Dokumen tersebut merangkum tentang model penelitian fenomenologis dalam ilmu keolahragaan. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang pengertian dan tokoh fenomenologi seperti Edmun Husserl, pendekatan fenomenologi, komponen transendental dalam fenomenologi, ciri-ciri metode fenomenologi, dan daftar pustaka yang digunakan.
materi pondok romadon sekolah dasar dengan materi zakat fitrah
Fenomenologis
1. MODEL FENOMENOLOGIS RISET ILMU KEOLAHRAGAAN
Disusun Oleh
NAMA: ANANTO WIBOWO
NIM: 16060484086
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017
2. PENDAHULUAN
• Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani; phainestai yang artinya
“menunjukkan” dan “menampakkan diri sendiri”. Sebagai aliran
epistemology.
• Secara istilah Fenomenolgi adalah ilmu pengetahuan tentang apa
yang tampak (Logos). Dari pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan
fenomena atau segala sesuatu yang tampak atau yang
menampakkan diri
3. PEMBAHASAN
Biografi Tokoh Perintis Fenomenologi
Filsafat Fenomenologi dengan tokohnya yang terkenal
yaitu Edmun Hasserl (1859-1938M), Edmun Husserl adalah
filosof yang mengembangkan metode Fenomenologi, dia
lahir di Prostejov Cekoslowakia. Husserl adalah murid Franz
Brentono dan Carl Stumpf pada tahun 1886 dia mempelajari
psikologi dan banyak menulis tentang Fenomenologi.
Husserl meninggal dunia di Freiburg pada tanggal 27
April 1938 dalam usia 79 tahun akibat penyakit Dnenomonia
4. . Pengertian Pendekatan Fenomenologi
• Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku
kata pahainomenon (gejala/fenomena). Fenomenologi juga
berarti ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak
(phainomenon). Jadi, fenomenologi itu mempelajari apa yang
tampak atau apa yang menampakkan diri.
5. Penelitian dalam Fenomenologi
• Fenomenologi merupakan strategi penelitian di mana di
dalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman
manusia tentang suatu fenomena tertentu.
1. Reduksi fenomenologis ditempuh dengan menyisihkan atau
menyaring pengalaman pengamatan pertama yang terarah
kepada eksistensi fenomena.
2. Reduksi eidetis adalah upaya untuk menemukan eidos atau
hakikat fenomena yang tersembunyi.
3. Reduksi transendental berarti menyisihkan dan menyaring
semua hubungan antar fenomena yang diamati dan fenomena
lainnya.
6. Penelitian dalam Fenomenologi
Husserl dalam tulisan Cokro Aminoto juga masih
membagi komponen-komponen transendental menjadi
beberapa konsep dalam melakukan penilitian.
1. Kesengajaan.
Kesengajaan (intentionality) adalah orientasi pikiran terhadap
suatu objek (sesuatu) yang menurut Husserl, objek atau
sesuatu tersebut bisa nyata atau tidak nyata. Objek nyata
seperti sebongkah kayu yang dibentuk dengan tujuan tertentu
dan kita namakan dengan kursi.
7. Penelitian dalam Fenomenologi
2. Noema dan noises
Noema atau noesis merupakan turunan dari kesengajaan atau
intentionality. Intentionality adalah maksud memahami sesuatu,
dimana setiap pengalaman individu memiliki sisi obyektif dan
subyektif.
3. Intuisi
Intuisi yang masuk dalam unit analisis Husserl ini
dipengaruhi oleh intuisi menurut Descrates yakni kemampuan
membedakan “yang murni” dan yang diperhatikan dari the light
of reason alone (semata-mata alasannya).
8. Penelitian dalam Fenomenologi
4. Intersubjektif
Makna ini dijabarkan oleh Schutz. Bahwa makna intersubjektif
ini berawal dari konsep ‘sosial’ dan konsep tindakan.
9. Pendekatan fenomenologis juga harus ada
kerangka pemikiran dalam penelitian
diantaranya yaitu :
a.Pengamatan yaitu suatu replika dari benda di luar manusia yang
intrapsikis, dibentuk berdasar rangsang-rangsang dari obyek.
b. Imajinasi yaitu suatu perbuatan (act) yang melihat suatu obyek
yang absen atau sama sekali tidak ada melalui suatu isi psikis
atau fisik yang tidak memberikan dirinya sebagai diri
melainkan sebagai representasi dari hal yang lain. Dunia
imajinasi berdasra aktivitas suatu kesadaran.
c.Berpikir secara abstrak.
d.Merasa/menghayati.
10. Ciri-Ciri Metode Fenomenologi
Fenomenologi merupakan bagian dari metodologi kualitatif
yang mengandung nilai sejarah dalam perkembangannya.
Seorang fenomenolog sering menempuh cara-cara berikut ini
(Embree, 1997)
1. Fenomenolog berkecenderungan untuk menentang atau
meragyukan hal-hal yang diterima tanpa melalui penelaahan
atau pengamatan terlebih dahulu, serta menentang sistem
besar yang dibangun dari pemikiran yang spekulatif.
2. Fenomenolog berkecenderungan untuk menentang
naturalisme (juga disebut sebagai objektivisme atau
positivisme), yang tumbuh meluas dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi modern dan telah menyebar di daratan Eropa
bagian utara semenjak zaman Renaissance.
11. Ciri-Ciri Metode Fenomenologi
3.Fenomenolog berkecenderungan untuk mengetahui peranan
deskripsi secara universal, pengertian a-priori atau `eiditic`
untuk menjelaskan tentang sebab-akibat, maksud atau latar
belakang.
4. Fenomenolog berkecenderungan untuk mempersoalkan tantang
kebenaran atau ketidak benaran mengenai apa yang dikatakan
oleh Husserl sebagai transcendental phenomenological
epoche, dab penyederhanaan pengertian menjadi sangat
berguna dan bahkan sangat mungkin untuk dilakukan. (Agus
Salim,2006 : 167-168)
12. DAFTAR PUSTAKA
1. Robert Bogdan & Steven J. Taylor. 1992. Metode Penelitian
Kualitatif. Surabaya : Usaha Nasional.
2. K. Bertens, Filsafat Barat Abad XX Jerman, (Jakarta: PT.
Gramedia, Anggota IKAPI, 1981), hlm. 100.
3. Fedrick Elliston, “phenomenology Reinterpreted: from Husserl
to heidger” dalam philosophy today, vol. xxi, no 1977, 27
4. Muhammad Muslih,Filsafat Ilmu,Belukar,Yogyakarta,hlm.144
5. Agus Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial.
Yogyakarta : Tiara Wacana.