Pelaksana PP INH di tingkat fasyankes antara lain:- Dokter Spesialis Penyakit Dalam/Paru- Dokter Umum- Perawat- Petugas Laboratorium- Petugas Farmasi- Petugas Administrasi- Petugas DOTS- Petugas Layanan Sosial
Similar to Pelaksana PP INH di tingkat fasyankes antara lain:- Dokter Spesialis Penyakit Dalam/Paru- Dokter Umum- Perawat- Petugas Laboratorium- Petugas Farmasi- Petugas Administrasi- Petugas DOTS- Petugas Layanan Sosial
Similar to Pelaksana PP INH di tingkat fasyankes antara lain:- Dokter Spesialis Penyakit Dalam/Paru- Dokter Umum- Perawat- Petugas Laboratorium- Petugas Farmasi- Petugas Administrasi- Petugas DOTS- Petugas Layanan Sosial (20)
Pelaksana PP INH di tingkat fasyankes antara lain:- Dokter Spesialis Penyakit Dalam/Paru- Dokter Umum- Perawat- Petugas Laboratorium- Petugas Farmasi- Petugas Administrasi- Petugas DOTS- Petugas Layanan Sosial
1. 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ........................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 2
1.2 Tujuan......................................................................................................................... 3
1.3 Sasaran....................................................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup............................................................................................................ 3
BAB II TUGAS DAN FUNGSI PELAKSANA IPT/PP INH........................................... 4
2.1 Persiapan Pelaksanaan IPT/PP INH ........................................................................... 4
2.2 Pelaksana IPT............................................................................................................. 4
2.3 Tugas dan Fungsi Pelaksana IPT................................................................................ 5
BAB III TATALAKSANA IPT....................................................................................... 8
3.1 Prinsip pengobatan pencegahan dengan Isoniazid ..................................................... 8
3.2 . Skrining gejala dan tanda TB..................................................................................... 8
3.3. Penilaian Kriteria pemberian IPT pada ODHA............................................................ 8
3.4 Algoritma IPT .............................................................................................................. 9
3.5 Paduan Pengobatan.................................................................................................. 10
3.6 Pemantauan Pengobatan.......................................................................................... 10
3.7 Penanganan Efek Samping....................................................................................... 10
3.8 Hasil akhir pengobatan.............................................................................................. 11
3.9 Tatalaksana pada kasus lost to follow up .................................................................. 11
3.9.1 Pelacakan Pasien Mangkir ................................................................................. 12
3.10 Manajemen Logistik ................................................................................................ 13
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI .................................................................. 14
4.1. Formulir Pencatatan dan Pelaporan ........................................................................ 14
4.2. Waktu Pelaporan..................................................................................................... 14
4.3. Variabel dan Definisi Operasional Pelaksanaan Pemberian Profilaksis INH pada
ODHA ............................................................................................................................. 15
4.4. Bimbingan teknis dan supervisi ................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16
2. Halaman 1
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
ART Antiretroviral Therapy = terapi antiretroviral
ARV Obat Antiretroviral
BTA
BPPM
Basil Tahan Asam
Bina Pelayanan Penunjang Medik
DOTS Directly Observed TreatmentShortcourse
Fasyankes Fasilitas Pelayanan Kesehatan
HAART Highly Active Antiretroviral Therapy (ART)
HIV Human Immunodeficiency Virus = virus penyebab AIDS
IDU Injecting Drug User (pengguna NAPZA suntik)
IMS Infeksi Menular Seksual
IO Infeksi Oportunistik
IPT Isoniazid Preventive Therapy(Pengobatan Pencegahan dengan INH)
JEMM Joint External Monitoring Mission TB
KDS Kelompok Dukungan Sebaya
KTS Konseling dan Tes HIV Sukarela
KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KGB Kelenjar Getah Bening
Kepatuhan merupakan terjemahan adherence yaitu kepatuhan dan kesinambungan
berobat yang melibatkan peran pasien, dokter atau petugas kesehatan,
pendamping dan ketersediaan obat
Lapas Lembaga Pemasyarakatan
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
LJSS Layanan Jarum Suntik Steril
OAT Obat Anti Tuberkulosis
ODHA Orang Dengan HIV AIDS
PPK Pengobatan Pencegahan dengan Kotrimoksasol
PDP Perawatan Dukungan dan Pengobatan
PMO Pengawasan Minum Obat
RS Rumah Sakit
Rutan
Sarkes
Rumah Tahanan
Sarana Kesehatan
SDK
SGOT
Sumber Daya Kesehatan
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SOP Standar Operational Procedure
SGPT Serum Glutamic Pyruvate Transaminase
TB Tuberkulosis
VCT Voluntary Counseling and Testing (tes HIV secara sukarela disertai dengan
konseling)
WHO World Health Organization
3. Halaman 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia termasuk negara dengan beban tinggi Tuberkulosis (TB), dengan
insidensi 187/100.000 penduduk dan prevalensi 281/100.000 penduduk pada tahun
2011 [1]. Koinfeksi TB sering terjadi pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). Orang
dengan HIV mempunyai kemungkinan sekitar 30 kali lebih berisiko untuk sakit TB
dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi HIV. Lebih dari 25% kematian pada
ODHA disebabkan oleh TB. Di tahun 2012, sekitar 320,000 orang meninggal karena
HIV terkait dengan TB [2]. Sebagai respons terdapatnya epidemi ganda HIV dan TB,
World Health Organization (WHO) merekomendasikan 12 aktivitas kolaborasi TB/HIV
yang salah satu diantaranya adalah profilaksis dengan Isoniazid (INH preventive
therapy/IPT) [3].
Pemberian ARV akan mengurangi insiden TB pada ODHA karena efek
proteksinya terhadap TB. Meta analisis yang dilakukan Lawn, dkk tahun 2010 pada
beberapa penelitian kohort di negara maju dan negara dengan sumber daya terbatas
menunjukkan ART dapat mengurangi insiden TB sebanyak 67% (IK 95% 61-73)[4]. Hal
yang sama juga dilaporkan pada review sistematik dan meta analisis yang dilakukan
oleh Suthar, dkk tahun 2012 yaitu mempunyai efek proteksi 65% (IK 95% 0,56-0,72),
tergantung dari jumlah CD4nya [5]. ODHA dalam terapi ARV tetap mempunyai risiko
lebih tinggi terkena TB dibandingkan dengan populasi non HIV. Berdasarkan penelitian
oleh Gupta, dkk menunjukkan bahkan pada ODHA CD4 > 700 sel/ul kejadian TB 4,4
kali lebih tinggi [6].
Isoniazid preventive therapy (IPT)/ Pengobatan Pencegahan Dengan INH (PP
INH) merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang penting untuk
pencegahan TB pada orang dengan HIV, dan telah direkomendasikan di dalam Policy
Statement on Preventive Therapy against TB in PLHIV, sejak 1998 oleh WHO dan the
Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS). Meskipun demikian,
implementasinya belum dilaksanakan secara meluas. Hambatan utama adalah
kekhawatiran akan sulitnya menyingkirkan diagnosis TB, kurangnya akses terhadap
INH dan kekhawatiran akan terjadinya resistensi INH.
Beberapa pertemuan internasional seperti WHO 3Is meeting [7] dan From
Mekong to Bali: The Scale up of TB-HIV Collaboration Activities [8], sudah dilakukan
untuk memperbarui kebijakan ini, hingga pada tahun 2011 WHO mengeluarkan
Guidelines for Intensified TB Case-Finding and IPT for PLHIV in Resource Constrained
Settings.
Berdasarkan hasil 12 uji klinis acak yang digunakan di dalam the Cochrane
review , pada ODHA obat profilaksis TB menurunkan risiko menjadi TB aktif sebesar
32% (IK 95% 0,15-0,46), dan bagi mereka yang TST positif, risiko menurun hingga 62%
(IK 95% 0,43-0,75) [9]. Pada penelitian yang dilakukan di Brazil oleh Golub, dkk,
diketahui bahwa insiden TB dengan pengobatan pencegahan dengan INH (PP INH)
pada ODHA dengan ART sebesar 0,8 per 100 pasien per tahun. Ini lebih rendah
dibandingkan dengan hanya pemberian ARV sebesar 1,9 per 100 pasien per tahun
[10]. Pada penelitian RCT oleh Rangaka MX di Afrika Selatan diketahui bahwa insiden
TB dengan pengobatan pencegahan dengan INH (PP INH) pada ODHA dengan ART
4. Halaman 3
sebesar 2,3 per 100 pasien per tahun dibandingkan tanpa PP INH sebesar 3,6 per 100
pasien per tahun [11].
Penggunaan bersama INH dan ARV pada pasien HIV berasosiasi secara
signifikan dalam menurunkan insiden TB. Dengan perluasan akses ART penggunaan
PP INH pada ODHA akan meningkatkan kontrol TB di negara dengan beban TB tinggi.
Menindaklanjuti rekomendasi WHO mengenai pemberian PP INH pada ODHA tersebut
maka Kementerian Kesehatan Republik Indonesia cq. Direktorat PPML telah
melakukan uji pendahuluan PP INH di 4 Rumah Sakit di 2 Provinsi ( RS
Ciptomangunkusumo, RS Persahabatan, RS Hasan Sadikin, RS Dr.H.Marzoeki Mahdi)
yang selanjutnya akan dikembangkan secara bertahap di Rumah Sakit lainnya di
Indonesia.
B. Tujuan
Sebagai panduan teknis bagi pelaksana IPT/PP INH, melengkapi buku Petunjuk
Teknis Tata Laksana Klinis Ko-Infeksi TB-HIV dan buku Pedoman Nasional Tatalaksana
Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa.
C. Sasaran
Sasaran Petunjuk Teknis IPT/PP INH ditujukan kepada pelaksana kegiatan
kolaborasi TB-HIV baik yang ada di fasyankes, dinas kesehatan dan institusi terkait
lainnya.
D. Ruang Lingkup
Buku Petunjuk Teknis IPT/PP INH ini membahas mengenai aspek manajemen
dan teknis pelaksanaan IPT/PP INH. Ruang lingkup pembahasan meliputi manajemen
pelaksanaan, tugas dan fungsi pelaksana, serta monitoring dan evaluasi.
5. Halaman 4
BAB II TUGAS DAN FUNGSI PELAKSANA PENGOBATAN
PENCEGAHAN DENGAN INH PADA ODHA
A. Persiapan Pelaksanaan PP INH
Kriteria Rumah Sakit yang dapat melaksanakan kegiatan PP INH adalah :
1. Rumah sakit rujukan ARV yang memiliki layanan testing, konseling HIV dan PDP
2. Memiliki komitmen yang baik
3. Sudah menjalankan kolaborasi TB-HIV
4. Memiliki layanan/jejaring DOTS
5. Memiliki fasilitas/jejaring Rapid Test
B. Pelaksana PP INH
1. Pusat: Subdit AIDS dan PMS, Subdit TB, Subdit Mikrobiologi dan Imunologi (BPPM
dan Sarkes), Direktorat Bina Upaya Kesehatan (BUK) rujukan, dan institusi terkait
lainnya
2. Provinsi: Dinas Kesehatan Bidang PL dan PP/PMKes, Bidang Yankes dan Bidang
SDK (sumber daya kesehatan
3. Kabupaten/Kota: Dinas Kesehatan/Suku Dinas Kesehatan dan instansi terkait
lainnya
4. Fasilitas pelayanan kesehatan: Dokter, perawat dan petugas pencatatan dan
pelaporan di layanan HIV dan Unit DOTS, petugas laboratorium, konselor HIV,
petugas farmasi
6. Halaman 5
C. Tugas dan Fungsi Pelaksana PP INH
No. Instansi Tugas & Fungsi
1. Pusat Melakukan perencanaan terkait perluasan kegiatan PP INH
dan ketersediaan logistik
Memobilisasi sumber daya dan dana serta peningkatan
kapasitas
Memonitor dan mengevaluasi kegiatan sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan
2. Provinsi Menyusun rencana kerja
Melakukan perencanaan untuk kebutuhan logistik
Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait
kegiatan PP INH
Melakukan analisis kebutuhan dan peningkatan kapasitas
SDM
Memonitor dan mengevaluasi kegiatan sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan
3. Kabupaten/
Kota
Menyusun rencana kerja
Melakukan perencanaan untuk kebutuhan logistik
Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait
kegiatan PP INH
Melakukan analisis kebutuhan dan peningkatan kapasitas
SDM
Menindaklanjuti pasien yang mangkir
Memonitor dan mengevaluasi kegiatan sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan
4. Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
A. Layanan HIV
Dokter
1. Melakukan penilaian kriteria dan menentukan keputusan
klinis pemberian PP INH
2. Memberikan informasi mengenai manfaat dan efek samping
yang mungkin timbul pada pemberian PP INH
3. Meresepkan INH dan vitamin B6
4. Melakukan pemantauan secara rutin baik selama pemberian
maupun setelah pemberian profilaksis dengan INH
5. Memberikan penatalaksanaan jika terjadi efek samping pada
pemberian profilaksis dengan INH
6. Melakukan rujukan jika diperlukan
Konselor
1. Memberikan informasi mengenai PP INH
2. Menilai kesiapan pasien untuk ikut serta dalam pengobatan
pencegahan INH.
3. Memberikan konseling kepatuhan sebelum dan selama
pemberian profilaksis dengan INH
4. Melibatkan keluarga pasien dalam menjamin kepatuhan
minum obat
Perawat
1. Memberikan informasi mengenai PP INH
2. Melakukan skrining TB pada ODHA dengan menggunakan
formulir skrining TB dan penilaian kriteria pemberian PP
INH
7. Halaman 6
No. Instansi Tugas & Fungsi
3. Mencatat dan melengkapi formulir Ikhtisar Keperawatan,
Kartu Pasien, register ART dan pra ART
4. Membuat laporan bulanan Perawatan HIV dan ART
(bekerjsama dengan petugas RR bila di layanan terdapat
petugas RR), dan mengirimkan ke Dinas Kesehatan
Kab/Kota
5. Mencatat waktu kunjungan pada kartu pasien dan
menjadwalkan waktu kunjungan berikutnya.
6. Menilai kepatuhan pasien
7. Membantu Dokter di layanan HIV dalam hal melakukan
pemantauan secara rutin pada ODHA yang diberikan PP
INH baik selama pemberian maupun setelah pemberian PP
INH.
8. Membantu melacak keberadaan pasien bila ada pasien
yang mangkir setelah mendapat informasi dari petugas
farmasi
Farmasi
1. Memastikan ketersediaan obat INH dan B6 dalam bentuk
paket perorang
2. Menyiapkan dan membagikan INH dan B6
3. Mengidentifikasi pasien mangkir
4. Membuat laporan jumlah penerimaan dan pemakaian obat
per bulan
5. Menghitung dan menjamin ketersediaan buffer stock untuk 3
bulan kedepan.
B. Layanan TB
Dokter
1. Menerima rujukan pasien yang di diagnosis TB baik selama
pemberian maupun setelah PP INH (selama masa
pemantauan) dan melakukan penatalaksanaan TB.
2. Merujuk kembali pasien yang sudah mendapat pengobatan
TB ke layanan HIV untuk mendapatkan profilaksis sekunder
C. Laboratorium RS
Petugas laboratorium
1.Memberikan edukasi cara mengeluarkan dahak yang benar
2.Mengambil dahak pada ODHA untuk pemeriksaan
mikroskopis BTA berdasarkan permintaan petugas
kesehatan.
3.Memastikan bahwa dahak yang diterima memenuhi syarat
untuk diperiksa.
4.Melakukan pemeriksaan mikroskopois BTA
5.Mencatat hasil pemeriksaan dahak (TB04) dan Mengirimkan
hasil pemeriksaan permintaan dahak (TB05)
8. Halaman 7
No. Instansi Tugas & Fungsi
Laboratorium Rujukan GeneXpert ( Bila tersedia )
Pelaksana pada tingkat laboratorium rujukan GeneXpert
adalah petugas laboratorium yang sudah terlatih.
Tugas pokok dan fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Menerima dan melakukan pemeriksaan spesimen dahak
pagi hari dari Fasyankes dilengkapi dengan TB 05
GeneXpert.
2. Mengisi hasil pemeriksaan pada formulir TB 05 GeneXpert
(bagian bawah) dan merekap hasil pemeriksaan pada
formulir TB 04 GeneXpert.
3. Mengirimkan kembali hasil pemeriksaan (formulir TB 05
GeneXpert) ke Fasyankes yang merujuk.
9. Halaman 8
BAB III TATALAKSANA PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN
INH PADA ODHA
A. Prinsip pengobatan pencegahan dengan Isoniazid
Pengobatan pencegahan dengan isoniazid (IPT/PP INH) merupakan salah satu
intervensi kesehatan masyarakat yang penting untuk mencegah ODHA menderita sakit
TB. Tujuan pemberian PP INH adalah untuk menurunkan beban TB pada ODHA dengan
sasaran para ODHA baik baru maupun sudah lama yang berkunjung ke fasyankes yang
memiliki layanan HIV dan tidak memiliki kontraindikasi dalam pemberian PP INH
B. Skrining gejala dan tanda TB
Skrining gejala dan tanda TB di antara ODHA bertujuan untuk menentukan
apakah seorang ODHA mempunyai gejala dan tanda TB. Skrining ini dilakukan karena
TB merupakan salah satu penyakit penyerta yang terbanyak pada ODHA.
Untuk memudahkan, pelaksanaan skrining TB harus dilakukan dengan
menggunakan alat skrining yang sederhana terhadap tanda dan gejala TB yaitu :
(Formulir Skrining TB pada ODHA dan Penilaian Kriteria Pemberian PP INH).
Pertanyaan yang terdapat pada formulir tersebut meliputi :
1. Apakah ada batuk?
2. Apakah ada demam?
3. Apakah ada berkeringat malam tanpa aktivitas?
4. Apakah terjadi penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas?
5. Apakah ada gejala TB ekstraparu?
Pada ODHA yang mempunyai gejala dan tanda TB maka dilanjutkan dengan
penegakkan diagnosis dan pengobatan TB sesuai dengan Pedoman Nasional TB.
Tetapi jika pada ODHA tidak ditemukan gejala dan tanda TB, dilanjutkan dengan
penilaian kriteria pemberian PP INH
C. Penilaian Kriteria pemberian PP INH pada ODHA
Kriteria pemberian IPT adalah :
1. Tidak sakit TB
2. Tidak ada kontraindikasi yaitu :
Gangguan fungsi hati (SGOT/SGPT >3x batas atas normal/ikterus),
Neuropati perifer berat (mengganggu aktivitas),
Riwayat alergi INH,
Ketergantungan terhadap alkohol,
Riwayat resisten INH
ODHA dengan riwayat diagnosa resisten INH (monoresisten/poliresisten/TB
MDR)
11. Halaman 10
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Pasien akan diberikan informasi mengenai keuntungan dan risiko pemberian
profilaksis dengan INH serta edukasi mengenai efek samping.
- Pasien harus diberikan konseling mengenai kepatuhan dalam hal minum INH melalui
pendekatan 5M (mengkaji, Menyarankan, menyetujui , membantu, merencanakan).
E. Paduan Pengobatan
Isoniazid dosis 300 mg akan diberikan setiap hari selama 6 bulan (total 180
dosis). Vitamin B6 diberikan untuk mengurangi efek samping INH akan diberikan dengan
dosis 25mg perhari atau 50mg selang sehari atau 2 hari sekali.
F. Pemantauan Pengobatan
Pemantauan PP INH ini dilakukan baik selama dan setelah pemberian PP INH.
Tujuan pemantauan selama pengobatan adalah untuk memastikan agar pasien
meminum obat secara teratur dan mengetahui efek samping secara dini. Pemantauan
dilakukan setiap kunjungan selama 6 bulan pengobatan
.Menurut WHO efek proteksi dari pemberian PP INH bertahan sampai dengan 5
tahun, sehingga pemberian PP INH ulang dapat dilakukan setelah 5 tahun.
Hal-hal yang perlu dipantau selama pemberian PP INH adalah:
- Gejala/keluhan yang mengarah pada sakit TB seperti batuk, demam, keringat malam
dan berat badan menurun.
- Efek samping INH:
Gatal – gatal, ruam
Gejala neuropati perifer antara lain baal dan kesemutan
Gejala hepatotoksik antara lain berupa mual dan muntah
- Pemeriksaan fisik: berat badan, suhu tubuh, tanda ikterus dan pembesaran kelenjar
getah bening.
- Kepatuhan pasien dalam minum INH melalui pendekatan 5M ( menilai,
menyarankan, menyetujui, menyepakati, dan merencanakan).
Selama pemantauan bila ditemukan gejala seperti di atas maka perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan. Hal-hal yang perlu dipantau sesudah pemberian PP INH adalah:
- Gejala/keluhan yang mengarah pada sakit TB seperti batuk, demam, keringat malam
dan berat badan menurun.
- Pemeriksaan fisik: berat badan, suhu tubuh, tanda ikterus dan pembesaran kelenjar
getah bening.
G. Penanganan Efek Samping
Efek Samping Penanganan
Gatal, kemerahan kulit *lihat penatalaksanaan di bawah
Mual, muntah, tidak nafsu
makan,
INH diminum malam sebelum tidur
Ikterus tanpa penyebab lain . Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang
Baal, kesemutan Tambahkan dosis vitamin B6 sampai dengan 100mg
12. Halaman 11
*Penatalaksanaan pasien dengan efek samping “gatal dan kemerahan kulit”:
Jika seorang pasien dalam PP INH mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan dulu
kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-histamin,sambil meneruskan PP INH
dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien hilang, namun
pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit. Bila keadaan seperti ini,
hentikan PP INH.Tunggu sampai kemerahan kulit tersebut hilang. Jika gejala efek
samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk.
H. Hasil akhir pengobatan
1. Pengobatan lengkap
Pasien yang telah menyelesaikan PP INH selama 6 bulan atau total 180 dosis
2. Lost to follow up ( putus berobat)
Putus obat adalah pasien yang tidak minum obat INH selama 1 bulan secara
berturut turut atau lebih.
3. Gagal selama pemberian PP INH
Pasien yang selama waktu pemberian PP INH menjadi sakit TB, dibuktikan dengan
hasil pemeriksaan sputum BTA positif atau geneXpert positif atau foto toraks
menunjukkan gambaran TB.
4. Gagal setelah pemberian PP INH
Pasien yang setelah pemberian lengkap PP INH menjadi sakit TB, dibuktikan dengan
hasil pemeriksaan sputum BTA positif atau geneXpert positif atau foto toraks
menunjukkan gambaran TB dalam masa pemantauan 3 tahun.
5. Pindah
Pasien yang pindah dan melanjutkan pengobatan ke fasilitas pelayanan lain selama
6 bulan masa pemberian PP INH.
6. Meninggal
Pasien yang meninggal sebelum menyelesaikan paduan PP INH selama 6 bulan
atau 180 dosis dengan sebab apapun.
7. Efek samping berat
Pasien yang tidak dapat melanjutkan PP INH karena mengalami efek samping berat.
I. Tatalaksana pada kasus lost to follow up
Pada pasien yang memiliki masalah kepatuhan (tidak minum obat lebih dari 1
bulan berturut-turut), berikan edukasi dan konseling kepatuhan. Penilaian ulang
terhadap tanda dan gejala TB dilakukan pada semua pasien. Sambil menunggu hasil
penilaian ulang, pemberian PP INH tetap diteruskan jika mangkir kurang dari 1 bulan,
sedangkan untuk pasien yang mangkir lebih dari 1 bulan pemberian PP INH diulang dari
awal.
13. Halaman 12
Lama putus
berobat
Tindakan
< 1 bulan Lakukan skrining gejala TB.
Bila ada gejala, rujuk untuk menegakkan diagnosis TB; kalau tidak
ada TB aktif lanjutkan pengobatan sampai dosis lengkap (total 180
dosis)
> 1 bulan Lakukan skrining gejala TB :
Bila ada gejala, rujuk untuk menegakkan diagnosis TB; kalau tidak
ada TB aktif, mulai PP INH dari awal.
J. Pelacakan Pasien Mangkir
Pasien mangkir adalah: pasien yang tidak datang maksimal 2 hari dari jadwal
kunjungan untuk pemantauan. Langkah-langkah yang harus dilakukan jika pasien
mangkir:
1. Tim pelaksana di RS menghubungi pasien atau PMO melalui telepon
2. Jika pasien atau PMO tidak dapat dihubungi melalui telepon, tim pelaksana datang
mengunjungi ke rumah pasien tersebut.
3. Tanyakan alasan pasien mangkir dan bantu pasien untuk menghadapi masalah yang
terkait dengan alasan mangkirnya.
4. Lakukan skrining gejala TB. Bila tidak ada gejala lanjutkan PP INH sampai dosis
lengkap (180 dosis). Bila ada gejala TB, lakukan penegakan diagnosis sesuai alur.
5. Lakukan konseling adherence ulang
Setelah selesai pemberian PP INH, manfaat proteksi dapat dipantau setiap tahun
selama 3 tahun. Namun pada setiap kunjungan pasien tetap dilakukan pengkajian status
TB. PP INH harus diulang setelah 3 tahun.
14. Halaman 13
K. Manajemen Logistik
Manajemen logistik adalah serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, monitoring dan evaluasi dalam
menjamin ketersediaan logistik baik dalam jumlah maupun kualitas untuk mendukung
operasional program.
Penyediaan logistik untuk kebutuhan pelayanan TB-HIV secara umum dijelaskan
dalam buku Manajemen Pelaksanaan Kolaborasi TB-HIV di Indonesia, sedangkan logistik
untuk kegiatan PP INH seperti berikut ini. Jenis logistik khusus yang dipersiapkan meliputi :
1. Isoniazid tablet 300 mg
2. Vitamin B6 50 mg
Dalam kegiatan kolaborasi TB-HIV, pengelolaan logistik TB mengacu pada
pedoman pengelolaan logistik Program TB demikian pula untuk pengelolaan logistik
HIV/AIDS mengacu pada buku manajemen Program Pengendalian HIV/AIDS Supply Chain
Management (SCM).
15. Halaman 14
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI
Bab ini menjelaskan tentang formulir pencatatan dan pelaporan, waktu pelaporan,
indikator, bimbingan teknis dan supervisi untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan.
A. Formulir Pencatatan dan Pelaporan
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemberian profilaksis dengan INH dapat
dilakukan dengan menganalisis hasil pencatatan atau pelaporan. Sistem pencatatan dan
pelaporan dibuat sesuai mekanisme yang dijalankan oleh program HIV yang
dilaksanakan oleh Subdit AIDS/PMS Kementerian Kesehatan.
Data tersebut akan didapat melalui formulir:
1. Pencatatan:
a) Formulir skrining gejala dan tanda TB, serta penilaian pemberian PP INH
b) Formulir Ikhtisar perawatan
c) Kartu pasien
d) Register Pra ART dan ART
2. Pelaporan : Laporan bulanan Perawatan HIV dan ART
Formulir pencatatan dan pelaporan serta petunjuk pengisian dijelaskan dalam
lampiran 1.
B. Waktu Pelaporan
Pelaporan dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan pemberian PP INH di
Fasyankes ditutup setiap tanggal 25 setiap bulannya dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tanggal 30 setiap bulannya. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan ke Pusat (Direktur PPML tembusan ke Subdit
AIDS dan Subdit TB dan Direktorat BUK rujukan) paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya (gambar 2).
Gambar 2. Alur dan waktu pelaporan
16. Halaman 15
C. Variabel dan Definisi Operasional Pelaksanaan Pemberian PP INH pada ODHA
Indikator 1
Proporsi ODHA yang mendapatkan INH diantara jumlah ODHA yang memenuhi syarat
PP INH
Formula : Jumlah ODHA yang mendapatkan PP INH / Jumlah ODHA yang memenuhi
syarat PP INH
Sumber data: Laporan bulanan
Indikator 2
Prosentase ODHA baru yang memulai pemberian PP INH (Laporan Tahunan GARPR)1
Formula : Jumlah ODHA (anak dan dewasa) yang baru masuk Perawatan HIV dan
memulai PP INH / Jumlah ODHA (anak dan dewasa) yang baru masuk
Perawatan HIV
Sumber data : Laporan bulanan
D. Bimbingan teknis dan supervisi
Bimbingan teknis dan supervisi dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kab/kota dan Provinsi
bersama dengan tim ahli klinis yang ditunjuk untuk memastikan fasyankes melakukan
kegiatan sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan. Dalam kegiatan ini, ruang lingkup
pembahasan meliputi tatalaksana pemberian PP INH sampai dengan pencatatan dan
pelaporan, dan sekaligus memberikan masukan untuk peningkatan mutu pelaksanaan.
Kegiatan ini dapat dilakukan bersamaan dengan bimbingan teknis TB-HIV, dan akan
dilakukan dengan bantuan daftar tilik.
1
Global AIDS Response Progress Reporting (GARPR) yang dilaporkan setiap tahun oleh Kementerian Kesehatan melalui
Subdit AIDS/PMS di bawah kordinasi UNAIDS
17. Halaman 16
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO Global TB Report 2013. http://www.who.int/tb/en/.
2. WHO Factsheet No. 14, Updated Okt 2013
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/ (di akses tanggal 18 Desember
2013)
3. WHO Policy on Collaborative TB/HIV Activities, Guideline for national programmes and
other stakeholders, 2012
4. Lawn SD,Wood R, DeCock KM, Kranzer K, LewisJJ, Churchyard G J.Antiretrovirals and
isoniazid preventive ther- apy in the prevention of HIV-associated tuberculosis in settings
with limited health-care resources. Lancet Infect Dis 2010; 10: 489–498.
5. Suthar AB, Lawn SD, del Amo J, Getahun H, Dye C, et al. (2012) Antiretroviral Therapy
for Prevention of Tuberculosis in Adults with HIV: A Systematic Review and Meta-
Analysis. PLoS Med 9(7): e1001270.
6. Gupta A, Wood R, Kaplan R, Bekker L-G, Lawn SD (2012) Tuberculosis Incidence Rates
during 8 Years of Follow-Up of an Antiretroviral Treatment Cohort in South Africa:
Comparison with Rates in the Community. PLoS ONE 7(3): e34156.
7. WHO Three I’s for HIV/TB Meeting Report. Intensified case-finding (ICF), isoniazid
preventive therapy (IPT) and TBinfection control (IC) for people living with HIV. Geneva,
Switzerland, World Health Organization, 2008.
8. WHO. From Mekong to Bali: The scale-up of TB/HIV collaborative activities in Asia
Pacific: 8-9 August, 2009, Bali, Indonesia
9. Akolo C, Adetifa I, Shepperd S, Volmink J. Treatment of latent tuberculosis infection in
HIV infected persons. Cochrane Database of Systematic Reviews2010, Issue 1.
10. Golub JE; Saraceni V; Cavalcante SC; Pacheco AG; Moulton LH; King BS, et al. The
impact of antiretroviral therapy and isoniazid preventive therapy on tuberculosis incidence
in HIV-infected patients in Rio de Janeiro, Brazil. AIDS2007, 21:1441–1448
11. M.X. Rangaka, A. Boulle, R.J. Wilkinson, G. van Cutsem, E. Goemaere, R. Goliath, R.
Titus, S. Mathee, G. Maartens. Randomized controlled trial of isoniazid preventive
therapy in HIV-infected persons on antiretroviral therapy. Oral Presentation on
International AIDS Conference 2012.
http://pag.aids2012.org/Abstracts.aspx?AID=21471.
PETUNJUK TEKNIS
PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN
ISONIAZID UNTUK ODHA
DI INDONESIA
2014
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
SUBDIT TB DAN SUBDIT AIDS
27/01/2014