SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 15
MAKALAH
PENCEMARAN UDARA
“Kualitas Udara Akibat Kebakaran Hutan di Riau”
OLEH:
KELOMPOK 6
1. ANNISA DWINTA 1210941009
2. RANDA ANUGERAH 1210942015
3. DEAN EKA PUTRI 1210942021
4. MIRA SRI MAGHDALENA 1210942031
5. YUNITA MAHARANI 1210942041
DOSEN:
VERA SURTIA BACHTIAR, Ph.D
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera.
Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir
Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok
besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan)
yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan ini
dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau
adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi,
Bengkalis, Bangkinang dan Rengat.
Luas wilayah provinsi Riau adalah 87.023,66 km², yang membentang dari lereng Bukit
Barisan hingga Selat Malaka. Riau memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan
berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun, serta rata-rata hujan per tahun sekitar 160
hari.
Provinsi ini memiliki sumber daya alam, baik kekayaan yang terkandung di perut bumi,
berupa minyak bumi dan gas, serta emas, maupun hasil hutan dan perkebunannya. Seiring
dengan diberlakukannya otonomi daerah, secara bertahap mulai diterapkan sistem bagi hasil
atau perimbangan keuangan antara pusat dengan daerah. Aturan baru ini memberi batasan
tegas mengenai kewajiban penanam modal, pemanfaatan sumber daya, dan bagi hasil dengan
lingkungan sekitar.
1.2 Rumusan Masalah
a. Penyebab terjadinya kebakaran hutan di Riau?
b. Bagaimana kualitas udara yang terjadi akibat pembakaran hutan tersebut?
1.3 Tujuan
a. Untuk mendapatkan kualitas udara akibat kebakaran hutan di Riau
b. Untuk mengetahui dampak dari kebakaran hutan tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Riau
1.1. Lokasi
Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera.
Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir
Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok
besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan)
yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan ini
dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau
adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi,
Bengkalis, Bangkinang dan Rengat.
Riau saat ini merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya
didominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas alam, karet, kelapa sawit dan
perkebunan serat. Tetapi, penebangan hutan yang merajalela telah mengurangi luas hutan
secara signifikan, dari 78% pada 1982 menjadi hanya 33% pada 2005.[6]
Rata-rata 160,000
hektar hutan habis ditebang setiap tahun, meninggalkan 22%, atau 2,45 juta hektar pada tahun
2009.[7]
Deforestasi dengan tujuan pembukaan kebun-kebun kelapa sawit dan produksi kertas
telah menyebabkan kabut asap yang sangat mengganggu di provinsi ini selama bertahun-
tahun, dan menjalar ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Gambar 1. Propinsi Riau di Indonesia
1.2. Penduduk
Jumlah penduduk provinsi Riau berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Riau tahun
2010 sebesar 5.543.031 jiwa. Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak
adalah Kota Pekanbaru dengan jumlah penduduk 903.902 jiwa, sedangkan Kabupaten/Kota
dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten Kepulauan Meranti yakni sebesar
176.371 jiwa.
Suku Bangsa
Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Mereka terdiri dari Jawa
(25,05%), Minangkabau (11,26%), Batak (7,31%), Banjar (3,78%), Tionghoa (3,72%), dan
Bugis (2,27%). Suku Melayu merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi 37,74% dari
seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai,
Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan Inderagiri
Hilir. Namun begitu, ada juga masyarakat asli bersuku rumpun Minangkabau terutama yang
berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, dan sebagian Inderagiri Hulu.
Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada
sebagai Minangkabau ataupun Batak.
Abad ke-19, masyarakat Banjar dari Kalimantan Selatan dan Bugis dari Sulawesi Selatan,
juga mulai berdatangan ke Riau. Mereka banyak bermukim di Kabupaten Indragiri Hilir
khususnya Tembilahan. Di bukanya perusahaan pertambangan minyak Caltex pada tahun
1940-an di Rumbai, Pekanbaru, mendorong orang-orang dari seluruh Nusantara untuk
mengadu nasib di Riau.
Suku Jawa dan Sunda pada umumnya banyak berada pada kawasan transmigran. Sementara
etnis Minangkabau umumnya menjadi pedagang dan banyak bermukim pada kawasan
perkotaan seperti Pekanbaru, Bangkinang, Duri, dan Dumai. Begitu juga orang Tionghoa
pada umumnya sama dengan etnis Minangkabau yaitu menjadi pedagang dan bermukim
khususnya di Pekanbaru, serta banyak juga terdapat pada kawasan pesisir timur seperti di
Bagansiapiapi, Selatpanjang, Pulau Rupat dan Bengkalis.
Selain itu di provinsi ini masih terdapat sekumpulan masyarakat asli yang tinggal di
pedalaman dan pinggir sungai, seperti Orang Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, dan
Suku Laut.
Gambar 2. Kantor Gubernur Riau
1.3. Keadaan Alam Riau
Daerah Riau daratan sebagian besar terdiri dari hutan-hutan, hutan primer dan hutan sekunder
dan tidak kurang pula di sana-sini terdapat rawa-rawa, bencah-bencah, tasik-tasik, danau-
danau, serta pantainya yang landai. Pada umunya Riau daratan ini merupakan tanah rendah
dan bukit-bukit yang terdapat dekat perbatasan dengan daerah Sumatera Barat dan Tapanuli,
yaitu kaki Bukit Barisan. Daerah yang tertinggi 1.019 meter dari permukaan laut.
Sementara daerah Riau kepulauan terdiri dari gugusan-gugusan pulau-pulau dekat perairan
Malaysia dan menjorok masuk ke Laut Cina Selatan dan dekat dengan pantai Kalimantan
Barat dengan jumlah 513 pulau. Gugusan pulau-pulau itu adalah: Gugusan pulau-pulau
Bintan, Gugusan pulau-pulau Lingga, Gugusan pulau-pulau Serasan, Gugusan pulau-pulau
Tambelan, Gugusan pulau-pulau Tujuh, Gugusan pulau-pulau Bunguran, Gugusan pulau-
pulau Natuna, Gugusan pulau-pulau Karimun.
1.3.2. Iklim
Iklim yang yang menyelimuti Riau adalah tropis dengann temperatur terendah 23 derajat
Celcius dan tertinggi 30 derajat Celcius. Kelembaban udaranya sekitar 88 derajat, sedangkan
curah hujannya rata-rata 2.000 milimeter per tahun.
Seperti daerah tropis lainnya, masyarakat Kepulauan Riau juga mengenal musim kemarau
dan penghujan. Selain musim yang umumnya dikenal oleh masyarkat tropis, mereka juga
mengenal adanya musim yang didasarkan pada arah angin.
Pada saat-saat angin bertiup dari arah uta, maka pada saat itu disebut sebagai musim utara.
Ketika angin bertiup dari arah selatan, maka pada saat itu disebut musim selatan. Kemudian,
pada saat angin bertiup dari arah timur, maka pada saat itu disebut musim timur. Begitu pun
dengan angin barat.
Istilah tambahan musim di Riau menandakan bahwa kebudayaan masyarakat Riau adalah
Maritim atau kelautan. Sejarah pun mencatat bahwa selat Malaka adalah daerah strategis
perdagangan Internasional. Bahkan pernah menjadi salah satu pusat kerjaan Melayu, yakni
Kerajaan Melayu Riau-Lingga.
1.4. Jenis Vegetasi
Riau mendukung keberadaan beragam jenis hutan dikarenakan kondisi geologinya yang
kompleks, jenis cuaca, cakupan lahan dan ketinggiannya pada permukaan bumi. Kandungan
tanah di Riau pada umumnya berisi bebatuan pra tersier yang berupa metamor dengan
sendimen yang terbatas. Jenis tanahnya pada umunya terdiri atas: organosol dan clay, humik,
podsol, podsolik, lotosol, dan latosol yang mengandung granit.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kerusakan Hutan
Hutan menurut fungsinya dibagi menjadi hutan lindung, hutan suaka alam, hutan produksi
terbatas dan hutan produksi konversi. Hutan mempunyai peranan yang penting bagi stabilitas
keadaan susunan tanah dan isinya sehingga selain memanfaatkan harus diperhatikan pula
kelestariannya.
Luas hutan berdasarkan Laporan Dinas Kehutanan Provinsi Riau adalah 8,6 juta hektar. Bila
dirinci menurut fungsinya seluas 228.793,82 hektar (2,66 persen) merupakan hutan lindung,
kemudian 1.605.762,78 hektar (18,67 persen) adalah hutan produksi tetap, 1.815.949,74
hektar (21,12 persen) adalah hutan produksi terbatas dan 531.852,65 hektar (6,19 persen)
adalah hutan suaka alam dan seluas 4.277.964,39 hektar (49,75) merupakan hutan produksi
konversi.
Luas lahan kritis dalam kawasan hutan berdasarkan tata guna hutan di Provinsi Riau pada
tahun 2012 tercatat seluas 1,2 juta hektar dengan lokasi terluas ada di Kabupaten Indragiri
Hilir 229.319,24 hektar atau 19,18 persen diikuti Kabupaten Kampar seluas 181.291,18
hektar atau 15,16 persen dan Kabupaten Rokan Hilir seluas 143.983,50 hektar atau 12,04
persen.
Setiap tahun terjadi kebakaran hutan dan lahan. Kejadian ini sudah menjadi issu penting dan
merupakan sebuah rutinitas yang menghabiskan APBN dan APBD yang cukup besar
jumlahnya untuk pemadaman kebakaran. Belum lagi kalau dihitung dampak kesehatan
terhadap jutaan masyarakat yang terkena dampak dari asap yang ditimbulkan.
Pembangunan kehutanan pada hakekatnya mencakup semua upaya memanfaatkan dan
memantapkan fungsi sumber daya alam hutan dan sumber daya alam hayati lain serta
ekosistemnya, baik sebagai pelindung dan penyangga kehidupan dan pelestarian
keanekaragaman hayati maupun sebagai sumber daya pembangunan. Namun dalam
realitanya tiga fungsi utamanya sudah hilang, yaitu fungsi ekonomi jangka panjang, fungsi
lindung, dan estetika sebagai dampak kebijakan pemerintah yang lalu.
Hilangnya ketiga fungsi diatas mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis yang diakibatkan
oleh pengusahaan hutan yang mengabaikan aspek kelestarian. Efek selanjutnya adalah
semakin menurunnya produksi kayu hutan non HPH, sementara upaya reboisasi dan
penghijauan belum optimal dilaksanakan. Masalah lain yang sangat merugikan tidak saja
provinsi Riau pada khususnya tapi Indonesia pada umumnya, adalah masalah ilegal logging
yang menyebabkan berkurangnya kawasan hutan serta masalah pengerukan pasir secara liar.
Sampai Saat ini penanggulangan kebakaran hutan sebatas upaya pemadaman api pada saat
kebakaran terjadi. Sedangkan perencanaan menyeluruh belum dilakukan bahkan dalam
konfrensi pers yang dilakukan wakil gubernur riau yang juga menjabat sebagai ketua
pusdalkarhutha (Pusat pengendalian kebakaran hutan dan lahan) baru baru ini tidak
menggambarkan perencanaan yang utuh dalam penaggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Penyebab Kebakaran hutan, antara lain:
• Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
• Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa
mematikan api di perkemahan.
• Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung
berapi.
• Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka
lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
• Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
Fakta Kebakaran Hutan dan lahan di Provinsi Riau.
Berdasarkan pantauan satelit Modis (Terra dan Aqua) Periode September 2000 sampai Juli
2008 di wilayah Provinsi Riau Dijumpai 57972 titik api yang terdistribusi ke dalam 12
kabupaten/ kota. Kejadian ini hampir setiap tahun berulang ditempat yang sama terutama
pada kawasan bergambut.
Gambar 5. Distribusi Titik Api
Titik api tersebar pada dua tipe tanah, yaitu tanah mineral dan tanah gambut. Dari 57027 titik
api yang ditemukan 17259 titik api ditemukan pada tanah mineral atau 30,24% sedangkan
39813 atau 69,76% lainnya dijumpai pada tanah bergambut dengan kedalaman bervariasi.
Lihat gambar 1 dan tabel 1.
Gambar 6. Perbandingan Jumlah Titik Api pada Tanah Gambut dan Tanah Mineral
Penyebab Kebakaran Lahan Gambut
Pengelolaan lahan gambut pada umumnya dilakukan dengan cara membuat kanal sebagai
upaya pengeringan lahan tersebut untuk ditanami tanaman pertanain, perkebunan maupun
kehutanan. Akibat dari pembuatan kanal ini maka akan terjadi penurunan muka air pada
kawasan gambut. Pada musim kemarau terjadi kekeringan pada permukaan gambut,
sedangkan gambut dengan kadar air rendah akan sifatnya sangat mudah terbakar karena
mempunya kandungan karbon yang cukup tinggi.
Gambar 7. Perusahaan yang Terdeteksi Memiliki Titik Api
3.2 Hubungan Kebakaran Hutan Dengan Kesehatan Lingkungan
Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Riau, sangat berdampak terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan. Hal ini disebabkan karena adanya zat-zat pencemar yang dihasilkan
dari kebakaran hutan itu sendiri seperti partikulat dan gas. Adapun partikulat dan gas yang
ditemukan antara lain:
1. PM 10
Particulate Matter 10 (PM10) merupakan salah satu pencemaran berbentuk partikulat.
PM10 adalah material yang terdispersi di udara, baik berbentuk padat maupun cair
yang berukuran diameter kecil dari 10 µm. PM10 terdiri atas partikel halus berukuran
kecil dari 2,5 µm dan sebahagian partikel kasar berukuran 2,5 sampai 10 µm.
2. CO
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa, titik didih -192º C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon,
sering terjadi pada mesin pembakaran dalam.
3. Oksida Nitrogen (NO2)
Nitrogen oksida (NO2) adalah senyawa gas yang terdapat di udara bebas (atmosfir)
yang sebagian besar terdiri atas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta
berbagai jenis oksida dalam jumlah yang lebih sedikit. Gas NO yang mencemari
udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak bewarna dan tidak berbau.
Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat
menyengat dan warnanya merah kecoklatan.
4. Oksida Sulfur
Merupakan polutan utama di udara adalah sulfur dioksida (SO2), adalah gas tidak
berwarna dengan bau yang kuat. Sulfur dioksida dapat bereaksi di atmosfer
membentuk sulfur trioksida (SO3). Sulfur trioksida dapat bereaksi dengan air
menghasilkan asam sulfat (H2SO4).
5. Ozon
Ozon termasuk kedalam pencemar sekunder yang terbentuk di atmosfer dari reaksi
fotokimia NOx dan HC. Ozon bersifat oksidator kuat, karena itu pencemaran oleh
ozon troposferik dapat menyebabkan dampak yang merugikan bagi kesehatan
manusia.
POLUTAN SUMBER DAMPAK
PM 10 Kabut asap, transportasi,
pembakaran batu bata, debu tanah,
kendaraan, pembakaran zat
organik, sea spray.
menurunkan fungsi paru-paru pada
anak-anak
memperparah kondisi penderita
bronchitis
batuk, nafas pendek, penyakit paru-
paru, penyakit hati
CO Pembakaran tidak lengkap terhadap
karbon atau komponen yang
mengandung karbon
transportasi, pembakaran bahan
bakar minyak, industry
aktivitas vulkanik, pancaran listrik
dari kilat, emisi gas alami
Mengganggu proses oksigenesi
didalam tubuh
Sakit kepala, mual, pusing, nafas tak
teratur, suhu badan turun, shok,
peredaran darah tepi tidak lancar dan
bisa terjadi odema paru
NO2 pembakaran bahan bakar industri,
bangunan pembangkit listrik,
kompor gas, perapian, kebakaran
hutan, tanah pertanian yang
dipupuk berlebihan
timbulnya bintik-bintik pada
permukaan daun, menyebabkan
nekrosis atau kerusakan pada jaringan
daun
timbulnya Peroxy Acetil Nitrates
yang menyebabkan iritasi pada mata
menyebabkan kesulitan bernafas
menurunkan visibilitas
SO2 Pembakaran batubara pada
pembangkit listrik
proses peleburan logam
Hujan asam
kerusakan permanent pada paru-paru
gangguan pernapasan
Menimbulkan iritasi glukosa yang
dapat menimbulkan arimitis, bronpitis
Ozon (O3) Reaksi fotokimia
Emisi gas buang berupa NOx
Gangguan keseimbangan otot mata,
gangguan penglihatan, gangguan
adaptasi ruang gelap, mulut kering,
perubahan pada alat pengecap,
gangguan kosentrasi berpikir, nyeri
dada, lemah kaki dan tangan, susah
tidur dan batuk.
Penyakit paru-paru dan tumor paru
Kualitas udara pada provinsi Riau bahkan kawasan lain saat ini sangat memprihatinkan.
Kabut asap tebal dijumpai dimana-mana. Banyak dari masyarakat yang telah terjangkit
penyakit khususnya penyakit ISPA. Dampak lain yang ditimbulkan dari kebakaran ini antara
lain:
1. Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997
menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer
(sumber majala Nature 2002). Sebagai perbandingan total emisi karbon dioksida di
seluruh dunia pada tahun tersebut adalah 6 miliar ton.
2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap
atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies
endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di
saat musim kemarau.
4. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan
lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.
5. Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang
mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.
6. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini
dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan
baku dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.
7. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan
kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut
dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita
TBC/asma.
8. Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan
masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang
terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk
dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini mengganggu
kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap
juga terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang.
Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena
jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi
kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang.
3.3 Penanganan Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan yang melanda Provinsi Riau yang membawa dampak buruk bagi kehidupan
masyarakat. Kebakaran hutan yang terjadi tidak hanya berdampak pada provinsi itu saja,
melainkan bagi daerah lain maupun Negara lain.
Penanganan yang diberikan oleh pihak pemerintah antara lain:
1. Memberikan masker gratis kepada masyarakat
2. Memberikan penanganan medis kepada masyarakat yang terkena penyakit
3. Menindak tegas pelaku kejahatan yang diberikan hukuman yang setimpal
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau
Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di
sepanjang pesisir Selat Melaka. Provinsi ini memiliki sumber daya alam, baik
kekayaan yang terkandung di perut bumi, berupa minyak bumi dan gas, serta emas,
maupun hasil hutan dan perkebunannya.
2. Hilangnya fungsi hutan mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis yang diakibatkan
oleh pengusahaan hutan yang mengabaikan aspek kelestarian. Efek selanjutnya adalah
semakin menurunnya produksi kayu hutan, sementara upaya reboisasi dan
penghijauan belum optimal dilaksanakan. Masalah lain yang sangat merugikan adalah
masalah ilegal logging yang menyebabkan berkurangnya kawasan hutan serta
masalah pengerukan pasir secara liar.
3. Kebakaran hutan di Riau telah mengakibatkan kabut asap tebal dimana-mana. Tidak
hanya kawasan Riau yang terkena dampak, bahkan kawasan lainnya juga ikut terkena
kabut asap.
DAFTAR PUSTAKA
Rizal Harahap (16 Mei 2009) "Logging moratorium `a must' to save Riau forests". The
Jakarta Post, diakses 10 Maret 2014.
"Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Provinsi Riau". Badan Pusat
Statistik, diakses 10 Maret 2014
Suwardi MS. (1991). Budaya Melayu dalam perjalanannya menuju masa depan. Pekanbaru:
Yayasan Penerbit MSI Riau.
http://www.detiknews.com/read/2009/02/18/154817/1086819/10/pemprov-riau-nilai-
kebakaran-hutan-tidak-disengaja

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganMakalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganN Kurniawaty
 
Kesekretariatan Organisasi
Kesekretariatan OrganisasiKesekretariatan Organisasi
Kesekretariatan Organisasinarto citra
 
Contoh laporan kunjungan industri
Contoh laporan kunjungan industriContoh laporan kunjungan industri
Contoh laporan kunjungan industriAi Roudatul
 
Bab v (kesimpulan saran)
Bab v (kesimpulan saran)Bab v (kesimpulan saran)
Bab v (kesimpulan saran)Maulani Legowo
 
Potensi kemaritiman
Potensi kemaritimanPotensi kemaritiman
Potensi kemaritimanBunda Rara
 
Hubungan internasional dan organisasi internasional kelas xi
Hubungan internasional dan organisasi internasional kelas xiHubungan internasional dan organisasi internasional kelas xi
Hubungan internasional dan organisasi internasional kelas xiapotek agam farma
 
Proposal Business Plan - business
Proposal Business Plan - businessProposal Business Plan - business
Proposal Business Plan - businessCyberSpace
 
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Ruth Dian
 
Laporan kegiatan magang teknis
Laporan kegiatan magang teknisLaporan kegiatan magang teknis
Laporan kegiatan magang teknisMokh Afifuddin
 
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)Budidaya ikan di pen culture (fish pen)
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)Amriana Ana
 
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilikBakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilikAgnescia Sera
 
Kelompok 5 data observasi kamar mandi di_SMA N 1 Kejayan Kab.pasuruan
Kelompok 5 data observasi kamar mandi di_SMA N 1 Kejayan Kab.pasuruanKelompok 5 data observasi kamar mandi di_SMA N 1 Kejayan Kab.pasuruan
Kelompok 5 data observasi kamar mandi di_SMA N 1 Kejayan Kab.pasuruancholil_ryan
 
Laporan pembuatan daur ulang plastik hiasan gantung
Laporan pembuatan daur ulang plastik hiasan gantungLaporan pembuatan daur ulang plastik hiasan gantung
Laporan pembuatan daur ulang plastik hiasan gantungPolytechnic State Semarang
 

La actualidad más candente (20)

Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganMakalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
 
Kesekretariatan Organisasi
Kesekretariatan OrganisasiKesekretariatan Organisasi
Kesekretariatan Organisasi
 
Contoh laporan kunjungan industri
Contoh laporan kunjungan industriContoh laporan kunjungan industri
Contoh laporan kunjungan industri
 
Bab v (kesimpulan saran)
Bab v (kesimpulan saran)Bab v (kesimpulan saran)
Bab v (kesimpulan saran)
 
Potensi kemaritiman
Potensi kemaritimanPotensi kemaritiman
Potensi kemaritiman
 
Hubungan internasional dan organisasi internasional kelas xi
Hubungan internasional dan organisasi internasional kelas xiHubungan internasional dan organisasi internasional kelas xi
Hubungan internasional dan organisasi internasional kelas xi
 
Proposal Business Plan - business
Proposal Business Plan - businessProposal Business Plan - business
Proposal Business Plan - business
 
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
 
Bahasa indonsia 2
Bahasa indonsia 2Bahasa indonsia 2
Bahasa indonsia 2
 
1 a. agribisnis perikanan
1 a. agribisnis perikanan1 a. agribisnis perikanan
1 a. agribisnis perikanan
 
Observasi tahu
Observasi tahuObservasi tahu
Observasi tahu
 
Laporan kegiatan magang teknis
Laporan kegiatan magang teknisLaporan kegiatan magang teknis
Laporan kegiatan magang teknis
 
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)Budidaya ikan di pen culture (fish pen)
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)
 
Teks pidato toleransi
Teks pidato toleransiTeks pidato toleransi
Teks pidato toleransi
 
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilikBakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
 
MATERI PMR
MATERI PMRMATERI PMR
MATERI PMR
 
Geologi pulau miangas
Geologi pulau miangasGeologi pulau miangas
Geologi pulau miangas
 
Kelompok 5 data observasi kamar mandi di_SMA N 1 Kejayan Kab.pasuruan
Kelompok 5 data observasi kamar mandi di_SMA N 1 Kejayan Kab.pasuruanKelompok 5 data observasi kamar mandi di_SMA N 1 Kejayan Kab.pasuruan
Kelompok 5 data observasi kamar mandi di_SMA N 1 Kejayan Kab.pasuruan
 
Laporan pembuatan daur ulang plastik hiasan gantung
Laporan pembuatan daur ulang plastik hiasan gantungLaporan pembuatan daur ulang plastik hiasan gantung
Laporan pembuatan daur ulang plastik hiasan gantung
 
Drama malin kundang
Drama malin kundangDrama malin kundang
Drama malin kundang
 

Similar a Makalah kebakaran hutan riau

Agustinus kastanya bahan presentase kki vi 2016
Agustinus kastanya bahan presentase kki vi 2016Agustinus kastanya bahan presentase kki vi 2016
Agustinus kastanya bahan presentase kki vi 2016Agus kastanya
 
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatraProfil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatraRossiana Fazri
 
Kekayaan alam Dairi.ppsx
Kekayaan alam Dairi.ppsxKekayaan alam Dairi.ppsx
Kekayaan alam Dairi.ppsxyenisipangkar
 
Makalah Full Paper
Makalah Full PaperMakalah Full Paper
Makalah Full PaperWindra Hardi
 
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptx
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptxKarakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptx
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptxHafidMuhammadRafdi
 
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptx
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptxKarakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptx
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptxHafidMuhammadRafdi
 
Kerusakan ligkungan nasional
Kerusakan ligkungan nasionalKerusakan ligkungan nasional
Kerusakan ligkungan nasionalIrmaNurAfni
 
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Sutrisna Sandi
 
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTB
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTBPertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTB
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTBBudiatman Dani
 
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkuluMarhadi1995
 
JENIS-JENIS LAHAN BASAH DI LINGKUNGAN PESISIR.pptx
JENIS-JENIS LAHAN BASAH DI LINGKUNGAN PESISIR.pptxJENIS-JENIS LAHAN BASAH DI LINGKUNGAN PESISIR.pptx
JENIS-JENIS LAHAN BASAH DI LINGKUNGAN PESISIR.pptxRenadaArifaDhuantie
 
Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia (3)
Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia (3)Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia (3)
Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia (3)Risdiana Hidayat
 
Kabar bahari
Kabar bahariKabar bahari
Kabar bahariKIARA
 
isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontangisi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontangmulawarman university
 

Similar a Makalah kebakaran hutan riau (20)

Agustinus kastanya bahan presentase kki vi 2016
Agustinus kastanya bahan presentase kki vi 2016Agustinus kastanya bahan presentase kki vi 2016
Agustinus kastanya bahan presentase kki vi 2016
 
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatraProfil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
 
Kekayaan alam Dairi.ppsx
Kekayaan alam Dairi.ppsxKekayaan alam Dairi.ppsx
Kekayaan alam Dairi.ppsx
 
Lingkungan alam dan buatan
Lingkungan alam dan buatanLingkungan alam dan buatan
Lingkungan alam dan buatan
 
Makalah Full Paper
Makalah Full PaperMakalah Full Paper
Makalah Full Paper
 
Hutan Bakau Kapuk
Hutan Bakau KapukHutan Bakau Kapuk
Hutan Bakau Kapuk
 
Bab ii baluran
Bab ii baluranBab ii baluran
Bab ii baluran
 
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptx
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptxKarakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptx
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptx
 
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptx
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptxKarakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptx
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan.pptx
 
Kerusakan ligkungan nasional
Kerusakan ligkungan nasionalKerusakan ligkungan nasional
Kerusakan ligkungan nasional
 
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
 
Bab1 pendahuluan
Bab1 pendahuluanBab1 pendahuluan
Bab1 pendahuluan
 
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTB
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTBPertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTB
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTB
 
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
 
JENIS-JENIS LAHAN BASAH DI LINGKUNGAN PESISIR.pptx
JENIS-JENIS LAHAN BASAH DI LINGKUNGAN PESISIR.pptxJENIS-JENIS LAHAN BASAH DI LINGKUNGAN PESISIR.pptx
JENIS-JENIS LAHAN BASAH DI LINGKUNGAN PESISIR.pptx
 
Kabupaten bengkalis
Kabupaten bengkalisKabupaten bengkalis
Kabupaten bengkalis
 
Pengelolaan Pesisir
Pengelolaan  PesisirPengelolaan  Pesisir
Pengelolaan Pesisir
 
Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia (3)
Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia (3)Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia (3)
Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia (3)
 
Kabar bahari
Kabar bahariKabar bahari
Kabar bahari
 
isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontangisi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
 

Makalah kebakaran hutan riau

  • 1. MAKALAH PENCEMARAN UDARA “Kualitas Udara Akibat Kebakaran Hutan di Riau” OLEH: KELOMPOK 6 1. ANNISA DWINTA 1210941009 2. RANDA ANUGERAH 1210942015 3. DEAN EKA PUTRI 1210942021 4. MIRA SRI MAGHDALENA 1210942031 5. YUNITA MAHARANI 1210942041 DOSEN: VERA SURTIA BACHTIAR, Ph.D JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
  • 2. PADANG 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang dan Rengat. Luas wilayah provinsi Riau adalah 87.023,66 km², yang membentang dari lereng Bukit Barisan hingga Selat Malaka. Riau memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun, serta rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari. Provinsi ini memiliki sumber daya alam, baik kekayaan yang terkandung di perut bumi, berupa minyak bumi dan gas, serta emas, maupun hasil hutan dan perkebunannya. Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, secara bertahap mulai diterapkan sistem bagi hasil atau perimbangan keuangan antara pusat dengan daerah. Aturan baru ini memberi batasan tegas mengenai kewajiban penanam modal, pemanfaatan sumber daya, dan bagi hasil dengan lingkungan sekitar. 1.2 Rumusan Masalah a. Penyebab terjadinya kebakaran hutan di Riau? b. Bagaimana kualitas udara yang terjadi akibat pembakaran hutan tersebut? 1.3 Tujuan a. Untuk mendapatkan kualitas udara akibat kebakaran hutan di Riau
  • 3. b. Untuk mengetahui dampak dari kebakaran hutan tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Riau 1.1. Lokasi Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang dan Rengat. Riau saat ini merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya didominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas alam, karet, kelapa sawit dan perkebunan serat. Tetapi, penebangan hutan yang merajalela telah mengurangi luas hutan secara signifikan, dari 78% pada 1982 menjadi hanya 33% pada 2005.[6] Rata-rata 160,000 hektar hutan habis ditebang setiap tahun, meninggalkan 22%, atau 2,45 juta hektar pada tahun 2009.[7] Deforestasi dengan tujuan pembukaan kebun-kebun kelapa sawit dan produksi kertas telah menyebabkan kabut asap yang sangat mengganggu di provinsi ini selama bertahun- tahun, dan menjalar ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
  • 4. Gambar 1. Propinsi Riau di Indonesia 1.2. Penduduk Jumlah penduduk provinsi Riau berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Riau tahun 2010 sebesar 5.543.031 jiwa. Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Pekanbaru dengan jumlah penduduk 903.902 jiwa, sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten Kepulauan Meranti yakni sebesar 176.371 jiwa. Suku Bangsa Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Mereka terdiri dari Jawa (25,05%), Minangkabau (11,26%), Batak (7,31%), Banjar (3,78%), Tionghoa (3,72%), dan Bugis (2,27%). Suku Melayu merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi 37,74% dari seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan Inderagiri Hilir. Namun begitu, ada juga masyarakat asli bersuku rumpun Minangkabau terutama yang berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, dan sebagian Inderagiri Hulu. Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada sebagai Minangkabau ataupun Batak. Abad ke-19, masyarakat Banjar dari Kalimantan Selatan dan Bugis dari Sulawesi Selatan, juga mulai berdatangan ke Riau. Mereka banyak bermukim di Kabupaten Indragiri Hilir khususnya Tembilahan. Di bukanya perusahaan pertambangan minyak Caltex pada tahun 1940-an di Rumbai, Pekanbaru, mendorong orang-orang dari seluruh Nusantara untuk mengadu nasib di Riau. Suku Jawa dan Sunda pada umumnya banyak berada pada kawasan transmigran. Sementara etnis Minangkabau umumnya menjadi pedagang dan banyak bermukim pada kawasan perkotaan seperti Pekanbaru, Bangkinang, Duri, dan Dumai. Begitu juga orang Tionghoa pada umumnya sama dengan etnis Minangkabau yaitu menjadi pedagang dan bermukim khususnya di Pekanbaru, serta banyak juga terdapat pada kawasan pesisir timur seperti di Bagansiapiapi, Selatpanjang, Pulau Rupat dan Bengkalis. Selain itu di provinsi ini masih terdapat sekumpulan masyarakat asli yang tinggal di pedalaman dan pinggir sungai, seperti Orang Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, dan Suku Laut.
  • 5. Gambar 2. Kantor Gubernur Riau 1.3. Keadaan Alam Riau Daerah Riau daratan sebagian besar terdiri dari hutan-hutan, hutan primer dan hutan sekunder dan tidak kurang pula di sana-sini terdapat rawa-rawa, bencah-bencah, tasik-tasik, danau- danau, serta pantainya yang landai. Pada umunya Riau daratan ini merupakan tanah rendah dan bukit-bukit yang terdapat dekat perbatasan dengan daerah Sumatera Barat dan Tapanuli, yaitu kaki Bukit Barisan. Daerah yang tertinggi 1.019 meter dari permukaan laut. Sementara daerah Riau kepulauan terdiri dari gugusan-gugusan pulau-pulau dekat perairan Malaysia dan menjorok masuk ke Laut Cina Selatan dan dekat dengan pantai Kalimantan Barat dengan jumlah 513 pulau. Gugusan pulau-pulau itu adalah: Gugusan pulau-pulau Bintan, Gugusan pulau-pulau Lingga, Gugusan pulau-pulau Serasan, Gugusan pulau-pulau Tambelan, Gugusan pulau-pulau Tujuh, Gugusan pulau-pulau Bunguran, Gugusan pulau- pulau Natuna, Gugusan pulau-pulau Karimun. 1.3.2. Iklim Iklim yang yang menyelimuti Riau adalah tropis dengann temperatur terendah 23 derajat Celcius dan tertinggi 30 derajat Celcius. Kelembaban udaranya sekitar 88 derajat, sedangkan curah hujannya rata-rata 2.000 milimeter per tahun. Seperti daerah tropis lainnya, masyarakat Kepulauan Riau juga mengenal musim kemarau dan penghujan. Selain musim yang umumnya dikenal oleh masyarkat tropis, mereka juga mengenal adanya musim yang didasarkan pada arah angin. Pada saat-saat angin bertiup dari arah uta, maka pada saat itu disebut sebagai musim utara. Ketika angin bertiup dari arah selatan, maka pada saat itu disebut musim selatan. Kemudian, pada saat angin bertiup dari arah timur, maka pada saat itu disebut musim timur. Begitu pun dengan angin barat. Istilah tambahan musim di Riau menandakan bahwa kebudayaan masyarakat Riau adalah Maritim atau kelautan. Sejarah pun mencatat bahwa selat Malaka adalah daerah strategis
  • 6. perdagangan Internasional. Bahkan pernah menjadi salah satu pusat kerjaan Melayu, yakni Kerajaan Melayu Riau-Lingga. 1.4. Jenis Vegetasi Riau mendukung keberadaan beragam jenis hutan dikarenakan kondisi geologinya yang kompleks, jenis cuaca, cakupan lahan dan ketinggiannya pada permukaan bumi. Kandungan tanah di Riau pada umumnya berisi bebatuan pra tersier yang berupa metamor dengan sendimen yang terbatas. Jenis tanahnya pada umunya terdiri atas: organosol dan clay, humik, podsol, podsolik, lotosol, dan latosol yang mengandung granit.
  • 7. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kerusakan Hutan Hutan menurut fungsinya dibagi menjadi hutan lindung, hutan suaka alam, hutan produksi terbatas dan hutan produksi konversi. Hutan mempunyai peranan yang penting bagi stabilitas keadaan susunan tanah dan isinya sehingga selain memanfaatkan harus diperhatikan pula kelestariannya. Luas hutan berdasarkan Laporan Dinas Kehutanan Provinsi Riau adalah 8,6 juta hektar. Bila dirinci menurut fungsinya seluas 228.793,82 hektar (2,66 persen) merupakan hutan lindung, kemudian 1.605.762,78 hektar (18,67 persen) adalah hutan produksi tetap, 1.815.949,74 hektar (21,12 persen) adalah hutan produksi terbatas dan 531.852,65 hektar (6,19 persen) adalah hutan suaka alam dan seluas 4.277.964,39 hektar (49,75) merupakan hutan produksi konversi. Luas lahan kritis dalam kawasan hutan berdasarkan tata guna hutan di Provinsi Riau pada tahun 2012 tercatat seluas 1,2 juta hektar dengan lokasi terluas ada di Kabupaten Indragiri Hilir 229.319,24 hektar atau 19,18 persen diikuti Kabupaten Kampar seluas 181.291,18 hektar atau 15,16 persen dan Kabupaten Rokan Hilir seluas 143.983,50 hektar atau 12,04 persen. Setiap tahun terjadi kebakaran hutan dan lahan. Kejadian ini sudah menjadi issu penting dan merupakan sebuah rutinitas yang menghabiskan APBN dan APBD yang cukup besar jumlahnya untuk pemadaman kebakaran. Belum lagi kalau dihitung dampak kesehatan terhadap jutaan masyarakat yang terkena dampak dari asap yang ditimbulkan. Pembangunan kehutanan pada hakekatnya mencakup semua upaya memanfaatkan dan memantapkan fungsi sumber daya alam hutan dan sumber daya alam hayati lain serta ekosistemnya, baik sebagai pelindung dan penyangga kehidupan dan pelestarian
  • 8. keanekaragaman hayati maupun sebagai sumber daya pembangunan. Namun dalam realitanya tiga fungsi utamanya sudah hilang, yaitu fungsi ekonomi jangka panjang, fungsi lindung, dan estetika sebagai dampak kebijakan pemerintah yang lalu. Hilangnya ketiga fungsi diatas mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis yang diakibatkan oleh pengusahaan hutan yang mengabaikan aspek kelestarian. Efek selanjutnya adalah semakin menurunnya produksi kayu hutan non HPH, sementara upaya reboisasi dan penghijauan belum optimal dilaksanakan. Masalah lain yang sangat merugikan tidak saja provinsi Riau pada khususnya tapi Indonesia pada umumnya, adalah masalah ilegal logging yang menyebabkan berkurangnya kawasan hutan serta masalah pengerukan pasir secara liar. Sampai Saat ini penanggulangan kebakaran hutan sebatas upaya pemadaman api pada saat kebakaran terjadi. Sedangkan perencanaan menyeluruh belum dilakukan bahkan dalam konfrensi pers yang dilakukan wakil gubernur riau yang juga menjabat sebagai ketua pusdalkarhutha (Pusat pengendalian kebakaran hutan dan lahan) baru baru ini tidak menggambarkan perencanaan yang utuh dalam penaggulangan kebakaran hutan dan lahan. Penyebab Kebakaran hutan, antara lain: • Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang. • Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan. • Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi. • Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme. • Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau. Fakta Kebakaran Hutan dan lahan di Provinsi Riau. Berdasarkan pantauan satelit Modis (Terra dan Aqua) Periode September 2000 sampai Juli 2008 di wilayah Provinsi Riau Dijumpai 57972 titik api yang terdistribusi ke dalam 12 kabupaten/ kota. Kejadian ini hampir setiap tahun berulang ditempat yang sama terutama pada kawasan bergambut.
  • 9. Gambar 5. Distribusi Titik Api Titik api tersebar pada dua tipe tanah, yaitu tanah mineral dan tanah gambut. Dari 57027 titik api yang ditemukan 17259 titik api ditemukan pada tanah mineral atau 30,24% sedangkan 39813 atau 69,76% lainnya dijumpai pada tanah bergambut dengan kedalaman bervariasi. Lihat gambar 1 dan tabel 1. Gambar 6. Perbandingan Jumlah Titik Api pada Tanah Gambut dan Tanah Mineral Penyebab Kebakaran Lahan Gambut Pengelolaan lahan gambut pada umumnya dilakukan dengan cara membuat kanal sebagai upaya pengeringan lahan tersebut untuk ditanami tanaman pertanain, perkebunan maupun kehutanan. Akibat dari pembuatan kanal ini maka akan terjadi penurunan muka air pada kawasan gambut. Pada musim kemarau terjadi kekeringan pada permukaan gambut, sedangkan gambut dengan kadar air rendah akan sifatnya sangat mudah terbakar karena mempunya kandungan karbon yang cukup tinggi.
  • 10. Gambar 7. Perusahaan yang Terdeteksi Memiliki Titik Api 3.2 Hubungan Kebakaran Hutan Dengan Kesehatan Lingkungan Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Riau, sangat berdampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Hal ini disebabkan karena adanya zat-zat pencemar yang dihasilkan dari kebakaran hutan itu sendiri seperti partikulat dan gas. Adapun partikulat dan gas yang ditemukan antara lain: 1. PM 10 Particulate Matter 10 (PM10) merupakan salah satu pencemaran berbentuk partikulat. PM10 adalah material yang terdispersi di udara, baik berbentuk padat maupun cair yang berukuran diameter kecil dari 10 µm. PM10 terdiri atas partikel halus berukuran kecil dari 2,5 µm dan sebahagian partikel kasar berukuran 2,5 sampai 10 µm. 2. CO Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, titik didih -192º C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara. Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. 3. Oksida Nitrogen (NO2) Nitrogen oksida (NO2) adalah senyawa gas yang terdapat di udara bebas (atmosfir) yang sebagian besar terdiri atas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta berbagai jenis oksida dalam jumlah yang lebih sedikit. Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak bewarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya merah kecoklatan. 4. Oksida Sulfur Merupakan polutan utama di udara adalah sulfur dioksida (SO2), adalah gas tidak berwarna dengan bau yang kuat. Sulfur dioksida dapat bereaksi di atmosfer membentuk sulfur trioksida (SO3). Sulfur trioksida dapat bereaksi dengan air menghasilkan asam sulfat (H2SO4). 5. Ozon Ozon termasuk kedalam pencemar sekunder yang terbentuk di atmosfer dari reaksi fotokimia NOx dan HC. Ozon bersifat oksidator kuat, karena itu pencemaran oleh
  • 11. ozon troposferik dapat menyebabkan dampak yang merugikan bagi kesehatan manusia. POLUTAN SUMBER DAMPAK PM 10 Kabut asap, transportasi, pembakaran batu bata, debu tanah, kendaraan, pembakaran zat organik, sea spray. menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak memperparah kondisi penderita bronchitis batuk, nafas pendek, penyakit paru- paru, penyakit hati CO Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon transportasi, pembakaran bahan bakar minyak, industry aktivitas vulkanik, pancaran listrik dari kilat, emisi gas alami Mengganggu proses oksigenesi didalam tubuh Sakit kepala, mual, pusing, nafas tak teratur, suhu badan turun, shok, peredaran darah tepi tidak lancar dan bisa terjadi odema paru NO2 pembakaran bahan bakar industri, bangunan pembangkit listrik, kompor gas, perapian, kebakaran hutan, tanah pertanian yang dipupuk berlebihan timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun, menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun timbulnya Peroxy Acetil Nitrates yang menyebabkan iritasi pada mata menyebabkan kesulitan bernafas menurunkan visibilitas SO2 Pembakaran batubara pada pembangkit listrik proses peleburan logam Hujan asam kerusakan permanent pada paru-paru gangguan pernapasan
  • 12. Menimbulkan iritasi glukosa yang dapat menimbulkan arimitis, bronpitis Ozon (O3) Reaksi fotokimia Emisi gas buang berupa NOx Gangguan keseimbangan otot mata, gangguan penglihatan, gangguan adaptasi ruang gelap, mulut kering, perubahan pada alat pengecap, gangguan kosentrasi berpikir, nyeri dada, lemah kaki dan tangan, susah tidur dan batuk. Penyakit paru-paru dan tumor paru Kualitas udara pada provinsi Riau bahkan kawasan lain saat ini sangat memprihatinkan. Kabut asap tebal dijumpai dimana-mana. Banyak dari masyarakat yang telah terjangkit penyakit khususnya penyakit ISPA. Dampak lain yang ditimbulkan dari kebakaran ini antara lain: 1. Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997 menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer (sumber majala Nature 2002). Sebagai perbandingan total emisi karbon dioksida di seluruh dunia pada tahun tersebut adalah 6 miliar ton. 2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti. 3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat musim kemarau. 4. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil. 5. Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau. 6. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.
  • 13. 7. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita TBC/asma. 8. Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang. Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang. 3.3 Penanganan Kebakaran Hutan Kebakaran hutan yang melanda Provinsi Riau yang membawa dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Kebakaran hutan yang terjadi tidak hanya berdampak pada provinsi itu saja, melainkan bagi daerah lain maupun Negara lain. Penanganan yang diberikan oleh pihak pemerintah antara lain: 1. Memberikan masker gratis kepada masyarakat 2. Memberikan penanganan medis kepada masyarakat yang terkena penyakit 3. Menindak tegas pelaku kejahatan yang diberikan hukuman yang setimpal
  • 14. BAB IV PENUTUP Kesimpulan 1. Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Provinsi ini memiliki sumber daya alam, baik kekayaan yang terkandung di perut bumi, berupa minyak bumi dan gas, serta emas, maupun hasil hutan dan perkebunannya. 2. Hilangnya fungsi hutan mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis yang diakibatkan oleh pengusahaan hutan yang mengabaikan aspek kelestarian. Efek selanjutnya adalah semakin menurunnya produksi kayu hutan, sementara upaya reboisasi dan penghijauan belum optimal dilaksanakan. Masalah lain yang sangat merugikan adalah masalah ilegal logging yang menyebabkan berkurangnya kawasan hutan serta masalah pengerukan pasir secara liar. 3. Kebakaran hutan di Riau telah mengakibatkan kabut asap tebal dimana-mana. Tidak hanya kawasan Riau yang terkena dampak, bahkan kawasan lainnya juga ikut terkena kabut asap.
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Rizal Harahap (16 Mei 2009) "Logging moratorium `a must' to save Riau forests". The Jakarta Post, diakses 10 Maret 2014. "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Provinsi Riau". Badan Pusat Statistik, diakses 10 Maret 2014 Suwardi MS. (1991). Budaya Melayu dalam perjalanannya menuju masa depan. Pekanbaru: Yayasan Penerbit MSI Riau. http://www.detiknews.com/read/2009/02/18/154817/1086819/10/pemprov-riau-nilai- kebakaran-hutan-tidak-disengaja