Sejarah Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Buleleng, Kerajaan Tulang Bawang, dan Kerajaan Kota Kapur lengkap beserta Peta, Sistem pemerintahan, peninggalan, raja yang memerintah, sampai kehidupan politik, ekonomi, agama, sosial dan budaya.
2. Kelompok 4
Anggota : Abizar Algifari (02)
Haris Alfirdausi Faminka (18)
Irsyal Fatta (22)
Lailiyatul Fitri (23)
Nurrachman Budi Mulya (26)
3. Pembagian Tugas
Abiza Algifari : Kerajaan Tulang Bawang
Haris Alfirdausi F. : Kerajaan Majapahit
Irsyal Fatta : Kerajaan Buleleng
Lailiyatul Fitri : Kerajaan Singasari
Nurrachman Budi M.: Kerajaan Kediri & Kerajaan Kota Kapur
5. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan
Hindu dan kerajaan besar di jawa timur yang berdiri
pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari
Kerajaan Mataram Kuno. Pusat Kerajaannya terletak di
tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi
jalur pelayaran yg ramai.
7. Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah
Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian,
yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi
dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya
tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri
atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan
Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan.
Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri,
Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.
8. Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri
Kemudian pada November 1042, kedua putra Raja Airlangga
memperebutkan tahta kerajaan sehingga dengan terpaksa
Airlangga membelah kerajaan menjadi dua. Hasil dari perang
saudara tersebut, Kerajaan Panjalu (Kediri) diberikan kepada
Sri Samarawijaya yang pusatnya di Kota Daha. Sedangkan
Kerajaan Jenggala diberikan kepada Mapanji Garasakan yang
berpusat di Kahuripan. Dalam Prasasti Meaenga disebutkan
bahwa Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan nama Raja
Mapanji Garasakan (1042-1052 M) diabadikan. Namun, pada
peperangan selanjutnya, Kerajaan Panjalu (Kediri) berhasil
menguasai seluruh tahta Airlangga.
9. Raja Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri pernah diperintah 8 raja dari awal berdirinya
sampai masa keruntuhan kerajaan ini. Adapun 8 raja Kediri
tersebut urutannya sebagai berikut :
1. Raja Sri Jayawarsa
2. Raja Sri Bameswara
3. Raja Prabu Jayabaya
4. Raja Sri Sarwaswera
5. Raja Sri Aryeswara
6. Raja Sri Gandra
7. Raja Sri Kameswara
8. Raja Sri Kertajaya
10. Raja Kerajaan Kediri
1. Raja Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat
diketahui dari prasasti Sirah Keting (1104 M). Pada masa
pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah kepada
rakyat desa sebagai tanda penghargaan, karena rakyat telah
berjasa kepada raja. Dari prasasti itu diketahui bahwa Raja
Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat
dan berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
11. Raja Kerajaan Kediri
2. Raja Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti
yang ditemukan di daerah Tulung Agung dan Kertosono.
Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak memuat
masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik
diketahui keadaan pemerintahannya.
12. Raja Kerajaan Kediri
3. Raja Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika
diperintah oleh Prabu Jayabaya. Strategi kepemimpinan
Prabu Jayabaya dalam memakmurkan rakyatnya memang
sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di
Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini tanahnya amat
subur, sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau.
13. Raja Kerajaan Kediri
3. Raja Prabu Jayabaya
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di
tengah kota membelah aliran sungai Brantas. Airnya bening
dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga makanan
berprotein dan bergizi selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala,
dekat Surabaya, dengan naik perahu menelusuri sungai.
Roda perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan
Kediri benar-benar dapat disebut sebagai negara yang
“Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharja”
(Wilayah dengan kesuburan yang membawa kemakmuran.
14. Raja Kerajaan Kediri
3. Raja Prabu Jayabaya
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai
1157 Masehi. Dukungan spiritual dan material dari Prabu
Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan tidak
tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh
ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang
sepanjang masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal
itu menunjukkan bahwa pada masanya berkuasa tindakan
beliau yang selalu bijaksana dan adil terhadap rakyat.
.
15. Raja Kerajaan Kediri
4. Raja Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti
Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan (1161). Sebagai
raja yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera
memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang berarti
“dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah
engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia
yang terakhir adalah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma
dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang
menuju arah kesatuan, sehingga segala sesuatu yang
menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
16. Raja Kerajaan Kediri
5. Raja Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah
raja Kediri yang memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar
abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara
Madhusudanawatara Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik
tahta. peninggalan sejarahnya berupa prasasti Angin, 23
Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada saat itu
Ganesha. Tidak diketahui pula kapan pemerintahannya
berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring
adalah Sri Gandra.
17. Raja Kerajaan Kediri
6. Raja Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat
diketahui dari prasasti Jaring, yaitu tentang penggunaan
nama hewan dalam kepangkatan seperti seperti nama gajah,
kebo, dan tikus. Nama-nama tersebut menunjukkan tinggi
rendahnya pangkat seseorang dalam istana.
18. Raja Kerajaan Kediri
7. Raja Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Kameswara dapat diketahui
dari Prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradhana. Pada
masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185
Masehi, seni sastra mengalami perkembangan sangat pesat,
diantaranya Empu Dharmaja mengarang kitab Smaradhana.
Bahkan pada masa pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita
panji seperti cerita Panji Semirang.
19. Raja Kerajaan Kediri
8. Raja Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti
Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates
Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton,
pemerintahan Sri Kertajaya berlangsung pada tahun 1190
hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang
Gendis”. Selama masa pemerintahannya, kestabilan kerajaan
menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin mengurangi
hak-hak kaum Brahmana.
20. Raja Kerajaan Kediri
8. Raja Sri Kertajaya
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan
kaum Brahmana di Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak
aman. Kaum Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan
ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian
mempersiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel.
Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana
melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu
bertemu di dekat Ganter (1222 M).
21. Kehidupan Politik
Dalam kitab Ling-Wai-tai-ta yang ditulis oleh Chou K’u-fei
pada tahun 1178 dan pada kitab Chu-fan-chi yang disusun oleh
Chaujukua pada tahun 1225. Kitab itu menggambarkan masa
pemerintahan Kediri termasuk stabil dan pergantian takhta berjalan
lancar tanpa menimbulkan perang saudara. Di dalam menjalankan
pemerintahannya, raja dibantu oleh tiga orang putranya dan empat
pejabat kerajaan (rakryan), ditambah 300 pejabat sipil (administrasi)
dan 1.000 pegawai rendahan. Prajuritnya berjumlah 30.000 orang
dengan mendapat gaji dari kerajaan. Raja berpakaian sutra,
memakai sepatu kulit, perhiasan emas, dan rambutnya disanggul ke
atas. Jika bepergian, raja naik gajah atau kereta dengan dikawal oleh
500–700 prajurit. Pemerintah sangat memperhatikan keadaan
pertanian, peternakan, dan perdagangan. Pencuri dan perampok jika
tertangkap dihukum mati.
22. Kehidupan Ekonomi
Kediri merupakan kerajaan agraris dan maritim. Masyarakat
yang hidup di daerah pedalaman bermata pencaharian sebagai
petani. Hasil pertanian di daerah pedalaman Kerajaan Kediri sangat
melimpah karena didukung oleh kondisi tanah yang subur. Hasil
pertanian yang melimpah memberikan kemakmuran bagi rakyat.
Masyarakat yang berada di daerah pesisir hidup dari
perdagangan dan pelayaran. Pada masa itu perdagangan dan
pelayaran berkembang pesat. Para pedagang Kediri sudah
melakukan hubungan dagang dengan Maluku dan Sriwijaya.
Pada masa itu, mata uang yang terbuat dari emas dan campuran
antara perak, timah, dan tembaga sudah digunakan. Hubungan
antara daerah pedalaman dan daerah pesisir sudah berjalan cukup
lancar. Sungai Brantas banyak digunakan untuk lalu lintas
perdagangan antara daerah pedalaman dan daerah pesisir.
23. Kehidupan Sosial dan Budaya
Kondisi masyarakat Kediri teratur. Penduduknya memakai kain sampai di
bawah lutut, rambut diurai, serta rumahnya bersih dan rapi. Dalam perkawinan,
keluarga pengantin wanita menerima maskawin berupa emas. Orang-orang yang
sakit memohon kesembuhan kepada dewa dan Buddha.
Perhatian raja terhadap rakyatnya sangat tinggi. Yang dibuktikan kitab
Lubdaka yang berisi tentang kehidupan sosial masyarakat pada saat itu. Tinggi
rendahnya martabat seseorang berdasarkan moral dan tingkah lakunya. Raja juga
sangat menghargai dan menghormati hak-hak rakyatnya. Akibatnya, rakyat dapat
leluasa menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pada zaman Kediri karya sastra berkembang pesat. Banyak karya sastra
yang dihasilkan. Pada masa pemerintahan Jayabaya, raja pernah memerintahkan
kepada Empu Sedah untuk mengubah kitab Bharatayuda ke dalam bahasa Jawa
Kuno. Karena tidak selesai, pekerjaan itu dilanjutkan oleh Empu Panuluh. Dalam
kitab itu, nama Jayabaya disebut beberapa kali sebagai sanjungan kepada
rajanya. Kitab itu berangka tahun dalam bentuk candrasangkala, sangakuda
suddha candrama (1079 Saka atau 1157 M). Selain itu, Empu Panuluh juga
menulis kitab Gatutkacasraya dan Hariwangsa.
24. Kehidupan Sosial dan Budaya
Pada masa pemerintahan Kameswara juga ditulis karya sastra,
antara lain sebagai berikut:
• Kitab Wertasancaya, berisi petunjuk tentang cara membuat
syair yang baik. Kitab itu ditulis oleh Empu Tan Akung;
• Kitab Smaradhahana, berupa kakawin yang digubah oleh
Empu Dharmaja. Kitap ini berisi pujian kepada raja sebagai
seorang titisan Dewa Kama. Kitab itu juga menyebutkan
bahwa nama ibu kota kerajaannya adalah Dahana;
• Kitab Lubdaka, ditulis oleh Empu Tan Akung. Kitab itu
berisi kisah Lubdaka sebagai seorang pemburu yang mestinya
masuk neraka. Karena pemujaannya yang istimewa, ia
ditolong dewa dan rohnya diangkat ke surga.
25. Kehidupan Sosial dan Budaya
Karya sastra lain yang ditulis pada zaman Kediri, antara lain
sebagai berikut:
• Kitab Kresnayana, karangan Empu Triguna yang berisi
riwayat Kresna sebagai anak nakal, tetapi dikasihi setiap orang
karena suka menolong dan sakti. Kresna akhirnya menikah
dengan Dewi Rukmini;
• Kitab Samanasantaka, karangan Empu Managuna yang
mengisahkan Bidadari Harini yang terkena kutuk Begawan
Trenawindu.
26. Kejayaan Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan ketika masa
pemerintahan Raja Jayabaya. Daerah kekuasaannya semakin
meluas yang berawal dari Jawa Tengah meluas hingga hampir
ke seluruh daerah Pulau Jawa. Selain itu, pengaruh Kerajaan
Kediri juga sampai masuk ke Pulau Sumatera yang dikuasai
Kerajaan Sriwijaya. Kejayaan pada saat itu semakin kuat
ketika terdapat catatan dari kronik Cina yang bernama Chou
Ku-fei pada tahun 1178 M berisi tentang Negeri paling kaya di
masa kerajaan Kediri pimpinan Raja Sri Jayabaya. Bukan
hanya daerah kekuasaannya saja yang besar, melainkan seni
sastra yang ada di Kediri cukup mendapat perhatian. Dengan
demikian, Kerajaan Kediri semakin disegani pada masa itu.
27. Runtuhnya Kerajaan Kediri
Pada masa pemerintahan Kertajaya, terjadi pertentangan dengan kaum
Brahmana. Mereka menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan
memaksa meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana
meminta perlindungan Ken Arok, akuwu Tumapel. Perseteruan memuncak
menjadi pertempuran di desa Ganter, pada tahun 1222 M. Dalam
pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya, pada masa itu
menandai berakhirnya kerajaan Kediri.
Setelah berhasil mengalahkan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit
kembali di bawah pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin
pasukan Singasari, Raden Wijaya, berhasil meloloskan diri ke Madura.
Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang memperbolehkan Raden
Wijaya untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat tinggalnya.
Pada tahun 1293, datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai
Khan untuk membalas dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini
dimanfaatkan Raden Wijaya untuk menyerang Jayakatwang. Ia
bekerjasama dengan tentara Mongol dan pasukan Madura di bawah
pimpinan Arya Wiraraja untuk menggempur Kediri. Dalam perang tersebut
pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan. Setelah itu tidak ada lagi berita
tentang Kerajaan Kediri.
28. Peninggalan Kerajaan Kediri
1. Candi Penataran
Candi ini dibangun saat masa
kepemerintahan Raja Srengga hingga
kepemerintahan Raja Wikramawardhana
atau sekitar abad ke 12 hingga 14 Masehi.
2. Candi Tondowongso
Candi ini dibangun pada abad ke 9, tepat
pada masa awal perpindahan pusat politik
dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Candi Penataran
29. 3. Candi Gurah
Letak candi Gurah berada persis 2 km dari situs candi
Tondowongso. Dari pondasinya, diketahui bahwa candi ini
berukuran 9 meter x 9 meter.
Candi Mirigambar
4. Candi Mirigambar
Dibangun pada tahun 1214 –
1310 Saka. Strukturnya terbuat
dari batu bata merah.
30. 5. Candi Tuban
Candi Tuban kini telah luluh lantah dan hanya tersisa
pondasinya saja. Candi yang berjarak 500 meter dari letak
Candi Mirigambar.
Prasasti Kamulan
6. Prasasti Kamulan
Dibangun pada tahun 1214 –
1310 Saka. Strukturnya
terbuwat dari batu bata merah.
31. 7. Prasasti Galunggung
Prasasti berdimensi 160x80x75 cm ini bertuliskan huruf Jawa
Kuno dengan total 20 baris, kendati begitu aksara yang
terpahat dalam prasasti ini sudah sangat sulit dibaca. Hanya
bagian tahunnya saja yang masih dapat diketahui, yaitu
bertuliskan tahun 1123 Saka.
8. Prasasti Jaring
Dibuat pada 19 November 1181. Berisi tentang
pengabulan keinginan penduduk dukuh Jaring
melalui senapatinya, Sarwajala. Keinginan tersebut
berupa suatu harapan yang belum diwujudkan raja
sebelumnya. Dalam prasasti Jaring, diketahui
bahwa para pejabat kediri memilki gelar atau
sebutan menggunakan nama hewan, seperti Lembu
Agra, Menjangan Puguh, dan Macan Kuning.
Prasasti Jaring
32. 9. Prasasti Panumbangan
Dibuat pada 2 Agustus 1120. Prasasti ini
dikeluarkan oleh Maharaja Bameswara. Isinya
adalah berupa penetapan desa Panumbang
menjadi sima swatantra (desa bebas pajak).
10. Prasasti Talan
Dibuat pada tahun 1058 Saka (1136 Masehi)
ini, berisi tentang penetapan masuknya Desa
Talan ke dalam wilayah Panumbang yang bebas
pajak. Prasasti ini dilengkapi dengan pahatan
Garudhamukalanca, pahatan berbentuk tubuh
manusia bersayap dengan kepala Garuda.
Prasasti Panumbangan
Prasasti Talan
33. 11. Prasasti Sirah Keting
Berisi tentang pemberian tanah dari Raja Jayawarsa pada
rakyat desa Sirah Keting karena jasa-jasanya terhadap kerajaan
Kediri.
12. Prasasti Kertosono
Berisi tentang masalah keagamaan. Prasasti ini berasal dari
masa kepemerintahan Raja Kameshwara.
13. Prasasti Ngantang
Berisi tentang pemberian tanah bebas pajak oleh Jayabaya
pada Desa Ngantang karena jasa-jasa rakyat Desa yang telah
mengabdi pada Kerajaan Kediri.
34. 14. Prasasti Padelegan
Berisi tentang mengenang bakti penduduk Desa Padelegan
pada Raja Kameshwara.
15. Prasasti Ceker
Berisi tentang anugerah dari raja pada penduduk Desa Ceker
yang telah mengabdi demi kemajuan Kediri.
16. Kitab Kakawin Bharatayudha
Kitab Kakawin Bharatayudha dikarang oleh Empu Sedah dan
Empu Panuluh. Isinya menceritakan kisah perjuangan raja
Jenggala, Jayabaya yang berhasil menaklukkan Panjalu. Kisah
perjuangan raja Jayabaya ini dianalogikan dengan kisah
peperangan antara Kurawa dan Pandawa dalam kisah
Mahabrata.
35. 17. Kitab Kresnayana
Kitab Kresnayana dikarang oleh Empu Triguna. Isinya
menceritakan riwayat hidup Kresna, seorang anak yang
memiliki kekuatan sangat luar biasa dan namun suka
menolong orang lain. Kresna sangat disukai orang-orang
diceritakan secara runut hingga ia menikah dengan Dewi
Rukmin.
18. Kitab Sumarasantaka
Kitab Sumarasantaka dikarang oleh Empu Monaguna. Isinya
menceritakan kisah kutukan Harini, seorang bidadari
khayangan yang telah melakukan kesalahan. Harini dikutuk
menjadi manusia. Ia tinggal di bumi untuk beberapa lama
hingga masa kutukannya selesai.
36. 19. Kitab Gatotkacasraya
Ktab Gatotkacasraya dikarang oleh Empu Panuluh. Isinya
menceritakan kisah kepahlawanan Gatotkaca yang berhasil
mempersatukan putra Arjuna, yakni Abimayu dengan Siti
Sundhari.
20. Kitab Smaradhana
Kitab smaradhana dikarang oleh Empu Dharmaja. Isinya
menceritakan kisah Dewa Kama dan Dewi Ratih, sepasang
suami istri yang hilang secara misterius karena terkena api
yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa.
37. 21. Kitab Wartasancaya
Karangan Empu Tan Akung yang berisi petunjuk tentang cara
membuat syair yang baik.
22. Kitab Lubdaka
Karangan Empu Tan Akung yang berisi kisah Lubdaka sebagai
seorang pemburu yang mestinya masuk neraka. Karena
pemujaannya yang istimewa, ia ditolong dewa dan rohnya
diangkat ke surga.
Beberapa peninggalan lain Kerajaan Kediri
• Prasasti Turun Hyang Prasasti Malenga (974 Saka/1052 M)
• Prasasti Banjaran (974 Saka/1052)
• Prasasti Hantang (1057 Saka/1135 M)
• Prasasti Lawudan (1127 Saka/ 1205).
39. Kerajaan Singasari
• Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan yang
pernah menancapkan tajinya dalam sejarah kerajaan di
indonesia. Kerajaan Singasari inididirikan oleh Ken Arok pada
tahun 1222. Kerajaan Singasari di nusantara ini berakhir
pada tahun 1292.
• Menurut sejarah Kerajaan Singasari ini berada di daerah
jawa Timur. Diperkirakan lokasi tepat nya Kerajaan Singasari
berada di daerah Singosari Malang. Kerajaan Singasari ini
termasuk Kerajaan hindu yang pernah ada di nusantara.
Awalnya Kerajaan Singasari adalah Kerajaan Tumapel yang
kemudian berubah menjadi Kerajaan Singasari karena nama
Singasari lebih terkenal di bandingkan dengan nama
Tumapel.
41. Nama-Nama Raja Singasari
1. Ken Arok [1222-1227]
2. Anusapati [1227-1248]
3. Tohjoyo [1248]
4. Ranggawuni [1248-1268]
5. Kertanegara [1268-1292]
42. Sistem pemerintahan kerajaan Singasari
Politik Dalam Negri
Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya
seperti Mahapatih Raganata digantikan oleh
Aragani dll.
Berbuat baik terhadap lawan-lawan politik nya
seperti mengangkat putra jayakatwang [Raja Kediri]
yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.
Memperkuat angkatan perang.
43. Politik Luar Negri
Menguasai kerajaan Melayu serta melemahkan
posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
Menguasai Bali [1284 M]
Menguasai jawa barat [1289 M]
Menguasai Malaka [ Pahang] dan Tanjung Pura
[Kalimantan]
44. Kehidupan budaya Kerajaan Singasari
Dalam bidang kebudayaan masyarakat Swingasari
sudah ahli dalam membuat candi dan patung. Candi
yang di bangun pada masa Singasari adalah Candi
Kidal candi Jagi dan Candi Singasari. Sementara itu
karya berupa patung antara lain patung Ken Dedes
sebagai perwujutan dari Dewi Prajnaparamita dan
patung Joko Dolok.
45. PENINGGALAN KERAJAAN SINGASARI
Candi Singosari
Peninggalan Kerajaan Singasari yang pertama adalah
sebuah candi yang terletak di Kec Singosari Malang Jawa Timur. Tepatnya
berada di lembah antara Gunung Arjuna dan gunung Tengger. Candi yang
dinamai Candi Singosari berdasarkan tulisan dalam prasasti Gadjha Mada
[1351]
46. Candi Jago
Candi Jago adalah Sebuah Candi peninggalan kerajaan Singosari yang
terletak di Kec Tumpang Malang Jawa Timur. Candi yang gterbuat dari batu
yang disusun menyerupai teras punden berundak undak ini di kenal punya
keunikan. Keunikan tersebut terletak pada pada bagian atas candi yang
terpenggal. Berdasarkan Mitos yang berkembang terpenggalnya atap candi
ini di sebabkan karena sembaran petir.
Berdasarkan pendapat para ahli Candi Jago didirikan pada masa
pemerintahan Kartanegara. Candi ini didirikan sebagai bentuk penghormatan
pada Raja Wisnuwardhana[ayah Kartanegara] yang meninggal di tahun [1268]
47. Candi Sumberawan
Candi Sumberawan adalah Sebuah candi berbentuk stupa yang terletak di
desa Toyomarto Kec Singosari Malang Jawa Timur. [berada 5 km dari Candi
Singosari] Pada masa dulu Candi ini sering di gunakan umat budha sebagai
tempat ibadah. Dibangun sekitar pada abad ke 14 M. Candi peninggalan
Sigosari ini berada di dekat sebuah telaga berair bening. Pemandangan sekitar
nya yang indah indah membuat Candi ini menjadi salah satu objek wisata
andalan Kabupaten Malang.
48. Candi Jawi
Peninggalan Kerajaan Singosari terletak di desa Candi Wates Kec
Prigen Pasuruan Jawa Timur. Candi yang berada tepat di kaki gunung
welirang ini pada masa lalu di kebal sebagai tempat penyimpanan abu.
Beberapa relief pahatan juga di gtemukan di dinding candi ini. Hanya
saja sebagian dari relief tersebut tak bisa lagi terbaca karena sudah
lapuk termakan usia.
49. Candi Kidal
Candi Kidal adalah Candi peninggalan kerajaan Singosari yang terletak
di Desa Rejokidal Kec Tumpang Malang Jawa Timur. Candi yag di
perkirakan di bangun pada pertengahan abad ke 13 M ini merupakan
wujud penghormatan untuk jasa besar Anusapati yang telah
memerintah selama 20 tahun lamanya [1227-1246]
50. Arca Drawapala
Drawapala adalah Sebuah patung Monster besar yang pada
masa lalu berfungsi sebagai petanda masuk atau patung
selamat datang saat hendak memasuki wilayah Kotaraja.
Hingga saat ini masih belum di ketahui secara pasti.
51. Prasasti Mulamalurung
Prasasti Mulamalurung adalah Sebuah prasasti yang berupa
lempengan lempengan tembaga peninggalan kerajaan kediri.
Tepat nya dari masa pemerintahan Kartanegara tahun 1255.
Prasasti ini terdiri dari 10 lempeng yang masing masing
menjelaskan perihal yang berbeda.
52. Prasasti Manjusri adalah Sebuah batu kuno yang di pahat pada bagian
belakang Arca Manjusri. Pada mulanya di temukan di sekitar reruntuhan
Candi Jago. Namun kini iya di pindahkan ke Museum Nasional Jakarta.
Prasati Manjusri menjelaskan tentang penghormatan pada keluarga
kerajaan dengan isi teks sebagai berikut:
Prasasti Manjusri
Dalam kerajaan yang dikuasai oleh ibu yang Mulia Rajapatni maka
Adityawarman itu yang berasal dari keluarganya yang berakal murni dan
bertindak selaku mentri wreddaraja telah mendirikan di pulau jawa di
dalam Jinalayapur sebuah candi yang ajaib dengan harapan agar dapat
membimbing ibunya ayahnya dan sahabatnya. Ke kenikmatan Nirwana.
53. Prasasti Singosari
Prasasti Singosari merupakan prasasti peninggalan
Kerajaan Singosari yang di temukan di Desa Singosari
Malang Jawa Timur. Prasasti yang ditulis dalam aksara Jawa
ini sekarang di simpan di museum Gajah. Maksud dari
pembuatan prasasti ini di duga sebagai peringatan
pembangunan sebuah Candi pemakaman [caitya]
54. Prasasti Wurare
Prasasti Wurare merupakan Prasasti yang di buat
untuk memperingati penobatan Arca Mahaksobhya di
sebuah tempat bernama Wurare.Batu pada Prasasti ini di
pahat kan pada sebuah arca yang melambagkan
penghormatan Raja Kartanegara.
56. Kerajaan Hindu - Budha
Berdiri : 1293 – 1500
Kejayaan : Hayam Wuruk (1350 – 1389)
Kekuasaan : Jawa, Sumatra, Semenanjung Melayu, Kalimantan, Indonesia
Timur
RAJA-RAJA MAJAPAHIT
1. R.WIJAYA (1293-1309)
1295 : Pemberontakan oleh Rangga Lawe (Bupati Tuban)
Penyebab : Ketidakpuasan thp pemerentahan Kertarajasa
Rangga Lawe dibunuh oleh Kebo Anabrang, Kebo Anab
rang dibunuh Lembu Sora.
Lembu Sora memberontak (1298-1300) dan gugur bersama
Jurudemung dan Gajah Biru.
57. 2. SRI JAYANEGARA (1309-1328)
Pemberontakan :
a. 1316 : Oleh Nambi
b. 1318 : Oleh Semi
c. 1319 : Oleh Kuti
d. 1328 : Raja Jayanegara dibunuh oleh Tanca, Tanca dibunuh oleh
Gajah Mada → Perintiwa PATANCA
3. TRIBHUWANATUNGGADEWI JAYAWISNUWARDHANI (1328–1350)
1331 : Pemberontakan Sadeng dan Keta di daerah Besuki
Dihancurkan oleh GAJAH MADA → Naik pangkat dari Patih
Daha → Mahapatih Majapahit → SUMPAH PALAPA (Gajah
Mada tidak akan makan palapa (hidup enak) sebelum berhasil
menyatukan Nusantara).
1334 : Bali ditaklukkan dg bantuan Laksamana Nala & Adityawarman.
Daerah lain yang dpt ditaklukkan :Sumatra, Semenanjung
Malaka, Kalimantan, Sulawesi, Nusa , Maluku, dan Irian
(Papua) bagian barat
Adityawarman memerintah hingga tahun 1375
58. 1372 : Tribhuwanatunggadewi meninggal dan didharmakan di
Panggih dengan nama Pantarapurwa.
4. RAJA HAYAM WURUK (1350 – 1389)
Perang Bubat : Perang antara Gajah Mada dengan Raja dan kaum
bangsawan Sunda, dalam rangka merebutkan kerajaan Sunda.
5. RAJA WIKRAMAWARDHANA (1389-1429)
1401 : Perang PAREGREG (pertikaian keluarga) antara Bhre
Wirabhumi dan Raja Wikramawardhana. Pasukan Bhre
Wirabhumi terbunuh oleh Raden Gajah
6. RAJA SUHITA (1429 – 1447)
1433 : Gajah Mada meninggal
7. Raja Majapahit Lainnya :
Dyah Kertawijaya (1447 – 1451)
↓
Bhre Pamotan (Sri Rajawardhana) “SANG SINAGARA” (1451-1453)
59. 1453-1456 : Tdk mempunyai raja
1456-1466 : Kerajaan dipimpin Bhre Wengker dg gelar
Girindrawardhana.
KEBUDAYAAN KERAJAAN MAJAPAHIT :
Setiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) → Ritual Agama,
ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke
istana untuk membayar upeti atau pajak
66. KERAJAAN BULELENG
• Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di
Bali utara yang didirikan sekitar pertengahan
abad ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada
tahun 1849. Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti
Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Kepakisan
dengan cara menyatukan seluruh wilayah
wilayah Bali Utara yang sebelumnya dikenal
dengan nama Den Bukit. Setelah kemerdekaan
Republik Indonesia, Kerajaan Buleleng
berstatus sebagai Daerah Tingkat II Buleleng.
68. SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN BULELENG
A. Shri Kesari Warmadewa (882M - 914M)
• Raja dinasti Warmadewa pertama di Bali adalah Shri Kesari
Warmadewa [ yang bermakna Yang Mulia Pelindung
Kerajaan Singha] yang dikenal juga dengan Dalem
Selonding, datang ke Bali pada akhir abad ke-9 atau awal
abad ke-10, beliau berasal dari Sriwijaya(Sumatra) dimana
sebelumnya pendahulu beliau dari Sriwijaya telah
menaklukkan Tarumanegara( tahun 686) dan Kerajaan
Kalingga di pesisir utara Jawa Tengah/Semarang sekarang.
Persaingan dua kerajaan antara Mataram dengan raja yang
berwangsa Sanjaya dan kerajaan Sriwijaya dengan raja
berwangsa Syailendra( dinasti Warmadewa) terus berlanjut
sampai ke Bali.
69. B. Shri Ugrasena (915M - 942M)
• Setelah pemerintahan Sri Kesari Warmadewa berakhir,
tersebutlah seorang raja bernama Sri Ugrasena memerintah di
Bali. Walaupun Baginda raja tidak memepergunakan gelar
Warmadewa sebagai gelar keturunan, dapatlah dipastikan,
bahwa baginda adalah putra Sri Kesari Warmadewa. Hal itu
tersebut di dalam prasasti-prasasti (aantara lain Prasasti
Srokadan) yang dibuat pada waktu beliau memerintah yakni
dari tahun 915 s/d 942, dengan pusat pemerintahan masih
tetap di Singha-Mandawa yang terletak di sekitar desa
Besakih. Prasasti-Prasasti itu kini disimpan di Desa Babahan,
Sembiran, Pengotan, Batunya (dekat Danau Beratan), Dausa,
Serai (Kintamani), dan Desa Gobleg.
70. C. Shri Tabanendra Warmadewa (943M - 961M)
• Baginda raja Sri Tabanendra Warmadewa yang berkuasa
di Bali adalah raja yang ke tiga dari keturunan Sri Kesari
Warmadewa. Baginda adalah putra Sri Ugrasena, yang
mewarisi kerajaan Singhamandawa. Istri Baginda berasal
dari Jawa, adalah seorang putri dari Baginda Raja Mpu
Sendok yang menguasai Jawa Timur. Di dalam prasasti
yang kini tersimpan di Desa Manikliyu (Kintamani), selain
menyebut nama Baginda Sri Tabanendra Warmadewa,
dicantumkan pula nama Baginda Putri. Beliau
memerintah dari tahun 943 s/d 961.
71. Kehidupan budaya kerajaan buleleng
• Penduduk biasa menulisi daun lontar. Bila ada
orang meninggal, mayatnya dihiasi dengan
emas dan kedalam mulutnya dimasukkan
sepotong emas, serta diberi bau bauan yang
harum. Kemudian mayat itu dibakar.
72. PENINGGALAN KERAJAAN BULELENG
1. Prasasti Blanjong
• Prasasti Blanjong (atau Belanjong) adalah sebuah prasasti yang memuat
sejarah tertulis tertua tentang Pulau Bali. Pada prasasti ini disebutkan kata
Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti ini
bertarikh 835 çaka (913 M), dan dikeluarkan oleh seorang raja Bali yang
bernama Sri Kesari Warmadewa.Prasasti Blanjong ditemukan di dekat
banjar Blanjong, desa Sanur Kauh, di daerah Sanur, Denpasar, Bali. Prasasti
ini unik karena bertuliskan dua macam huruf; yaitu huruf Pra-Nagari
dengan menggunakan bahasa Bali Kuno, dan huruf Kawi dengan
menggunakan bahasa Sanskerta.
73. 2. Pura Tirta Empul
Sejarah pura tersebut yang terletak di daerah Tampaksiring Bali dibangun
pada tahun 967 M (Tahun Caka : 889) oleh raja Sri Candrabhaya Warmadewa.
Pura atau Tempat suci ini, digunakan beliau untuk melakukan hidup
sederhana, lepas dari keterikatan dunia materi, melakukan tapa, brata, yoga,
semadi, dengan spirit alam sekitarnya. Di halaman pura suci tersebut ada
palinggih utama bebaturan “tanpa atap” yang disebut palinggih Tapasana,
hanya ditumbuhi padang ilalang tumbuh di atasnya.
74. 3. Pura Penegil Dharma
Pura Penegil Dharma | sejarah pendirian pura ini dimulai
pada 915 Masehi yang keberadaan pura ini berkaitan dengan
sejarah panjang Ugrasena, salah seorang anggota keluarga
Raja Mataram I dan kedatangan Maha Rsi Markandeya di Bali.
76. Sejarah Kerajaan Tulang Bawang
Tulang Bawang digambarkan merupakan salah satu kerajaan
tertua di Indonesia, disamping kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai, dan
Tarumanegara. Meskipun belum banyak catatan sejarah yang
mengungkapkan keberadaan kerajaan ini, namun catatan Cina kuno
menyebutkan pada pertengahan abad ke-4 seorang pejiarah Agama
Budha yang bernama Fa-Hien, pernah singgah di sebuah kerajaan
yang makmur dan berjaya, To-Lang P’o-Hwang (Tulang Bawang) di
pedalaman Chrqse (pulau emas Sumatera). Sampai saat ini belum ada
yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli
sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di
hulu Way Tulang Bawang
77. Ketika Islam mulai masuk ke bumi Nusantara sekitar abad ke-
15, Menggala dan alur sungai Tulang Bawang yang kembali marak
dengan aneka komoditi, mulai kembali di kenal Eropa. Menggala
dengan komoditi andalannya Lada Hitam, menawarkan harga yang jauh
lebih murah dibandingkan dengan komoditi sejenis yang didapat VOC
dari Bandar Banten. Perdagangan yang terus berkembang,
menyebabkan denyut nadi Sungai Tulang Bawang semakin kencang,
dan pada masa itu kota Menggala dijadikan dermaga “BOOM“,
tempat bersandarnya kapal-kapal dari berbagai pelosok Nusantara,
termasuk Singapura.
78. Sistem Pemerintahan Kerajaan Tulang
Bawang
• Pemerintahan adat mulai ditata sedemikian rupa, sehingga
terbentuk Pemerintahan Marga yang dipimpin oleh Kepala
Marga (Kebuayan). Wilayah Tulang Bawang sendiri dibagi
dalam 3 kebuayan, yaitu Buay Bulan, Buay Tegamoan dan
Buay Umpu (tahun 1914, menyusul dibentuk Buay Aji).
• Sistem Pemerintahan Marga tidak berjalan lama, dan pada
tahun 1864 sesuai dengan Keputusan Kesiden Lampung No.
362/12 tanggal 31 Mei 1864, dibentuk sistem
Pemerintahan Pesirah. Sejak itu pembangunan berbagai
fasilitas untuk kepentingan kolonial Belanda mulai
dilakukan termasukdi Kabupaten Tulang Bawang.
81. Kerajaan Kota Kapur
Kerajaan kota kapur adalah kerajaan di mana sejarah
terbentukya kerajaan sriwijaya atau lebih tepatnnya bibit dari
kerajaan sriwijaya yang sudah berada di pulau Bangka dengan
bukti bukti seperti arca durga mahisasramardhani. Kerajaan
Kota Kapur jika dilihat dari hasil temuan dan penelitian tim
arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur, tepatnya di Pulau
Bangka, yaitu pada tahun 1994, terdapat suatu petunjung
mengenai kemungkinan adanya sebuah pusat kekuasaan di
daerah tersebut bahkan sejak masa sebelum kemunculan
Kerajaan Sriwijaya.
82. Letak Kerajaan Kota Kapur
Letak geografis kerajaan kota kapur terletak di Desa
Kota Kapur Kecamatan Mendo, Kabupaten Bangka,
Provinsi Bangka Belitung. Situs ini terletak di pinggir
Sungai Mendo yang bermuara di selat Bangka.
84. Raja yang memimpin Kerajaan Kota Kapur
Raja yang memipin di kerajaan kota kapur masih belum
di ketahui secara pasti bahkan di situs prasasti kota
kapur tidak di jelaskan mengenai raja yang memimpin
kerajaan kota kapur.
85. Kehidupan Sosial
Aspek kehidupan sosial masyarakat Kota Kapur sampai
saat ini masih diteliti dan dikaji, sehingga belum ada
keterangan tentang kehidupan sosial masyarakat Kota
Kapur.
86. Kehidupan Ekonomi
Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini agaknya
berkaitan dengan peranan Selat Bangsa sebagai pintu
gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga di Asia
Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya Pulau
Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka
berakhirlah kekuasaan awal yang ada di Pulau Bangka.
87. Kehidupan Agama
Di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah
inskripsi batu dari Kerajaan Sriwijaya yang berangka
tahun 608 Saka (686 Masehi), telah ditemukan pula
peninggalan - peninggalan lain yaitu di antaranya
sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga
Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan
arkeologi tersebut nampaknya kekuasaan di Pulau
Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa,
seperti halnya di Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
88. Kehidupan Politik
Selain Situs Kota Kapur terdapat temuan lain yaitu peninggalan
berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah
tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah, masing-masing
panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan ketinggian
sekitar 2–3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini
menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Benteng
pertahanan tersebut yang telah dibangun sekitar pertengahan abad
ke-6 tersebut agaknya telah berperan pula dalam menghadapi
ekspansi Sriwijaya ke Pulau Bangka menjelang akhir abad ke-7.
Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai dengan
dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota Kapur yang
berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya
mengidentifikasikan dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya.
89. Penyebab runtuhnya Kerajaan Kota Kapur
Kerajaan Kota Kapur mengalami keruntuhan akibat
terjadinya perbedaan keyakinan didalam istana sehinga
membuat keluarga kerajaan terpecah menjadi dua
bagian yang berbeda pendapat.
90. Peninggalan
1. Arca
Temuan arkeologi berupa sisa-sisa dari sebuah
bangunan candi Hindu (Waisnawa) yang terbuat
dari batu lengkap dengan arca-arca batu, di
antaranya yaitu dua buah arca mirip dengan gaya
arca-arca Wisnu. Ditemukan di daerah Lembah
Mekhing, Semenanjung Malaka, dan Cibuaya, Jawa
Barat, yang berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan
ke-7 masehi.
91. 2.BENTENG PERTAHANAN
Peninggalan berupa benteng
pertahanan yang kokoh berbentuk
dua buah tanggul sejajar terbuat
dari tumbuhan tanah, masing-
masing panjangnya sekitar 350
meter dan 1200 meter dengan
ketinggian sekitar 2-3 meter.
Peninggalan dari tanggul benteng
ini menunjukan masa antara tahun
530 M sampai 870 M.
92. 3. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur merupakan prasasti berupa tiang
batu bersurat yang ditulis menggunakan huruf pallawa
dalam bahasa Melayu Kuno. Prasasti-prasasti kota kapur
ini menunjukan pengaruh Kerajaan Sriwijaya atas pulau
Bangka kala itu, diperkirakan antara abad ke-6 Masehi
dan abad ke-7 Masehi. Prasasti itu dibuat masa
pemerintahan Dapunta Hyang Sri Jayanegara,
merupakan raja pertama kerajaan Sriwijaya.
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu yang berbentuk
tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi 177 cm, lebar 32
cm pada bagian dasar, dan 19 cm.
93. Prasasti Kota Kapur jika diterjemahkan berisi sebagai berikut “Seorang pembesar yang
gagah berani, Kandra Kayet, di medan pertempuran. Ia bergumul dengan Tandrun Luah
dan berhasil membunuh Tandrun Luah. Tandrun Luah mati terbunuh di medan
pertempuran. Tetapi, bagaimana nasib Kayet yang membunuh itu? Juga Kayet berhasi
ditumpas. Ingatlah akan kemenangan itu!
Kamu sekalian dewata yang berkuasa dan sedang berkumpul menjaga Kerajaan
Sriwijaya! Dan kau, Tandrun Luah, dan para dewata yang disebut pada pembukaan
seluruh persumpahan ini! Jika pada saat manapun di seluruh wilayah kerajaan ini ada
orang yang berkhianat, bersekutu dengan pengkhianat, menegur pengkhianat atau ditegur
oleh pengkhianat, sepaham dengan pengkhianat, tidak mau tunduk dan tidak mau
berbakti, tidak setia kepadaku dan kepada mereka yang kuserahi kekuasaan datu, orang
yang berbuat demikian itu akan termakan sumpah. Kepada mereka, akan segera dikirim
tentara atas perintah Sriwijaya. Mereka sesanak keluarganya akan ditumpas! Dan
semuanya yang berbuat jahat, menipu orang, membuat sakit, membuat gila, mlakukan
tenung, menggunakan bisa, racun, tuba, serambat, pekasih, pelet dan yang serupa itu,
mudah-mudahan tidak berhasil. Dosa perbuatan yang jahat untuk merusak batu ini
hendaklah segera terbunuh oleh sumpah, segera dipukul. Mereka yang membahayakan,
yang mendurhaka, yang tidak setia kepadaku dan kepada yang kuserahi kekuasan datu,
mereka yang berbuat demikian itu, mudah-mudahan dibunuh oleh sumpah ini.
Tetapi kebalikannya, mereka yang berbakti kepadaku dan kepada mereka yang kuserahi
kekuasaan datu, hendaknya diberkati segala perbuatannya dan sanak keluarganya,
berbahagia, sehat, sepi bencana dan berlimpah rezeki segenap penduduk dusunnya.”