Bagaimana Drone Emprit mengamati dinamika misinformasi di Indonesia?
• Apa yang menyebabkan klarifikasi hoaks lebih rendah beredar ketimbang hoaksnya?
• Apa yang perlu dilakukan oleh ekosistem cekfakta untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas diseminasinya?
Mengukur dan Meningkatkan Dampak Cek Fakta di Indonesia
1. MENGUKUR DAN
MENINGKATKAN DAMPAK
CEK FAKTA DI
INDONESIA
Ismail Fahmi, Ph.D.
Direktur Media Kernels Indonesia (Drone Emprit)
Dosen Universitas Islam Indonesia
Wakil Ketua Komisi Infokom MUI Pusat
INDONESIA FACT-CHECKING SUMMIT
20 DESEMBER 2021
2. AGENDA
•Bagaimana Drone Emprit mengamati dinamika
misinformasi di Indonesia?
•Apa yang menyebabkan klarifikasi hoaks lebih
rendah beredar ketimbang hoaksnya?
•Apa yang perlu dilakukan oleh ekosistem
cekfakta untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas diseminasinya?
2
3. DINAMIKA MISINFORMASI DI INDONESIA
3
(1) Salah satu narasi dari Teori Konspirasi (2) Context collapse: Narasi (misal ‘depopulasi’)
dengan konteks lokal
(3) Polarized & hyperconnected social network
sebagai medium penyebaran yang paling efektif
5. KLARIFIKASI HOAKS: MEDIA CEK FAKTA KALAH
DI BANDING TOP INFLUENCERS CLUSTER
5
Top Influencers
Top Influencers
Hoaks Chips dalam Vaksin
6. HOAKS MUDAH MENYEBAR DI “HIGHLY
CONNECTED AND POLARIZED NETWORK”
6
MIT researchers built a theoretical model
to study how news spreads on a Twitter-
like social network and found that when a
network is highly connected or when
the views of its members are sharply
polarized, false news will spread wider
than news that is seen as more credible.
Contoh highly connected network:
WhatsApp Group, FB Group, Telegram
channel, cluster user di Twitter, dll.
Warganet hanya menyebarkan konten
yang dianggap menarik, sesuai dengan
pandangannya, dan bisa
mempengaruhi orang lain.
https://news.mit.edu/2021/systems-false-news-
social-media-1215
7. MEDIA CEK FAKTA: INFORMATION ARBITRAGE
Dalam kontestasi politik (misal pilpres), media cek fakta akan dishare kedua kubu, jika narasinya cocok
dengan perspektifnya, dan bisa mempengaruhi pihak lain.
SNA Debat Pilpres 2019
Kubu 02
Kubu 01
Media Cek Fakta
8. PETA “MENTION” @TURNBACKHOAX
8
Akun @TurnBackHoax ”dimention” dalam 1 bulan terakhir di Twitter.
Mengingat banyak disinformasi, mustinya jumlah mention akan lebih
banyak, sebagai bentuk laporan netizen kepada akun ini.
Contoh netizen yang belum
memanfatkan @TurnBackHoax
untuk cek fakta
SNA “Mention” @TurnBackHoax
9. KESIMPULAN
• Klarifikasi hoaks oleh media cek fakta yang netral dan berbasis fakta, sulit
untuk beredar dalam cluster warganet yang sangat terpolarisasi dan
hyperconnected, karena:
• Narasinya sering tidak sesuai dengan persepktif dari anggota cluster
tersebut,
• Tidak ada, atau sulit menemukan agent (warganet) anggota cluster
yang ingin dan berani mempengaruhi anggota lain seuai persepktif cek
fakta.
• Media cek fakta akan banyak dishare jika kebetulan narasinya sesuai
dengan perspektif sebuah cluster untuk mempengaruhi cluster lain,
terutama ini terjadi dalam konteks kontestasi politik.
9
10. SARAN
• Membangun ketahanan warga terhadap hoaks (digital literacy) tentu merupakan prioritas utama;
namun saat ini perjalanan masih panjang. Pada saat yang sama, fungsi dan peran media cek
fakta harus terus ditingkatkan.
• Untuk meningkatkan jangkauan diseminasi klarifikasi hoaks, ekosistem Cek Fakta di setiap
platform media sosial perlu:
• Membangun “top of mind” publik bahwa mereka bisa “bertanya” dengan mudah kepada
Cek Fakta ”apakah ini hoaks”? Tujuannya untuk klarifikasi dan membangun kesadaran
“saring” sebelum “sharing” dengan cara yang mudah dan menyenangkan.
• Untuk itu diperlukan akun media sosial di setiap platform yang dikelola secara efektif dan
responsif untuk menjadi tempat bertanya netizen apakah sebuah postingan hoaks atau
bukan. Misal, saat ini sudah ada akun @TurnBackHoax di Twitter.
• Perlu campaign agar publik semakin luas yang mengetahui layanan “bertanya” tersebut dan
memanfaatkannya.
• Post, Reply, atau Quote RT? Agar klarifikasi hoaks bisa masuk ke dalam cluster manapun, maka
sebaiknya response diberikan dalam bentuk “Reply” atas postingan yang ditanyakan sebagai
hoaks atau bukan.
10
11. SARAN “REPACKAGING”
• Agar warga atau netizen dalam sebuah cluster yang sangat terpolarisasi
dan hyperconnected tidak enggan membagi klarifikasi hoaks, Cek Fakta
perlu bekerjasama dengan institusi, komunitas, atau ormas dalam
melakukan “repackaging” klarifikasi hoaks.
• Repackaging diperlukan agar pesan dan format klarifikasi sesuai dengan
karakteristik cluster tersebut, sehingga mudah diterima di setiap platform.
• Misal untuk cluster umat Islam, dalam kerjasama dengan MUI, NU,
Muhammadiyah, dll bisa dibuat format klarifikasi yang menyertakan logo
Cek Fakta dan institusi tersebut; dan mudah dishare misal di platform
WhatsApp.
• Agar kerjasama ini berhasil, diperlukan adanya workflow atau SOP yang
jelas dan mudah diimplementasikan, sehingga semua pihak tahu apa yang
harus dilakukan dan oleh siapa.
11