerintahan Raja Yotam (sekitar 750-739 SM).
Pelayanannya berlangsung setidaknya selama 60 tahun, dan
mencakup pemerintahan Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia.
Kitab Yesaya mulai menjelaskan krisis identitas umat
TUHAN; panggilan untuk berubah; dan tawaran akan
pengampunan dari TUHAN.
Suatu krisis identitas. Yesaya 1:1-9
Suatu bentuk kesalehan. Yesaya 1:10-17
Suatu tawaran pengampunan. Yesaya 1:18
Kesempatan untuk memilih. Yesaya 1:19-31
Suatu titik tidak dapat kembali. Yesaya 5:1-7
3. SUATU KRISIS
IDENTITAS
“Lembu mengenal pemiliknya, tetapi
Israel tidak; keledai mengenal
palungan yang disediakan tuannya,
tetapi umat-Ku tidak memahaminya.”
(Yesaya 1:3)
2 Raja-raja 15-20 dan 2 Tawarikh 26-32
membahas waktu jeda selama Yesaya
melaksanakan pelayanannya.
Pada akhir pemerintahan Uzia, TUHAN
menyatakan sesuatu (ayat 2-4): (1) Israel telah
melupakan siapa TUHAN mereka, dan (2)
mereka telah kehilangan identitas mereka.
Sebagai konsekuensi keterpisahan mereka dari
TUHAN, mereka menderita kerugian yang
serius (ayat 5-8). Namun demikian, masih ada
orang-orang yang tetap setia (ayat 9).
4. Apa yang mereka lakukan?
Apa yang terjadi dengan
mereka?
Apa yang TUHAN lakukan?
Menjaga Sion tetap
berdiri
Memelihara yang sisa
Meninggalkan TUHAN
Menista Yang Kudus
Kebejatan moral
Kejahatan dan
dosa
Tidak tahu
Tidak memahami TUHAN
Memberontak melawan
TUHAN
Luka fisik
Negeri yang hancur
Kota yang terbakar
Dirampok oleh
musuh mereka
SUATU KRISIS
IDENTITAS
“Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel
tidak; keledai mengenal palungan yang
disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak
memahaminya.” (Yesaya 1:3)
5. SUATU BENTUK
KESALEHAN
“Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak
sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau
kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan
pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena
perayaanmu itu penuh kejahatan.” (Yesaya 1:13)
Mereka mempersembahkan
korban dan berdoa kepada
TUHAN dengan tangan
terangkat, tetapi mereka
hanya menjaga penampilan.
Tangan mereka berlumuran
darah (ayat 16) karena
mereka kejam dan tidak adil
kepada yang lemah (ayat
17).
Bagaimana mungkin
sesuatu yang
diperintahkan TUHAN
menjadi suatu dosa
(kejahatan)?
Upacara mereka tidak memiliki pertobatan. TUHAN
menganggap ritual mereka dosa karena dangkal.
Umat TUHAN mengulangi kesalahan yang sama beberapa
kali (Matius 23: 23-28). Kita harus waspada untuk
mengulangi kesalahan yang sama pada diri kita sendiri.
6. SUATU TAWARAN
PENGAMPUNAN
“‘Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN --
Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan
menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna
merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih
seperti bulu domba.’” (Yesaya 1:18)
TUHAN ingin mengubah darah yang merah di
tangan orang Israel menjadi putih dalam
kesucian-Nya. Ia juga ingin mengampuni
dosa kita dan memurnikan hati kita.
Ia meminta kita untuk datang kepada-Nya
dengan maksud untuk menyelesaikan
masalah dengan-Nya (pertobatan).
Hati kita berubah ketika kita benar-benar menerima
pengampunan (Yeremia 31: 31-34). Begitu kita menyadari
kebutuhan kita akan pengampunan, kita akan siap menerima
semua yang telah TUHAN sediakan bagi kita.
7. SUATU KESEMPATAN
UNTUK MEMILIH
“Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka
kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu.”
(Yesaya 1:19)
TUHAN memberikan solusi, tapi
keputusan ada di tangan kita
(Ulangan 30:19).
Ayat
19
Ayat
20
Jika engkau
melawan dan
memberontak
Engkau akan
dimakan oleh
pedang
Jika engkau
menurut dan
mendengar
Engkau akan
makan yang
enak
TUHAN menawarkan suatu perjanjian dalam
Yesaya 1 yang serupa dengan perjanjian lain
yang telah Ia buat sebelumnya dan perjanjian
yang biasa pada waktu itu:
Apa yang TUHAN telah lakukan
Ketentuan perjanjian
Menyebut para saksi
Berkat dan kutuk
Betapapun berdosanya dan
jauhnya kita dari TUHAN,
Kasih karunia-Nya tidak
terbatas. Ia selalu bersedia
mengampuni kita.
8. SUATU TITIK TIDAK DAPAT KEMBALI
“Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang
hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang
pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda
temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak;” (Yesaya 5:5)
“Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang
belum Kuperbuat kepadanya?” (ayat 4). Pengampunan TUHAN tidak
terbatas, tapi kita mungkin menolaknya sampai tidak dapat kembali:
dosa terhadap ROH KUDUS (Matius 12: 31-32; Ibrani 6: 4-6).
Sangat sulit untuk sampai pada titik tidak mendengarkan panggilan
ROH KUDUS. Kesabaran TUHAN tidak ada habisnya (2Petrus 3:9).
Panggilannya tiada berkeputusan. TUHAN akan melakukan segala
kemungkinan untuk memanggil kita menerima –Nya sebelum kita
mencapai titik tersebut.
Jiwa kita dapat “ditumbuhi semak-semak” (ayat 6) hanya jika kita
dengan keras kepala memutuskan untuk tidak mendengarkan-Nya.
9. “Tanpa pertobatan dan pembaharuan yang sejati
pengakuannya tidak akan diterima ALLAH. Harus
ada perubahan yang pasti dalam kehidupan,
segala sesuatu yang sifatnya menentang ALLAH
haruslah dibuangkan. Inilah hasil yang murni
dari penyesalan kita akan dosa itu.” E.G.W.
(Steps to Christ, cp. 4, p. 39)
“Haruslah segenap hati diserahkan kepada
TUHAN ALLAH, kalau tidak perubahan tidak
akan pernah terjadi dalam diri kita, suatu
perubahan yang akan memulihkan kita untuk
menjadi seperti Dia.” E.G.W. (Steps to
Christ, cp. 5, p. 43)